Pengaruh Kombinasi Aplikasi Kaptan, Pupuk Daun Majemuk (20-15-15), IBA dan Triakontanol Pada Fase Inkubasi Pembibitan Sagu (Metroxylon spp)
Abstract
Krisis pemenuhan kebutuhan pangan nasional Indonesia hingga kini masih menjadi
permasalahan serius. Untuk mengatasi kekurangan pangan dan pemenuhan karbohidrat
maka perlu pemanfaatan tanaman karbohidrat selain dari biji-bijian, salah satunya adalah
tanaman sagu. Sagu atau Metroxylon spp merupakan salah satu komoditas pangan dan
sumber karbohidrat yang sangat potensial di Indonesia. Produktivitas tanaman sagu
mencapai 20-40 ton pati kering ha-1tahun-1. Sagu dalam pengembangannya sangat
bergantung pada banyak hal. Salah satunya ketersediaan bibit atau anakan sagu yang
berkualitas untuk menjamin tumbuh kembang dan produktivitas tanaman sagu. Perlakuan
penambahan pupuk dan zat pengatur tumbuh serta pemeliharaan tanaman yang baik pada
fase pembibitan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan produktivitas tinggi pada
tanaman sagu. Percobaan bertujuan untuk mengetahui kombinasi aplikasi pemupukan yang
sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman pembibitan sagu pada fase inkubasi.
Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (split plot). Petak utama yang di
cobakan adalah taraf kapur pertanian dengan 4 taraf yaitu K0 = tanpa kaptan, K1 = kaptan
20 g polibag-1, K2 = kaptan 40 g polibag-1 dan K3 = kaptan 60 g polibag-1 serta anak
petaknya yaitu pemberian pupuk daun majemuk (20-15-15), IBA dan triakontanol dengan
5 taraf yaitu S1= pupuk daun majemuk (20-15-15) 2 g liter-1 + IBA 1 ppm, S2= pupuk daun
majemuk (20-15-15) 4 g liter-1 + IBA 1 ppm, S3= pupuk daun majemuk (20-15-15) 2 g
liter-1 + IBA 2 ppm, S4= pupuk daun majemuk (20-15-15) 4 g liter-1 + IBA 2 ppm dan S5=
pupuk daun majemuk (20-15-15) 2 g liter-1 + IBA 1 ppm + triakontanol 0,1 ppm.
Kombinasi aplikasi kapur pertanian, pupuk daun majemuk (20-15-15), IBA dan
triakontanol tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol perlakuan pada fase inkubasi
pembibitan tanaman sagu