Show simple item record

dc.contributor.advisorAdrianto, Luky
dc.contributor.advisorMadduppa, Hawis
dc.contributor.authorSiregar, Jhon Septin M.
dc.date.accessioned2017-01-31T04:38:45Z
dc.date.available2017-01-31T04:38:45Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82879
dc.description.abstractPenelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara keseluruhan wilayah adminstrasi Wakatobi merupakan taman nasional yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan No.7651/KPTS-II/2002 tanggal 19 Agustus tahun 2002.Taman Nasional Wakatobi merupakan taman laut terbesar kedua yang di miliki Indonesia dan menjadi salah satu Daerah Tujuan Wisata nasional. Merupakan cagar Biosfer terbaru Indonesia yang ditetapkan oleh UNESCO melalui sidang ke-24 ICC-MAB program pada tahun 2012 di Paris. Posisi Geostrategis Wakatobi di tengah pusat karang dunia, menyebabkan daerah ini sebagai wilayah yang memiliki keanekaragamn hayati yang sangat tinggi dan mempunyai pemandangan alam bawah laut yang indah dan eksotik. Keunggulan lokasi (geographical advantage) menjadi alasan Pemerintah Daerah menetapkan Ekowisata sebagai paradigma pembangunan wilayah Wakatobi. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak ekowisata bagi perekonomian pada tingkatan makro (ekonomi wilayah setempat) dan mikro (ekonomi rumahtangga) melalui sistem penghidupan dan tingkat resiliensi rumahtangga setelah ekowisata dikembangkan di Wakatobi menggunakan pendekatan “Sustainable Livelihood aproach”. Hasil kesimpulan penelitian ini adalah pada aras makro variabel yang mewakili aktivitas wisata yaitu hotel dan homestay serta jumlah wisatawan berkorelasi positif dan sangat kuat terhadap beberapa variabel ekonomi makro seperti PDRB, PDRB perkapita dan PAD, namun bekorelasi negatif terhadap penduduk miskin. Artinya kegiatan wisata belum dapat mengurangi tingkat kemiskinan yang terjadi di Wakatobi. Secara keseluruhan struktur nafkah masyarakat tidak menjadi lebih baik karena adanya pengembangan kegiatan ekowisata. Sektor pertanian masih menjadi sumber penghidupan utama. Selain itu tingkat pendapatan perkapita masyarakat diseluruh lapisan rumahtangga masih rendah, terutama pendapatan lapisan menengah bawah masih sangat jauh dari garis kemiskinan. Namun aktivitas ekowisata dapat meningkatkan resiliensi ekonomi rumahtangga. Hal ini terlihat dari lapisan rumahtangga atas memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan menengah dan bawah. Ekowisata belum berkontribusi besar dalam pembangunan wilayah karena terjadi persoalan ”Decoupling Sustainability”, hal ini menghambat tercapainya tujuan pembangunan wilayah yang berbasiskan ekowisata yaitu kelesetarian alam terjaga dan masyarakat lokal memperoleh manfaat. Tetapi yang terjadi adalah pembangunan ekowisata yang belum inklusif sehingga hanya lapisan rumahtangga atas yang mampu mengakses peluang yang tersedia. Ekowisata pada dasarnya dapat meningkatkan resiliensi ekonomi rumahtangga.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultral University (IPB)id
dc.subject.ddcRegional planningid
dc.subject.ddcRegional developmentid
dc.subject.ddc2014id
dc.subject.ddcWakatobi-Sulawesi Tenggaraid
dc.titleAnalisis Pemanfaatan Pengetahuan Ekologi Lokal Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (Kkpd) Pesisir Timur Pulau Weh (Ptpw) Sabangid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordpembangunan wilayahid
dc.subject.keywordekowisataid
dc.subject.keywordlivilihoodid
dc.subject.keywordresiliensiid
dc.subject.keyworddecoupling sustainabilityid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record