Peranan Perempuan Dalam Pengelolaan Tembawang Di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
View/ Open
Date
2017Author
Aini, Yasri Syarifatul
Santoso, Nyoto
Soekmadi, Rinekso
Metadata
Show full item recordAbstract
Kalimantan Barat merupakan tempat tinggal masyarakat etnis Dayak Iban.
Suku Dayak Iban memiliki hutan yang dikelola dan diatur berdasarkan hukum adat
yaitu tembawang. Pemanfaatan sumberdaya dari tembawang adalah berburu
satwaliar dan madu; tumbuhan sebagai bahan pangan, bahan bangunan, obat-obatan
tradisional, kerajinan, dan upacara adat. Tembawang diwariskan oleh nenek
moyang secara turun temurun sebagai milik adat atau keluarga seketurunan.
Tembawang dikelola berdasarkan hukum adat dengan akses tidak terbatas bagi
masyarakat adat, sedangkan masyarakat luar memerlukan izin petinggi adat.
Tembawang memiliki fungsi dan nilai yang sangat penting untuk masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan ekonomi, pemenuhan aktivitas budaya dan sebagai kawasan
konservasi. Pengelolaan dan pemanfaatan tembawang tidak lepas dari peranan
perempuan dalam penanaman, pemanenan, pemanfaatan dan pengolahan hasil
sesuai dengan kearifan tradisional. Tujuan penelitian adalah menerangkan tata nilai;
kondisi sosial ekonomi dan budaya; peran dan harapan perempuan, dan
merumuskan strategi peningkatan peran perempuan dalam pengelolaan
tembawang.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret - Mei 2015 di Desa Sungai Mawang,
Puring Kencana, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Data sekunder didapatkan dari
penelaahan pustaka, dokumen dan laporan terkait penelian. Data primer diambil
berdasarkan penyebaran kuisioner kepada 45 orang perempuan (remaja, dewasa
dan tua), dianalisis secara deskriptif kualitatif yang disajikan dalam bentuk
persentase. Hasil wawancara mendalam dan observasi lapang kepada Pemerintah
Daerah (BAPPEDA serta Dinas-dinas terkait), perangkat desa, petinggi adat, dan
perempuan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan SWOT.
Perempuan Iban memiliki peran penting dalam pengelolaan tembawang
khususnya perempuan usia > 50 tahun yaitu memanen buah-buahan pada saat
musim berbuah, mengolah hasil, serta sesekali menjual hasilnya. Perempuan Iban
merupakan pekerja keras, 37,50% - 41,67% waktunya dalam sehari digunakan
untuk melakukan kegiatan produktif/bekerja dan akan bertambah apabila panen
tembawang. Alokasi waktu perempuan dalam mengelola tembawang berkurang
akibat bekerja di kebun sawit untuk memenuhi kesejahteraan keluarga. Pengelolaan
yang kurang intensif menyebabkan produktivitas menurun, kurangnya daya jual
hasil, kurangnya kreativitas dan sulitnya mencari pasar menyebabkan
ketergantungan terhadap hasil tembawang menurun. Harapan perempuan
tembawang dapat dikelola secara intensif sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan
secara lestari untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dan kesejahteraan keluarga.
Peran masyarakat adat Suku Dayak Iban mengelola tembawang dalam
kondisi baik namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan
akan mengalami kesulitan bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Strategi
yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan untuk menghindari atau
meminimalkan ancaman yaitu penataan batas dan pembuatan PAL batas permanen;
pendataan dan pengkayaan sumber plasma nutfah dengan jenis unggul lokal,
pengembangan budaya Suku Dayak Iban sebagai salah satu atraksi wisata,
kejelasan dari Pemerintah Daerah mengenai penetapan tembawang sebagai
kawasan strategis daerah untuk meningkatkan fungsi lindung dan konservasi
tembawang, penguatan kerjasama dengan perusahaan sawit melalui penetapan
tembawang sebagai kawasan NKT dan pencegahan kebakaran.
Collections
- MT - Forestry [1373]