Gambaran Imunohistokimia Sod Pada Jaringan Testis Tikus Percobaan Yang Diberi Tepung Tempe Dan Kedelai Pangan Rekayasa Genetik (Prg) Dan Non-Prg

Abstract

Tempe merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia. Tempe dibuat melalui proses fermentasi kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp. Produksi tempe yang semakin meningkat setiap tahunnya, membuat ketersediaan bahan baku kedelai lokal tidak mencukupi. Kondisi ini membuat Indonesia harus mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan kedelai. Kedelai impor ada dua macam, yaitu kedelai Pangan Rekayasa Genetik (PRG) dan non-PRG. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian tepung tempe dan kedelai PRG dan non-PRG terhadap kandungan antioksidan Superoksida Dismutase (SOD) secara histologi pada testis tikus percobaan. Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus galur Sprague Dawley sebanyak 15 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok; (a) kelompok kontrol (kasein) (I), (b) kelompok tepung tempe PRG (B), (c) kelompok tepung kedelai PRG (D), (d) kelompok tepung tempe non-PRG (F), dan (e) kelompok tepung kedelai non-PRG (H). Perlakuan diberikan selama 90 hari (EFSA 2011 uji subkronik). Jaringan testis diproses dengan metode embedding menggunakan parafin dan dilakukan pewarnaan dengan teknik imunohistokimia terhadap kandungan Cu,Zn-SOD. Hasil penelitian menunjukkan pemberian tepung tempe PRG dan non-PRG dapat meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pemberian tepung kedelai PRG dan non-PRG memiliki kualitas protein yang sama dengan kasein untuk meningkatkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus.