Pembentukan Harga Jagung Di Provinsi Lampung
View/ Open
Date
2016Author
Purwasih, Rati
Firdaus, Muhammad
Hartoyo, Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Jagung merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi Lampung,
akan tetapi jumlah produksi jagung di provinsi ini terus mengalami penurunan
selama 5 tahun terakhir yaitu dari 2 126 571 ton pada tahun 2010 menjadi
1 719 386 ton pada tahun 2014. Penurunan jumlah produksi tersebut mengikuti
trend penurunan luas panen jagung yaitu dari 447 509 hektar pada tahun 2010
menjadi 338 885 hektar pada tahun 2014. Insentif bagi petani untuk berusaha tani
jagung yaitu harga. Rata-rata harga jagung yang diterima petani (produsen) dari
Januari 2009 sampai Desember 2014 yaitu sebesar Rp 1 820 per kilogram,
sedangkan rata-rata harga jagung di tingkat konsumen yaitu sebesar Rp 3 205 per
kilogram. Jika dilihat dari rata-rata harga jagung di tingkat produsen dan
konsumen tersebut, terdapat disparitas harga yang cukup besar antara produsen
dan konsumen di Provinsi Lampung yang mungkin disebabkan oleh panjangnya
rantai pemasaran atau penyalahgunaan market power. Selain itu, harga jagung di
tingkat konsumen lebih berfluktuasi jika dibandingkan dengan harga jagung di
tingkat produsen. Hal ini dapat disebabkan oleh proses transmisi harga yang
asimetri artinya saat harga jagung di tingkat konsumen naik akan diteruskan
secara perlahan-lahan dan tidak sepenuhnya ke tingkat produsen. Penyebab
transmisi harga asimetri di antaranya karena penyalahgunaan market power oleh
pedagang.
Pada pasar yang terhubung secara vertikal dengan pasar yang lain dalam
perdagangan, harga di pasar acuan akan mempengaruhi harga yang terbentuk di
pasar pengikut. Harga jagung juga dipengaruhi oleh jumlah produksi karena pola
produksi yang mengikuti musim. Selain itu, komoditas jagung memerlukan waktu
mulai dari proses pengolahan lahan sampai panen dan pemasaran hasil panen
sehingga harga jagung dipengaruhi juga oleh penyesuaian pasar.
Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis transmisi harga jagung dari tingkat
konsumen ke tingkat produsen dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan harga jagung tingkat produsen di Provinsi Lampung.
Data yang digunakan untuk menganalisis transmisi harga jagung dari tingkat
konsumen ke tingkat produsen dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan harga jagung tingkat produsen yaitu data time series bulanan dari
Januari 2009 sampai Desember 2014 (72 bulan). Asymmetric Error Correction
Model (AECM) yang dikembangkan oleh von Cramon-Taubadel and Loy (1996)
digunakan untuk menganalisis transmisi harga jagung dari tingkat konsumen ke
tingkat produsen. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga jagung
tingkat produsen diestimasi dengan menggunakan metode pendugaan Ordinary
Least Squares (OLS).
Hasil uji kausalitas menunjukkan bahwa harga jagung di tingkat konsumen
mempengaruhi harga jagung di tingkat produsen. Selanjutnya dilakukan estimasi
Asymmetric Error Correction Model (AECM) diperoleh hasil bahwa dalam
jangka pendek transmisi harga jagung dari tingkat konsumen ke tingkat produsen
tidak berjalan simetri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi petani
mengenai harga jagung sedangkan pedagang memiliki market power dalam
mempengaruhi harga sehingga dalam jangka pendek perubahan harga jagung di
tingkat konsumen tidak segera ditransmisikan ke tingkat produsen. Sebaliknya
dalam jangka panjang transmisi harga jagung dari tingkat konsumen ke tingkat
produsen berjalan secara simetri artinya saat terjadi kenaikan harga jagung di
tingkat konsumen maka produsen akan merespon dengan kenaikan harga dan
sebaliknya saat terjadi penurunan harga jagung di tingkat konsumen maka
produsen akan merespon dengan penurunan harga pada kecepatan yang sama.
Setelah dilakukan uji Wald diperoleh hasil bahwa tidak terbukti terjadi transmisi
harga asimetri dari tingkat konsumen ke tingkat produsen dalam jangka panjang.
Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang pemasaran jagung di
Provinsi Lampung efisien dari segi efisiensi harga.
Harga jagung yang terbentuk di tingkat produsen dipengaruhi oleh nilai
tukar, jumlah produksi, dan harga jagung di tingkat produsen pada periode
sebelumnya, sedangkan harga jagung tingkat konsumen dan harga jagung impor
tidak mempengaruhi harga jagung tingkat produsen. Harga jagung di tingkat
produsen kurang respon terhadap perubahan jumlah produksi. Hal ini terjadi
karena adanya kekuatan oligopsoni.
Collections
- MT - Economic and Management [2875]