Efisiensi Dan Produktivitas Pemanenan Hutan Tanaman Jati Di Kph Saradan
View/ Open
Date
2017Author
Barokah, Septi Muflikhatul
Matangaran, Juang Rata
Santosa, Gunawan
Metadata
Show full item recordAbstract
Proses pemanenan jati di petak tebang merupakan salah satu aspek penting
karena dalam proses ini kualitas kayu ditentukan. Kualitas kayu mempengaruhi
harga kayu jati yaitu semakin baik kualitasnya maka semakin tinggi harganya.
Perhutani sebagai perusahaan yang diberi wewenang mengelola hutan
bertanggung jawab mengelola secara efisien. Efisien yaitu mampu menjalankan
tugas dengan tepat dan efektif. Prakteknya terdapat dugaan inefisiensi pada
pemanenan jati sehingga menimbulkan kerugian bagi Perhutani. Penyebab
terjadinya inefisiensi tersebut belum diketahui sehingga perlu adanya kajian di
lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang
menyebabkan inefisiensi melalui analisis efisiensi, produktivitas dan biaya
pemanenan jati.
Produkitivitas pemanenan jati dianalisis menggunakan metode time study.
Biaya pemanenan dihitung menggunakan analisis biaya untuk mengetahui biaya
mesin per jam. Standar biaya yang berlaku di Perhutani dibandingkan dengan
biaya hasil perhitungan alat untuk mengetahui efisiensi biaya. Biaya alat yang
dihitung yaitu biaya alat penebangan dan penyaradan meliputi chainsaw dan
traktor. Analisis efisiensi diukur berdasarkan perbandingan kegiatan di lapangan
dan prosedur pemanenan jati yang berlaku di Perhutani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa delay personal akibat istirahat
minum, makan, mengobrol, merokok merupakan delay yang paling banyak terjadi
pada siklus penebangan. Produktivitas rata-rata aktual masing-masing siklus kerja
penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan
pembongkaran berturut-turut adalah 16.056 m3/jam; 3.176 m3/jam; 4.793 m3/jam;
2.988 m3/jam; 64.064 m3/jam dan 25.408 m3/jam. Total biaya kegiatan
pemanenan berdasarkan standar upah yaitu Rp 180 207/m3, sedangkan hasil
perhitungan jika chainsaw dan traktor merupakan milik Perhutani yaitu Rp 148
123/m3. Hal tersebut menunjukan bahwa biaya lebih murah Rp 32 084/m3, jika
alat dimiliki oleh Perhutani. Beberapa kegiatan di lapangan ditemukan tidak
sesuai prosedur yang berlaku di Perhutani. Penyebabnya antara lain kedisiplinan
dan pengawasan yang kurang. Pengawasan secara intensif terhadap mandor dan
operator perlu dilakukan di lapangan agar kegiatan dapat terkontrol dan berjalan
dengan baik.
Collections
- MT - Forestry [1411]