Kinerja Pengrajin Boneka Di Kota Bekasi Dalam Penerapan Standar Nasional Indonesia Mainan Anak
View/ Open
Date
2016Author
Prihatiningrum, Tintin
Muljono, Pudji
Sadono, Dwi
Metadata
Show full item recordAbstract
Penduduk Indonesia terdiri dari 25 persen anak-anak berusia 0 sampai 14 tahun, dengan tingkat impor mainan anak yang mencapai 60 juta dolar AS pada Agustus 2013, namun mainan anak-anak tersebut belum tentu seluruhnya memenuhi standar keselamatan. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Surat Keputusan No.55/M-IND/PER/11/2013 tentang pemberlakuan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) pada mainan anak. Penerapan standar wajib seharusnya dimulai pada bulan April 2014, tetapi sebagian besar pengrajin boneka yang berada di industri skala kecil belum siap.
Kinerja industri kecil dalam pelaksanaan standar wajib adalah penting karena mereka memiliki kontribusi terhadap PDB Indonesia dan pada tahun 2013, 3,9 juta UKM mampu menyerap tenaga kerja dari 9,14 juta orang. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis kinerja boneka pengrajin di Kota Bekasi dalam penerapan SNI mainan anak, 2) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pengrajin boneka di Kota Bekasi dalam penerapan SNI mainan anak.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2015 sampai November 2016 di Bekasi. Populasi penelitian ini adalah 46 pengrajin inti yang memiliki modal ekonomi dalam bentuk bahan baku, mesin dan biaya operasional produksi. Pengumpulan data dilakukan dengan sensus terhadap 46 pengrajin inti. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan statistik inferensial (Rank Spearman).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kinerja pengrajin boneka dalam penerapan SNI mainan anak tergolong pada kategori tinggi dalam tingkat pemenuhan persyaratan administasi, pengujian dan penandaan. Hasil analisis korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa faktor karakteristik yang berkorelasi dengan kinerja adalah pendidikan formal, pengalaman bisnis, kemampuan memenuhi permintaan pasar dan investasi usaha. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa faktor motivasi yang berkorelasi dengan kinerja adalah kebutuhan untuk kekuasaan. Faktor eksternal yang berkorelasi dengan kinerja adalah tingkat ketersediaan informasi dan tingkat pemberdayaan boneka pengrajin melalui pelatihan. Tidak satu pun dari faktor atribut inovasi yang terdiri dari tingkat keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas dan observabilitas, yang berkorelasi dengan kinerja.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]