Variasi Diurnal Cuaca Ekstrem Selama Periode Intensive Observational Period (IOP) 2015 (Studi Kasus: Bogor Jawa Barat).
View/ Open
Date
2017Author
Rahmawati, Dwi
Sugiarto, Yon
Sulistyowati, Reni
Metadata
Show full item recordAbstract
Hujan lebat, badai, kekeringan, dan puting beliung merupakan fenomena cuaca ekstrim yang pernah terjadi di Indonesia. Hujan ekstrem adalah fenomena cuaca yang sering dibahas karena dapat menyebabkan kerugian dalam berbagai jenis aspek kehidupan. Proses terjadinya hujan ekstrem dapat dianalisis menggunakan kondisi atmosfer wilayah setempat dengan melakukan pengamatan udara atas. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan variasi diurnal cuaca ekstrem selama Intensive Observational Period (IOP) tahun 2015, menentukan parameter RAOB yang paling berpengaruh terhadap pembentukan hujan ekstrem, dan menjelaskan hubungan hujan di Bogor dengan banjir di DKI Jakarta. Data yang digunakan adalah Data Rawinsonde selama IOP 2015 di Bogor dari tanggal 1 sampai dengan 19 Februari 2015 dengan waktu pengamatan 00, 06, 12, 18 UTC dan Data Curah Hujan (AWS) perjam dari Stasiun BMKG Dramaga dan Citeko, Bogor. Parameter kondisi atmosfer yang perlu dikaji secara intensif untuk melakukan prediksi jangka pendek meliputi ketinggian tropopouse dengan kontribusi sebesar 50%, ketinggian puncak awan dilihat dari tinggi LFCEL dan CCLEL berturut-turut sebesar 67% dan 50%, tebal awan sebesar 67%, stabilitas atmosfer dilihat dari nilai Lifted Index (LI) dan K-Index (KI), serta besarnya kecepatan parsel udara naik ke atas (Mvv) masing-masing sebesar 83%. Kondisi angin juga mempengaruhi terjadinya hujan di suatu daerah. Saat terjadi hujan, arah angin di atmosfer bawah (dari permukaan sampai level 500 mb) tidak teratur, sedangkan saat tidak terjadi hujan arah angin di atmosfer bawah teratur. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama IOP 2015 kondisi atmosfer tidak ekstrem, tetapi ada dua hari yaitu tanggal 9 dan 18 Februari yang cukup mendukung terjadinya hujan lebat skala lokal (setempat). Banjir besar yang terjadi di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya pada periode IOP disebabkan oleh curah hujan ekstrem lokal di DKI Jakarta dan bukan banjir kiriman dari Bogor.