Penyesuaian Anak Berhadapan Dengan Hukum Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerang
View/ Open
Date
2016Author
Sopiah, Neneng Nurul
Krisnatuti, Diah
Simanjuntak, Megawati
Metadata
Show full item recordAbstract
Kenakalan remaja yang berujung meningkatnya kejahatan pidana cukup
mengkhawatirkan. Akibatnya anak harus berhadapan dengan hukum dan
mendapatkan sanksi pidana berupa penahanan di dalam penjara. Narapidana harus
menjalani lama hukuman dalam jangka waktu tertentu sebagai konsekuensi dari
tindak pidana yang telah dilakukan. Akan tetapi, pengalaman tinggal di penjara
sering dikaitkan dengan lingkungan yang penuh stres. Di dalam penjara
narapidana mengalami berbagai masalah atau tekanan termasuk hilangnya
otonomi diri, kurangnya privasi, keamanan, dan harga diri yang rendah. Selain itu,
adanya isolasi sosial dan jauh dari keluarga mengharuskan narapidana memiliki
strategi koping tertentu untuk dapat mentoleransi stres dan mampu menyesuaikan
diri di lingkungan penjara. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh
karakteristik anak didik lapas (andikpas), sosial ekonomi keluarga, lama tahanan,
kunjungan keluarga, kerentanan dalam penjara, dan strategi koping terhadap
penyesuaian anak di dalam penjara.
Penelitian ini dilakukan menggunakan disain cross sectional study di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Tangerang. Waktu penelitian
termasuk persiapan, pengumpulan data, pengolahan, analisis, dan penulisan
laporan terhitung mulai Desember 2015 sampai November 2016. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh narapidana anak yang terdaftar di LPKA Kelas I
Tangerang. Contoh dalam penelitian ini adalah narapidana anak laki-laki berusia
12-18 tahun. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive sampling
dengan kriteria narapidana anak sedang menjalani tahanan ≤ 1 tahun yang
berjumlah 55 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner
meliputi: 1) karakteristik andikpas (usia anak, lama pendidikan, dan jenis
pelanggaran); 2) karakteristik sosial ekonomi keluarga (lama pendidikan orangtua
dan pekerjaan orangtua); 3) kerentanan di dalam penjara diukur menggunakan
item dari Fear of Victimization Scale dan Prison Stresses Scale (Maitland dan
Sluder‟s 1996) dengan nilai cronbach’s alpha 0.713; 4) strategi koping diukur
menggunakan kuesioner dari The COPE Inventory (Carver 1997) dengan nilai
cronbach’s alpha 0.960; 4) penyesuaian anak diukur menggunakan The
Weinberger Adjustment Inventory (WAI) dari Weinberger dan Schwartz (1990)
dengan nilai cronbach’s alpha 0.806. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari
LPKA Kelas 1 Tangerang berupa: 1) lama tahanan berupa data rasio dihitung
sesuai jumlah bulan ditahan sebelum penelitian dilakukan; 2) frekuensi kunjungan
berupa data rasio dihitung berdasarkan jumlah kunjungan yang diterima sebelum
penelitian. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda.
Rata-rata usia andikpas saat pertama kali ditahan adalah 16.33 tahun (±1.12),
berada pada rentang 14-18 tahun. Sementara itu, rata-rata usia andikpas saat
penelitian adalah 16.84 tahun (±1.33) dan berada pada rentang 14-20 tahun. Di
lihat dari lama pendidikan anak, rata-rata andikpas menyelesaikan pendidikan
kurang lebih selama 10 tahun (9.25±2.61) setara dengan lulusan SMP atau kelas 1
SMA dan berada pada rentang 4-12 tahun. Rata-rata lama tahanan yang sedang
dijalani andikpas adalah 6.38 bulan (±3.88) dengan lama tahanan minimal I bulan
dan lama tahanan maksimal 12 bulan. Berdasarkan rata-rata kunjungan keluarga
adalah 4.76 kali (±4.11) dengan rentang kunjungan 0-12 kali. Berdasarkan jenis
pelanggaran yang dilakukan andikpas, lebih dari sepertiga (30.9%) andikpas
terlibat kasus tindak kekerasan dan pelecehan, lebih dari seperempat (27.3%)
andikpas terlibat kasus pencurian dan perampokan, kurang dari seperempat
(23.6%) andikpas terlibat kasus pengederan narkotika, dan masing-masing 5.5
persen terlibat kasus pembunuhan dan pemerasan, serta 3.6 persen masing-masing
terlibat kasus penganiayaan berat dan ketertiban.
Hasil penelitian menemukan bahwa rataan tertinggi pada aspek stres penjara
yang dialami andikpas adalah kehilangan keluarga dan teman. Pada aspek
perasaan takut, andikpas menyatakan cukup aman dan cukup khawatir akan
diserang ketika berada di dalam lapas. Pada aspek dukungan internal, rataan
tertinggi andikpas memiliki banyak teman didalam lapas. Pada aspek kontrol
penjara, LPKA Kelas I Tangerang memiliki sistem kontrol penjara termasuk
kategori tinggi. Selain itu, lebih dari separuh andikpas melakukan strategi koping
termasuk kategori tinggi dengan rataan tertinggi berada di koping berfokus pada
emosi. Sekitar lima dari sepuluh andikpas melakukan penyesuaian termasuk
kategori tinggi dengan rataan tertinggi pada dimensi menahan diri.
Hasil penelitian juga menemukan bahwa salah satu aspek kerentanan dalam
penjara yaitu stres dan kontrol penjara memiliki hubungan negatif signifikan
dengan dimensi menahan diri dan dimensi kesulitan menyesuaikan. Hampir
seluruh aspek strategi koping meliputi koping berfokus pada masalah, koping
berfokus pada emosi, koping menghindar, dan koping mencari dukungan sosial
memiliki hubungan negatif signifikan dengan kedua dimensi penyesuaian.
Berdasarkan uji regresi linear berganda, salah satu aspek kerentanan dalam
penjara yaitu dukungan internal memiliki pengaruh yang positif signifikan
terhadap penyesuaian anak didalam penjara. Selain itu, salah satu aspek strategi
koping yaitu koping menghindar memiliki pengaruh yang negatif signifikan
dengan penyesuaian anak didalam penjara.
Hasil penelitian ini merekomendasikan kepada Pemerintah melalui
Kementrian Hukum dan HAM, Komisi Perlindungan Anak Indonesia didalam
menyusun upaya atau program strategis untuk meningkatkan keterampilan koping
dan penyesuaian yang positif bagi narapidana anak. Pentingnya kerjasama
lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah untuk melakukan model
pendampingan dan layanan konseling kepada narapidana anak untuk
mengarahkan terhadap pengembangan perilaku yang pro sosial atau memberikan
model peran dewasa yang positif pada anak. Selain itu, peran penting staf dalam
menciptakan iklim yang positif diantara narapidana anak yang dapat mendorong
terjadinya interaksi sosial yang baik, rasa stabilitas, dan lingkungan yang aman.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]