Dampak Pengembangan Perkebunan Kelapa Rakyat Terhadap Kemiskinan dan Perekonomian Kabupaten Indragiri Hilir
View/ Open
Date
2011Author
Aris, Ahmad
Juanda, Bambang
Fauzi, Akhmad
Budiman, Dedi
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu sentra produksi kelapa di Indonesia dan sebagian besar peduduknya berusaha di sektor kelapa sebagai mata pencaharian utamanya. Disisi lain, kabupaten ini memiliki persentase penduduk miskin yang tertinggi diantara kabupaten/kota yang ada di Provinsi Riau pada beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk : (i) menganalisis dampak pengembangan sektor kelapa terhadap perekonomian Kabupaten Indragiri Hilir ditinjau dari aspek output, PDRB, tenaga kerja, dibandingkan sektor pertanian lainnya dan sektor industri pengolahan kelapa, serta menganalisis keterkaitan sektor kelapa dan multiplier effect terhadap output, nilai tambah bruto, pendapatan dan tenaga kerja, (ii) menganalisis indikasi dan potensi kebocoran wilayah sektor kelapa serta dampaknya terhadap perekonomian Kabupaten Indragiri Hilir, dan (iii) menganalisis opsi kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan dan menurunkan kemiskinan di Kabupaten Indragiri Hilir. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dianalisis dengan menggunakan Analisis Input-Output, Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi, Analisis Indeks Kemiskinan Foster-Greer-Thorbecke, Analisis Regresi Model Ekonometrika, Analisis Gini Ratio, Analisis Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dan Analisis Deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (i) sektor kelapa memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan output, PDRB, dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Indragiri Hilir, dimana sektor kelapa memberikan kontribusi sebesar 13.44 persen terhadap output total wilayah, sebesar 17.86 persen terhadap PDRB total wilayah dan sebesar 27.92 persen terhadap serapan tenaga kerja total wilayah. Selanjutnya sektor industri pengolahan kelapa memberikan kontribusi sebesar 21.05 persen terhadap output total wilayah, sebesar 15.76 persen terhadap PDRB total wilayah dan sebesar 3.26 persen terhadap serapan tenaga kerja total wilayah; (ii) Sektor kelapa dan sektor industri pengolahan kelapa memiliki peranan yang lebih besar terhadap pembentukan Output, PDRB dan tenaga kerja bila dibandingkan dengan sektor pertanian lainnya. (iii) Sektor kelapa memiliki keterkaitan kedepan yang masih lemah dengan indeks keterkaitan kedepan sebesar 0.75 dan sektor industri kelapa skala rumah tangga juga memiliki keterkaitan kebelakang yang lemah dengan nilai indeks keterkaitan kebelakang sebesar 0.71; (iv) Sektor kelapa dan sektor industri pengolahan kelapa memiliki multiplier effect yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja, pendapatan tenaga kerja, nilai tambah bruto, dan output perekonomian wilayah Kabupaten Indragiri Hilir; (v) Sektor kelapa mengalami kebocoran wilayah, terutama pada sektor industri pengolahan kelapa skala besar yang disebabkan oleh adanya aliran pendapatan modal dan tenaga kerja yang keluar wilayah; (vi) simulasi investasi di sektor industri kelapa skala rumah tangga (I-IKLPRT) memberikan peningkatan pendapatan rata-rata yang tertinggi pada kelompok rumah tangga yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir yaitu sebesar
iv
4.81 persen, kemudian disusul simulasi investasi di sektor industri kelapa skala rumah tangga dan infrastruktur jalan raya (I-IKLPRT+JLN) sebesar 4.59 persen dan simulasi investasi di sektor kelapa dan industri kelapa skala rumah tangga (I-KLP+IKLPRT) sebesar 4.48 persen. Simulasi investasi di sektor kelapa sawit (I-KLS) memberikan peningkatan pendapatan rata-rata yang terendah pada kelompok rumah tangga yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir yaitu hanya 3.73 persen, kemudian disusul simulasi investasi di sektor industi kelapa skala besar (I-IKLPBS) yaitu sebesar 3.77 persen; (vii) Investasi di sektor kelapa (simulasi investasi di sektor kelapa (I-KLP), investasi di sektor industri kelapa skala besar (I-IKLPBS) dan investasi di sektor industri kelapa skala rumah tangga (I-IKLPRT) memberikan peningkatan pendapatan rata-rata rumah tangga secara berturut-turut adalah 4.15 persen, 3.77 persen dan 4.81 dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan simulasi investasi di sektor kelapa sawit (I-KLS) yang hanya memberikan peningkatan pendapatan sebesar 3.73 persen; (viii) simulasi investasi di sektor industri kelapa skala rumah tangga (I-IKLPRT) dan simulasi investasi di sektor industri kelapa skala rumah tangga dan infrastruktur jalan (I-IKLPRT+JLN) dapat menurunkan nilai indeks Gini Ratio atau kesenjangan pendapatan antara rumah tangga yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir. (ix) Setiap simulasi hanya mampu menurunkan kemiskinan pada kelompok rumah tangga petani memiliki lahan 0.00 – 1.00 Ha sebesar 2.78 persen dan pada kelompok rumah tangga petani memiliki lahan > 1.00 Ha sebesar 5.66 persen. Sedangkan pada kelompok rumah tangga lainnya tidak mengalami penurunan kemiskinan; (x) Penurunan kemiskinan di Kabupaten Indragiri Hilir pada masing-masing simulasi kebijakan sebesar 2.36 persen; (xi) Penurunan kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan tertinggi dapat diperoleh dari simulasi investasi di sektor industri kelapa skala rumah tangga (I-IKLPRT), kemudian disusul simulasi investasi di sektor industri kelapa skala rumah tangga dan infrastruktur jalan (I-IKLPRT+JLN), simulasi investasi di sektor kelapa dan industri kelapa skala rumah tangga (I-KLP+IKLPRT), simulasi investasi di sektor kelapa dan infrastruktur jalan (I-KLP+JLN), simulasi investasi di sektor kelapa (I-KLP), simulasi investasi di sektor industri kelapa skala besar (I-IKLPBS) dan simulasi investasi di sektor kelapa sawit (I-KLS), dan (xii) parameter peubah alokasi anggaran pembanguan disetiap kecamatan, jumlah kelembagaan produksi disetiap kecamatan, jumlah kelembagaan pemasaran hasil disetiap kecamatan, persentase rumah tangga pertanian disetiap kecamatan dan lokasi industri pengolahan kelapa yang nyata terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten Indragiri Hilir.
Implikasi kebijakan dan rekomendasi antara lain: (i) Investasi disektor kelapa dan sektor industri pengolahan kelapa hanya mampu menurunkan jumlah kemiskinan rumah tangga di Kabupaten Indragiri Hilir rata-rata hanya sebesar 2.36 persen. Oleh karena itu investasi disektor kelapa dipandang belum mampu mengatasi permasalahan kemiskinan di Kabupaten Indragiri Hilir. Rendahnya penurunan kemiskinan di Kabupaten Indragiri Hilir ini terkait dengan rendahnya alokasi anggaran yang dapat di alokasikan di sektor perkebunan kelapa dan industri pengolahannya yaitu hanya maksimum Rp. 100 milyar setiap tahunnya (Biro Keuangan Setda Inhil, 2009). Sementara berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan pendekatan ICOR dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 9 persen, maka diperoleh kebutuhan investasi di sektor kelapa dan industri
v
pengolahannya sebesar Rp. 520 milyar. Oleh karena itu perlu adanya pengalokasian anggaran yang lebih banyak disektor kelapa seperti untuk replanting dan pengembangan industri pengolahan kelapa skala rumah tangga. (ii) Kebocoran wilayah disektor kelapa dapat diatasi melalui peningkatan industri pengolahan kelapa di dalam wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terutama industri kelapa skala rumah tangga dan menengah. (iii) Pemberian kewenangan yang besar oleh Pemerintah terhadap industri pengolahan kelapa yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir untuk membuka perkebunan kelapa hybrida yang mencapai 73 758 Ha telah memberikan dampak sosial yaitu pemasaran kelapa rakyat menjadi sangat sempit, oleh karena itu perlu ada kebijakan pengembangan kapasitas industri kelapa yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir dengan meningkatkan kerjasama pemasaran yang dilakukan dengan pola pengembangan badan usaha milik petani dan investor. (iii) Untuk meningkatkan pengembangan wilayah perlu: (a) optimalisasi kebijakan komoditas kelapa sebagai komoditi unggulan melalui alokasi APBD dan akses kredit (ii) memperkuat struktur pasar yang kompetitif (iii) memperkuat posisi tawar menawar petani kelapa (iv) pengembangan industri pengolahan.
Collections
- DT - Agriculture [752]