Pendugaan Emisi Gas Karbon Dioksida Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau
View/ Open
Date
2016Author
Razaq, Mohammad Abdul
Saharjo, Bambang Hero
Metadata
Show full item recordAbstract
Kebakaran hutan dan lahan menjadi masalah penting di Indonesia setiap
tahun. Hal ini dikarenakan kebakaran hutan dan lahan menimbulkan banyak
dampak negatif bagi ekologi, ekonomi, dan aspek politik. Oleh karena itu, informasi
tentang kebakaran hutan dan lahan berdasarkan hotspot diperlukan serta emisi
karbondioksida yang dilepaskan, terutama di daerah yang memiliki kerentanan
kebakaran hutan dan lahan, seperti di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis munculnya titik panas (hotspot)
sebagai indikasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada beberapa jenis tutupan
lahan di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dan menduga emisi gas karbon (CO2)
yang dihasilkan dalam rentang waktu pada tahun 2009 hingga 2013. Penelitian ini
dilakukan dari bulan Januari hingga Mei 2016 di Laboratorium Kebakaran Hutan
dan Lahan, Divisi Perlidnungan Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data hotspot MODIS yang bersumer dari FIRMS-NASA, data curah hujan
dari Pusat Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan peta jenis
penutupan lahan Kabupaten Pelalawan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK). Hasil penelitian menunjukkan penurunan jumlah hotspot pada
tahun 2011, yang hanya terdeteksi 715 hotspot, menyebabkan penurunan luas area
yang terbakar yang hanya 56 280 ha, sehingga jumlah hotspot dapat mempengaruhi
seberapa besar luas area yang terbakar. Selain itu, berdasarkan estimasi luas area
terbakar di Kabupaten Pelalawan pada tahun 2009 belukar rawa memiliki luas areal
terbakar terbesar yaitu 117 467 ha (36.77 %), sedangkan pada tahun 2011 terdapat
pada area perkebunan yaitu sebesar 19 991 ha (35.52 %), dan pada tahun 2013
terdapat pada tipe penutupan lahan berupa hutan belukar rawa yaitu sebesar 88 652
ha (24.81 %). Emisi karbondioksida terbesar pada tahun 2009, terdapat pada
belukar rawa di tanah mineral yaitu 435 352.7 ton CO2, sedangkan pada tahun 2011
emisi karbondioksida terbesar terdapat pada area hutan sekunder di tanah mineral
yaitu 121 915.1 ton CO2, dan emisi karbondioksida terbesar pada tahun 2013
terdapat pada pertanian lahan kering campur di tanah mineral yaitu 306 038.3 ton
CO2.
Collections
- UT - Silviculture [1273]