Pengelolaan Ekosistem Mangrove Secara Berkelanjutan Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Utara.
View/ Open
Date
2016Author
Saman, Romzatul Ula
Setyobudiandi, Isdradjad
Fatchiya, Anna
Metadata
Show full item recordAbstract
Mangrove di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan komunitas
yang tumbuh secara alami. Mangrove memiliki peranan penting sebagai daerah
pengasuhan dan pembesaran dan habitat dari beberapa ikan, udang dan kerang.
Mangrove juga memiliki peran sebagai Green Belt, yang melindungi pantai dari
abrasi dan sebagai perangkap sedimen. Ekosistem mangrove di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan telah mengalami penurunan baik secara kualitas maupun
kuantitas karena pemanfaatan mangrove oleh masyarakat setempat yang tidak
memperhatikan aspek lingkungan serta kurangnya pengetahuan tentang manfaat
keberadaan mangrove. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis kondisi
ekosistem mangrove, mengidentifikasi pemanfaatan ekosistem mangrove oleh
masyarakat dan merumuskan strategi pengelolaan ekosistem mangrove secara
berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Desember 2014- Februari 2015 di
ekosistem mangrove Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan purposive sample.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung (observasi) di
lapangan dan wawancara terstruktur dengan bantuan kuisioner. Pengumpulan data
sekunder diperoleh melalui survei pada instansi terkait dan studi literatur. Analisis
data yang digunakan meliputi analisis vegetasi mangrove, analisis kuantitatif
dengan metode Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH) dan analisis kuantitatif
(deskriptif) untuk analisis pemanfaatan mangrove oleh masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan vegetasi mangrove di Kabupaten Bolsel terdiri
dari 11 spesies, yaitu Avicennia alba, Avicennia marina, Rhizophora stylosa,
Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Bruguiera
cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Xylocarpus granatum dan Nypa
fruticans. Berdasarkan hasil analisis vegetasi mangrove, kerapatan mangrove
termasuk dalam kategori sedang pada stasiun IV, V, dan VI sedangkan kerapatan
mangrove dengan kategori jarang pada stasiun I, II, dan III. Pemanfaatan ekosistem
mangrove oleh masyarakat di keenam stasiun mencakup kayu mangrove, batang
mangrove, buah Nypa, dan Perikanan. Hasil analisis RAPFISH status keberlanjutan
multidimensi pengelolaan ekosistem mangrove di Kabupaten Bolsel termasuk
kategori kurang berkelanjutan (45,16), dimensi ekologi termasuk kategori kurang
berkelanjutan (44,02), dimensi ekonomi termasuk kategori kurang berkelajutan
(49,55), dimensi sosial termasuk kategori cukup berkelanjutan (51.08) dan dimensi
kelembagaan termasuk kategori kurang berkelanjutan (49.32). Strategi pengelolaan
ekosistem mangrove secara berkelanjutan di Kabupaten Bolsel sebagai berikut :
(1) Peningkatan program rehabilitasi mangrove yang melibatkan masyarakat dari
tahap perencanaan sampai dengan tahap pengawasan, (2) Penguatan hukum dan
kelembagaan, (3) Mengembangkan potensi sumberdaya alam yang ada sebagai
mata pencaharian alternatif sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat, (4) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan dan pelestarian ekosistem mangrove, (5) Peningkatan kapasitas SDM
dan (6) Peningkatan koordinasi antar stakeholders dengan melibatkan seluruh
stakeholder yaitu Pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat dalam penyusunan
rencana dan implementasi program-program pengelolaan dan pelestarian ekosistem
mangrove.
Collections
- MT - Fisheries [3011]