Model Integrasi Kelembagaan Adat Panglima Laot Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh, Provinsi Aceh
View/ Open
Date
2016Author
Aris, Muhammad
Fahrudin, Achmad
Riani, Etty
Metadata
Show full item recordAbstract
Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh memiliki keunikan dalam
pengelolaan, karena selain dikelola oleh pemerintah (Badan Konservasi Sumber
Daya Alam) juga dikelola secara adat oleh Panglima Laot Lhok Iboih. Meskipun
kedua lembaga mengelola wilayah masing-masing namun sebagian besar wilayah
yang dikelola merupakan wilayah yang sama. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi dan mengevaluasi sistem pengelolaan kawasan konservasi oleh
lembaga adat Panglima Laot Lhok Iboih dan Badan Konservasi Sumber Daya
Alam, menghitung dan mengestimasi tingkat keberlanjutan pengelolaan Wilayah
Hukom Adat Laot oleh Panglima Laot Lhok Iboih dan TWA Laut Pulau Weh oleh
Banda Konservasi Sumber Daya Alam, serta mendesain model integrasi sistem
pengelolaan Lembaga Adat Panglima Laot Lhok Iboih kedalam pengelolaan TWA
Laut Pulau Weh.
Penelitian dilakukan di Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam Laut
Pulau Weh, Kota Sabang Provinsi Aceh. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan
metode wawancara mendalam terhadap responden yang dipilih secara purposive
sampling. Selain masyarakat, wawancara dilakukan terhadap instansi-instansi
yang relevan dengan penelitian ini. Data sekunder meliputi dokumen rencana
pengelolaan TWA Pulau Weh, dokumen penataan blok TWA Pulau Weh, laporan
penanggung jawaban kerja Panglima Laot Lhok Iboih, data ekosistem terumbu
karang dan data lainnya. Tahapan analisis data pada penelitian ini adalah
menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat, menganalisis kebijakan,
menganalisis tingkat keberlanjutan pengelolaan kawasan dengan metode analisis
statistik multi dimensional scalling (MDS) yang di dasarkan pada perangkat lunak
RAPFISH, mementukan stakeholder, serta mendesain model integrasi sistem
Lembaga Adat Panglima Laot Lhok Iboih kedalam pengelolaan TWA Laut Pulau Weh
menggukan model konseptual.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem pengelolaan yang dilakukan oleh
Badan Konservasi Sumber Daya Alam di TWA Pulau Weh di wilayah perairan
menunjukan hasil kurang berkelanjutan. Tiga dimensi yang digunakan yaitu
dimensi ekologi, dimensi ekonomi sosial dan budaya dan dimensi pengelolaan
menunjukan indeks di bawah 50. Sistem pengelolaan oleh Lembaga Adat
Panglima Laot Lhok Iboih di Wilayah Hukom Adat Panglima Laot menunjukan
tingkat keberlanjutan yang cukup berkelanjutan, dari tiga dimensi, hanya dimensi
ekologi yang berada pada kategori kurang berkelanjutan. Kurang berkelanjutan
kondisi ekologi pada dua wilayah di duga di sebabkan oleh kegiatan antropegenik
dan juga oleh peristiwa pemutihan karang pada tahun 2010 di Pulau Weh dan
sekitarnya yang menyebabkan terjadi penurunan karang keras lebih dari 50 % di
TWA Laut Pulau Weh dibandingkan pada tahun 2009.
Pengelolaan TWA Laut Pulau Weh oleh BKSDA dan Wilayah Hukom Adat
Panglima Laot Lhok Iboih saat ini memiliki beberapa perbedaan. Akan tetapi pada
prakteknya terdapat kesamaan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut memberikan
peluang untuk melakukan integrasi dua sistem pengelolaan menjadi satu sistem
pengelolaan dengan tujuan meningkatkan efektivitas pengelolaan. Integrasi
kegiatan kedua sistem pengelolaan dapat dilakukan dengan mengintegrasikan
wilayah kelola TWA Laut Pulau Weh dan Wilayah Hukom Adat Panglima Laot
Lhok Iboih, pengawasan dan pengamanan kawasan, peraturan, penegakan aturan,
dan biaya pengelolaan.
Collections
- MT - Fisheries [3019]