Kriopreservasi Semen Ayam Sk Kedu Dalam Dua Pengencer Dengan Krioprotektan Dimethilsulfoksida
View/ Open
Date
2016Author
Telnoni, Sipora Petronela
Arifiantini, R Iis
Yusuf, Tuty Laswardi
Darwati, Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Ayam lokal Indonesia merupakan rumpun unggas asli atau plasma nutfah
unggas yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Ayam SK kedu merupakan
ayam hasil persilangan dari 3 rumpun ayam lokal Indonesia yaitu ayam sentul,
ayam kampung, dan ayam kedu. Ayam SK kedu dapat memberikan kontribusi
terhadap sumber daya keberagaman genetik unggas dan sumber pangan protein di
Indonesia. Kontribusi dan keberadaan ayam SK kedu perlu dilestarikan dan
dikembangkan melalui penerapan metode bioteknologi reproduksi yaitu
kriopreservasi semen dan inseminasi buatan (IB). Keberhasilan kriopreservasi
semen ayam dan IB pada ayam menggunakan semen beku masih memiliki tingkat
keberhasilan yang rendah, hal ini dihubungkan dengan nilai motilitas, viabilitas,
dan fertilitas spermatozoa. Kualitas semen beku ayam dipengaruhi oleh bahan
pengencer dan krioprotektan yang digunakan.
Beltsville poultry semen extender (BPSE) dan pengencer ringer laktat
kuning telur (RL-KT) dapat mempertahankan kualitas semen beku setelah
thawing. Disamping itu, Dimethilsulfoksida (DMSO) merupakan salah satu
krioprotektan yang dapat melindungi spermatozoa selama kriopreservasi. Dalam
upaya melestarikan dan mengembangkan ayam SK kedu menggunakan metode
kriopreservasi semen dan IB dibutuhkan formulasi bahan pengencer semen beku
ayam yang mampu menjaga kualitas semen beku oleh karena itu, guna
pelaksanaan konservasi dan pengembangan ayam SK kedu menggunakan
kriopreservasi semen dan IB, maka diperlukan formulasi bahan pengencer semen
beku ayam yang dapat menjaga kualitas semen beku.
BPSE dan pengencer RL-KT digunakan dalam kriopreservasi semen ayam
SK kedu yang ditambahkan krioprotektan DMSO dengan konsentrasi 8%, 10%,
dan 12%. Perlakuan dibagi ke dalam 2 kelompok, masing-masing kelompok
memiliki 3 perlakuan dari pengencer semen beku, sehingga diperoleh 6 perlakuan
dalam penelitian: BPSE+DMSO 8% (BPSED8), BPSE+DMSO 10% (BPSED10),
BPSE+DMSO 12% (BPSED12) dan RL-KT+DMSO 8% (RL-KTD8),
RL-KT+DMSO 10% (RL-KTD10), RL-KT+DMSO 12% (RL-KTD12). Koleksi
semen menggunakan metode pengurutan (masase) pada bagian punggung ayam
menuju kloaka. Semen yang telah dikoleksi, dievaluasi secara makroskopis dan
mikroskopis. Semen yang memenuhi kriteria yaitu motilitas spermatozoa >70%,
abnormalitas <20%, dan konsentrasi > 3000 x 106 sel mL-1 diencerkan ke dalam 6
tabung sesuai perlakuan. Semen hasil pengenceran dievaluasi motilitas dan
viabilitas spermatozoa. Semen selanjutnya dikemas menggunakan straw 0.25 mL,
disegel, dilabel, dan diekuilibrasi pada suhu 5 ºC selama 2 jam. Semen hasil
ekuilibrasi selanjutnya dievaluasi terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa,
dibekukan menggunakan uap nitrogen cair (± -150 °C) selama 10 menit. Semen
beku disimpan dalam kontainer N2 cair (-196 °C) sampai 24 jam untuk pengujian
lebih lanjut. Evaluasi kualitas semen beku dilakukan dengan cara semen beku dithawing
dalam air hangat (37 °C) selama 30 detik. Kualitas semen beku dievaluasi
terhadap motilitas, viabilitas spermatozoa, dan recovery rate, dan fertilitas
spermatozoa. Persentase motilitas spermatozoa terbaik hasil kriopreservasi
digunakan untuk IB.
Hasil penelitian menunjukkan semen ayam SK kedu secara makroskopis
memiliki volume 0.15±0.02 mL berwarna putih susu dengan konsistensi kental,
dan pH 6.93±0.06. Secara mikroskopis semen memiliki gerakan massa 3,
motilitas dan viabilitas spermatozoa masing-masing 82.75±1.38% dan
90.78±1.59%. Abnormalitas spermatozoa cukup rendah hanya 2.44±0.63%,
dengan konsentrasi spermatozoa yang cukup tinggi 4 161±685.45 x106 sel mL-1.
Motilitas spermatozoa ayam SK kedu dalam BPSE dan pengencer RL-KT dengan
DMSO konsentrasi 8%, 10%, dan 12% tidak berbeda setelah pengenceran dan
setelah ekuilibrasi. Motilitas spermatozoa setelah thawing dalam pengencer
RL-KTD10 (40.83±1.67%) memiliki nilai tertinggi (P<0.05) dibandingkan
kombinasi pengencer dan kriprotektan lainnya. Viabilitas spermatozoa tidak
menunjukkan adanya perbedaan antara perlakuan setelah pengenceran, setelah
ekuilibrasi, dan setelah thawing. Recovery rate spermatozoa dalam RL-KTD10
(46.71±1.97%) lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Fertilitas spermatozoa hasil IB menggunakan RL-KTD10 menunjukkan nilai yang
cukup tinggi yaitu 77.22%
Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa pengencer RL-KT
menggunakan DMSO 10% lebih baik dalam mempertahankan motilitas
spermatozoa dan recovery rate spermatozoa dalam kriopreservasi semen ayam SK
kedu. BPSE dan pengencer RL-KT menggunakan DMSO konsentrasi 8%, 10%,
dan 12 % memiliki kemampuan yang sama baik dalam mempertahankan viabilitas
spermatozoa. Pengencer RL-KT menggunakan DMSO 10% menghasilkan nilai
fertilitas spermatozoa sebesar 77.22%.
Collections
- MT - Veterinary Science [899]