Induksi Kalus Dan Regenerasi Tiga Genotipe Tomat (Solanum Lycopersicum L.) Melalui Kultur Antera
View/ Open
Date
2016Author
Ningsih, Ratna
Purwoko, Bambang Sapta
Syukur, Muhamad
Dewi, Iswari Saraswati
Metadata
Show full item recordAbstract
Tomat merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yang masih
memiliki produktivitas rendah dibandingkan dengan potensi hasil yang dapat
diperoleh. Oleh karena itu, upaya perakitan varietas unggul tomat untuk
meningkatkan produktivitas melalui kegiatan pemuliaan tanaman perlu dilakukan.
Kegiatan pemuliaan yang umum digunakan adalah persilangan yang diikuti dengan
seleksi, sehingga memerlukan waktu yang panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu metode yang dapat membantu mempercepat proses tersebut. Paduan
teknologi haploid dan pemuliaan konvensional dapat mempersingkat waktu seleksi
dalam proses pemuliaan tanaman. Kultur antera merupakan salah satu metode
dalam teknologi haploid yang paling banyak digunakan, termasuk pada tanaman
tomat. Keberhasilan kultur antera tomat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya genotipe, media, fase perkembangan mikrospora, pra perlakuan
sebelum kultur, dan kondisi lingkungan kultur. Saat ini, belum ada media dan fase
perkembangan mikrospora yang baku dalam kultur antera sehingga upaya untuk
mendapatkan media perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
fase perkembangan mikrospora berdasarkan panjang antera dan kuncup bunga pada
percobaan 1 dan mengetahui tanggap androgenesis tiga genotipe tomat melalui
kultur antera pada berbagai media induksi kalus dan regenerasi tanaman pada
percobaan 2.
Percobaan 1 menggunakan kuncup bunga dengan ukuran 1 mm hingga 10
mm untuk mendapatkan nilai panjang antera dan 2 hingga 7 mm untuk
mendapatkan fase-fase perkembangan mikrospora. Tiap pengamatan panjang
kuncup diulang sebanyak 6 kali. Tiap kuncup diambil 3 antera untuk diukur
panjangnya dan diamati fase perkembangan mikrosporanya. Fase perkembangan
mikrospora diamati sebanyak 2 kali untuk tiap antera per kuncup. Rata-rata panjang
antera genotipe Tora, Ratna dan hibrida Permata adalah 2.3±0.2 mm, 2.3±0.3 mm,
dan 2.5±0.2 mm. Fase meiosis pada genotipe Tora, Ratna dan Permata berada pada
panjang kuncup berturut-turut 2 mm hingga 4 mm, 2 mm hingga 5 mm dan 2 mm
hingga 4 mm. Fase tetrad pada genotipe Tora, Ratna dan Permata berada pada
panjang kuncup berturut-turut 5 mm hingga 6 mm, 5 mm dan 4 mm hingga 5 mm.
Fase mikrospora pada genotipe Tora, Ratna dan Permata berada pada panjang
kuncup berturut-turut 7 mm, 7 mm, dan 6 mm hingga 7 mm.
Percobaan 2 menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor dengan lima
ulangan. Perlakuan terdiri dari 3 genotipe dan enam media induksi kalus pada
percobaan 2a dan tiga genotipe serta dua media regenerasi pada percobaan 2b.
Genotipe yang digunakan adalah Tora, Ratna dan hibrida Permata. Media induksi
kalus yang digunakan adalah M1 (DBMI + 5 mg L-1 Kinetin + 2 mg L-1 NAA), M2
(DBMII + 1 mg L-1 Kinetin + 2 mg L-1 NAA), M3 (DBMIII + 0.01 mg L-1 Kinetin
+ 5 mg L-1 NAA), M4 (MS + 1 mg L-1 2ip + 2 mg L-1 IAA), M5 (MS + 0.02
mg L-1 2.4-D + 2 mg L-1 Kinetin) dan M6 (MS + 0.25 mg L-1 Zeatin + 0.5 mg L-1
IAA). Media regenerasi yang digunakan adalah R1 (MS + 1 mg L-1 Zeatin + 0.125
mg L-1 IAA) dan R2 (MS + 0.25 mg L-1 Zeatin).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi kalus terjadi setelah 25.0
hingga 28.0 hari dan inisiasi tunas terjadi setelah 57.0 hari hingga 68.0 hari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tomat varietas hibrida Permata memiliki tanggap
androgenesis yang lebih baik dibandingkan genotipe lainnya. Permata memiliki
persentase jumlah kalus paling tinggi (27.3%), kemudian diikuti oleh genotipe Tora
(14.0%) dan Ratna (12.0%). Persentase induksi kalus paling tinggi ditunjukkan oleh
media DBMI + 5 mg L-1 Kinetin + 2 mg L-1 NAA (39.7%) dan DBMII + 1 mg L-1
Kinetin + 2 mg L-1 NAA (33.0%). Baik genotipe maupun media yang digunakan
menghasilkan jumlah tunas yang rendah. Persentase induksi tunas varietas hibrida
Permata (4.2%) lebih tinggi dari Tora (2.1%) dan Ratna (0.0%). Persentase induksi
tunas Media MS + 1 mg L-1 Zeatin + 0.125 mg L-1 IAA sebesar 2.8% sedangkan
MS + 0.25 mg L-1 Zeatin sebesar 1.4%.
Collections
- MT - Agriculture [3778]