Potensi Cadangan Karbon Pada Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Di Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Mendukung Implementasi Rspo
Abstract
Perkebunan kelapa sawit memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan menurunkan emisi gas rumah kaca di atmosfir. Pengelolaan kawasan bernilai konservasi tinggi (KBKT) di area perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu cara mengoptimalkan peran perkebunan kelapa sawit dalam bidang sosial, konservasi sumberdaya alam dan lingkungan. Perkebunan kelapa sawit yang menjadi anggota RSPO wajib menerapkan prinsip dan kriteria RSPO dalam mengelola KBKT seperti melakukan estimasi cadangan karbon. Estimasi cadangan karbon merupakan bagian dari strategi penurunan emisi gas rumah kaca di perkebunan kelapa sawit dimana berdasarkan Perpres No 61 Tahun 2011 pemerintah telah menargetkan untuk mengurangi emisi GRK dari sektor perkebunan kelapa sawit sebesar 75 juta CO2e.
Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi cadangan karbon (C) dari biomassa, nekromassa dan tanah gambut di KBKT dan mengevaluasi penerapan prinsip dan kriteria RSPO dalam pengelolaan KBKT.
Penelitian dilakukan di KBKT PT Dendymarker Indahlestari yang terletak di Desa Bingin Rupit, Kecamatan Muara Rupit, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Estimasi cadangan karbon meliputi cadangan karbon biomassa di atas permukaan dan karbon biomassa di bawah permukaan. Pengukuran dan perhitungan cadangan karbon pada tegakan pohon menggunakan persamaan allometrik yang dikembangkan oleh Chave et al. 2014, sedangkan pada tumbuhan bawah, serasah, pohon mati, kayu mati, akar dan tanah gambut mengikuti ketentuan SNI 7724:2011. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik stratified systematic sampling. Pengambilan sampel selain tumbuhan bawah dan serasah dilakukan secara non destruktif. Teknik pengambilan sampel sosial menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data sosial terkait dengan penerapan prinsip dan kriteria RSPO dalam pengelolaan KBKT dilakukan dengan wawancara yang dipandu dengan kuesioner.
Cadangan karbon biomassa dan nekromasa di KBKT PT Dendymarker Indahlestari berbeda pada setiap tipe tutupan lahan. Tipe tutupan lahan berupa hutan rawa sekunder memiliki cadangan karbon paling tinggi dibanding hutan karet campuran dan semak belukar. Cadangan karbon pada hutan rawa sekunder sebesar 118.92 ton C ha-1, hutan karet campuran sebesar 44.42 ton C ha-1 dan semak belukar sebesar 9.44 ton C ha-1. Besaran cadangan karbon pada biomassa di atas permukaan menentukan besaran serapan CO2 di atmosfir, serapan CO2 oleh vegetasi pohon pada hutan rawa sekunder sebesar 419.08 C ha-1, hutan karet campuran sebesar 151.94 C ha-1 dan semak belukar mencapai 22.39 C ha-1 .
Keberadaan tanah gambut di KBKT PT Dendymarker Indahlestari tidak tersebar merata, hutan rawa sekunder di KBKT merupakan tipe tutupan lahan yang tanahnya didominasi oleh tanah gambut dengan kategori tanah gambut dangkal (50-100 cm) hingga sedang (100-200 cm). Besaran cadangan karbon pada tanah gambut di KBKT berbeda-beda sesuai dengan tingkat kedalamannya, cadangan karbon tanah gambut dengan kedalaman rata-rata 30.60 cm (lapisan
bergambut) sebesar 176.94 ton C ha-1, kedalaman rata-rata 74.50 cm (gambut dangkal) sebesar 605.77 ton C ha-1 dan kedalaman rata-rata 129.75 cm (gambut sedang) sebesar 1 137.55 ton C ha-1.
Pengelola KBKT telah menerapkan prinsip dan indikator pengelolaan yang telah ditetapkan oleh RSPO. Terdapat 5 prinsip dan 16 indikator RSPO yang berkaitan dengan pengelolaan KBKT. Pengelola KBKT PT Dendymarker Indahlestari telah menerapkan prinsip dan indikator RSPO dalam mengelola KBKT sebesar 62.50%, namun hanya 43.75% dari penerapan prinsip dan indikator tersebut yang dilengkapi dokumen.