Evaluasi dan PengembanganSistem Manajemen Rantai Pasok Ban ng Segar di· Kota Bekasi Jawa Barat.
View/ Open
Date
2016Author
Widria, Yefni
Trilaksani, Wini
Cahyadi, Rudi
Metadata
Show full item recordAbstract
Sektor kelautan dan, perikanan yang seeara umum terdiri dari perikanan'
tangkap dan, perikanan 'budidaya merupakan sektor• potensial bagi sumbet
pertumbuhan ekonomi dari ~umber pengJridupan masyarak~t Indonesia. Industri'
perikanan telah memberikan pendap~tan inelalui penyerapan tenaga kerja pada
Unit Pengolahan Ikan (UP!) bernilai tainb8h. Produk Oomestik Bruto (POB)
, sektor perikanan memegang, peranan strategis dalam memberikan kontribusi 'pada
, POB Nasional. Kontribtisi ekonomi sektor perikanan ini akan dapat :teruS
ditingkatkan apabila sejumlah tantangan pengembangan sektor kelautan ,dan
perikan~ dapat diatasi, sal$ satu tantangan tersebut adalah tidak terpenuhinya
utilitas unit pengolahan ikan yang ,rata-rata pada taboo 20llhanya 56,09 '%.,
Angka tersebut. mengindikasikan bahwa pasokan atau ketersediaan bahan' baku
, unit pengolahan ik~ masih minim, atau unit pengobihan tidak memperoleh bahan
baku yang eukup untuk menjamin 'keberlangstingan proses pengolahari. baik dari,
sektor perikanan tangkap maupun budidaya.' Salah satu unit ,pengolahan ikan yang
belum optimal utilitasnya adalahpengolahan ikan bandeng.
Ikan Bandeng (Chanos-chanos) merupakan salah satu komoditas yang'dapat
diperoleh dari sektor perikanan budidaya. ,Provinsi' Jawa Barat menempa#,
peringkat ke 3 (tiga) di Indonesia'daIam hal, penghasil bandeng setelah provinsi
Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Salah satu ,daerah ,produsen tersebut adalah
Kabupaten Karawang yang ~erdiri dari 30 keeamatan danbandeng sebagai ikan
,tambak diprodUksi di 9 (sembilan) keeamatan. ,
Potensi, Kabupaten' Karawang sebagai ,penghasil b~deng temyata tidak
menJamin ketersediaan bahail baku bagi 12 (dua belas) Industri Keeil'Menengah
(IKM) pengolah bandeng Kota Bekasi ~eeara berkefanjutan: Baban baku 12' IKM
pengolah bandeng tersebut berasal dari Kabupaten Karawang melalui suatu rantai
pasok bandeng segar. Berdasarkait hal tesebut, perlu dilakukan evaluasi dan
pengembangan sistem manajemen rantai pas ok bandeng segar di Kota Bekasi.
Kajian ierdahulu 'mengenai rantai ,pas ok perikanan diantaranya'dilaksanakan
oleh Rahmawaty, Rahayu dan Kusumaningrum (2014) dengan kajian berjudul
"Evaluasi dan, Pengembangan Strategi Keamanan Produk Perikanan untuk Ekspor
ke Atperika' Serikat" yang menganalisis kasus penolakan produk perikanan '
,Indonesia oleh Amerika, Serikat. Analisis data dilakukan' melalui gap analysis
dengan membandingkan regulasi dan standar keamanan produk perikanan
Indonesia dengan regulasi dan standar keamanan produk perikanan Food and
Drugs Administration (FDA). Ashri Prastiko Wibowo melakukan kajian berjudul
"Analisis Raritai Nilai (Value Chain) Koniunitas,lkan Bandeng di Keeamatan
Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang menganalisis rantai nilai komoditas
ikan bandeng. Metode analisis yang, digunakan 4alam kajian ini adalah analisis
Rantai Nilai (Vqlue Chains Analysis). Sejauh ini,belum ditemukan kajian tep.~g
Evaluasi dan Pengenibangan Sistem Manajemen Rantai Pasok Bandeng Segar di
Kota Bekasi. Melalui ~ajian, ini akan dihaSilk~ strategi. rantai pasok y~g
k~mprehensif dan berkesin~bungan yang mengakomodir seluruh . kepentingan
anggota rantai pasok sehingga dapat meningkatk~ pendapatan rant¢. pasok.
Tujuait dari kajian a4alah :. (1) Mengevaluasi •sistem manajem~n rantai ..
p~ok bandeng segar di KotaBekasi, Jawa Barat; (2). Menyusun strategi prioritas
pengembangan sistem manajeinen rantai pas ok bandeng segar di Kota Bekasi,
JawaBarat. '. . ...
Pengambilan data .dilakukan. '. dengan . teknik purpos,ive dan snowball.
sampli;'g. Target populasi adalah seluruhanggota rantal' pasok •bandeng segar.
Pengambilan . contoh dimulai dari lKM• pengolah, pengecer dan pengepul di•
Bekasi Timur, sampai ke' pembudidaya bandeng di Desa Ciparag~ Jaya,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang. Instrumeil yang. digunakan adalah
kuesioner yang berisi pertanyaan tentang seluruh. aIctifitas anggota rantai pasok
bandeng segar. Data yang' dikumpulkail pada kajian ini .adalah data primer'
dikumpulkan langsung dari sumber infoimasi mel8.Iw wawancara dan pengi~ian
kuesioner dan data sekunder dari studi. pustaka. 'Metoda kajian' menggunakan
analisis deskriptif, evaluasi dengan ~~mbandingkan aktivitBs ariggota rantai• pasok
dengan standar yang ada, analisis faktor internal dan eksternal, anali.sis matriks
. internal ,ekstemal (IE), analisis Strenghts, Weaknesses,. Opportunities and
Threaths (SWOT} dan Analytic Hierarchy Process (AHP). ' '
, . HasH 'observasi lapang menunjukkan anggo~ rantai pasok bandeng. segar
di Kota Bekasi terdiri dari 12 IKM pengolah, satu pengecer, satu pengepuldan
lima pell:lbudidaya.Hasil evaluasi menunjukkan terdapat gap antara aktivitas
maSing-masing anggota rantai pasok dengan' Standar Nasional Indonesia (SNI) ,
yaitu (1) penerapan GMP dan SSOP oleh-rKM pengolah, (2) cara pengangkutan
d~ penyimpanan ikan segar oleh pengepul dan.pengecer, (3) cara budidaya ikan
yang baik oleh• pembudidaya, dan (4) manajemen rantai pasok oleh seluruh
anggota rantai pasok. .
Analisis Strenghts Weaknesses Oppotunities Threatfzs ($WOT)
menghasilkari ~trategi pengembangan manajemen rantai pasok bandeng segar
dengan• melaksanakan Strategi SO (Strengnts' and Opportunities) 'yai,tu
peningkatan ket~rsediaaIi ikan di pusat produksi dan peningkatan koordinasi dan
koml:lllikasi dengan seluruh anggota r~tai pas ok. Strategi we (Weaknesses and
Oppotunities) yaitu 'pendidikan dan pelatihan SDM serta pembinaan kemitraan
perolehan modal. Strategi ST (Strenghts and Threaths) . yaitu pembentukan
organisasi anggota rantai pasok dan penambahan suplier bahan bahan baku dan
promosi. Strategi WT (Weaknesses ,and Threaths) , yaitu 'penggunaan teknologi
produksi yang lebih efisien dan efektif oleh IKM pengolah dan pembudidaya .
,bandeng serta perbaikan mutu dan inovasi produk. .
Analisis d~ngan nietoda Analytic Hierarchy Process (AHP). menghasilkan
inutan prioritas alternatif strategi yaitu (1) pembentukan jaringan perolehan bahan
baku dan jaringan pemasar~ oleh IKM pengolah, bobot 0.326; (2) peningkatan
mutu SDM oleh pemerintah, bobot 0.249;• (3) pembentukan kelembagaan oleh
pembudidaya, bobot 0.230, dan (4) menjalin kemitraan perol~han biaya usaha
oleh pengepul, bobot 0.195.
Collections
- MT - Professional Master [887]