Produksi Steviosida dan Rebaudiosida dengan Penambahan Gula, BAP, dan Kitosan secara In Vitro
Abstract
Tingginya konsumsi gula di Indonesia dan produksi gula yang belum dapat
memenuhi permintaan gula menyebabkan diperlukan alternatif substitusi gula di
Indonesia. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan pemanis alami selain tebu
adalah tanaman stevia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
kombinasi antara Gula, BAP, dan Kitosan terhadap daya proliferasi tunas Stevia
rebaudiana Bertoni sehingga menghasilkan biomassa tinggi dengan produksi
metabolit sekunder yang tinggi secara in vitro, serta mendapatkan protokol yang
tepat untuk memproduksi metabolit sekunder dari tanaman stevia in vitro.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan II dan Laboratorium
Ekofisiologi, Departemen Agronomi dan Hortultura, IPB, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, dan Laboratorium Kimia Universitas Kristen Satya Wacana.
Penelitian berlangsung pada bulan Januari hingga Oktober 2016. Rancangan yang
digunakan pada penelitian ini adalah rancangan kelompok lengkap teracak tiga
faktor dengan tiga ulangan. Perlakuannya adalah konsentrasi Gula (30, 40, dan 50
g L-1), konsentrasi BAP (1, 2, dan 3 mg L-1), dan konsentrasi Kitosan (0, 1, dan 2
mg L-1) yang ditambahkan media dasar Murashige-Skoog. Dari hasil penelitian ini
diketahui bahwa peubah jumlah tunas, jumlah buku, jumlah daun, dan tinggi
tanaman nyata dipengaruhi oleh interaksi Gula, BAP, dan Kitosan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi 50 g L-1 Gula, 3 mg L-1 BAP, dan 2 mg L-1 Kitosan
memberikan proliferasi tunas, buku, daun, dan tinggi tanaman tertinggi
dibandingkan perlakuan yang lainnya. Hasil analisis HPLC dengan buffer A
menunjukkan bahwa kandungan steviosida dan rebaudiosida A tertinggi diperoleh
dari perlakuan Gula 50 g L-1, BAP 3 mg L-1, dan tanpa Kitosan yaitu 2,232 mg g-1
(0,223%) untuk steviosida dan 0,965 mg g-1 (0,096%) untuk rebaudiosida A
sedangkan rebaudiosida C tertinggi didapatkan pada perlakuan Gula 40 g L-1, BAP
3 mg L-1, dan tanpa Kitosan yaitu 0,453 mg g-1 (0,045%). Analisis menggunakan
buffer B, perlakuan Gula 40 g L-1, BAP 3 mg L-1, dan tanpa Kitosan memberikan
hasil tertinggi yaitu 22,030 mg g-1 (2,203%) untuk steviosida dan 4,000 mg g-1
(0,400%) untuk rebaudiosida A. Tingginya bobot basah dan bobot kering yang
disertai kalus menurunkan kandungan metabolit sekunder stevia. Perlakuan Gula
50 g L-1, BAP 3 mg L-1, dan tanpa Kitosan pada buffer A menghasilkan kandungan
metabolit sekunder total tertinggi yaitu 0,32% sedangkan pada buffer B didapatkan
pada perlakuan Gula 40 g L-1, BAP 3 mg L-1, dan tanpa Kitosan yaitu 2,60%. Hasil
analisis menunjukkan bahwa kandungan metabolit yang dianalisis dengan HPLC
menggunakan buffer B memberikan hasil analisis hingga sepuluh kali lebih tinggi
untuk steviosida dan rebaudiosida A dibandingkan dengan buffer A