Penambahan Asam Humat Dalam Pakan Ikan Nila Oreochromis Niloticus Yang Mengandung Logam Berat Dari Kerang Hijau Perna Viridis
View/ Open
Date
2016Author
Marlinda, Shella
Jusadi, Dedi
Setiawati, Mia
Suprayudi, Muhammad Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Kerang hijau prospektif untuk dijadikan sebagai bahan baku pakan ikan, karena mengandung protein yang tinggi, produktivitas tinggi. Namun kerang hijau memiliki kandungan logam berat yang tidak layak dikonsumsi manusia. Untuk mencegah akumulasi logam berat di dalam tubuh ikan yang mengkonsumsi pakan dengan bahan baku kerang hijau, perlu ditambah asam humat di dalam formula pakan tersebut. Asam humat diketahui dapat mengkelat logam berat, sehingga mencegah akumulasi logam berat di dalam ikan yang mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan menguji peran asam humat yang ditambahkan ke dalam pakan yang mengandung logam berat dari kerang hijau dalam mencegah akumulasi logam berat serta menunjang kinerja pertumbuhan ikan nila Oreochromis nilotius.
Kerang hijau yang mengandung logam berat diformulasi bersama bahan baku lain dan asam humat sebanyak 0, 100, 200, 400, dan 800 mg kg-1 pakan. Ikan nila dengan bobot 7,9±0,02 g dipelihara dalam 15 akuarium yang berukuran 100 x 45 x 35 cm dengan kepadatan 17 ekor/akuarium selama 60 hari. Ikan dipelihara menggunakan sistem resirkulasi top filter dan diberi pakan secara at satiation sebanyak 3 kali sehari pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Di hari ke 60, sebagian ikan dipanen, untuk diukur beratnya, sehingga laju pertumbuhan ikan dapat diukur. Jumlah konsumsi pakan selama masa budidaya dicatat untuk menghitung konversi pakan dan nilai retensi protein. Ikan yang mati selama masa pemeliharaan dicatat untuk dihitung tingkat kelangsungan hidupnya. Sembilan ekor ikan diambil dagingnya untuk diukur logam berat. Tiga ekor ikan diambil dari masing-masing akuarium untuk diambil darahnya sebagai parameter hematologi. Lima ekor ikan dengan bobot rata-rata 41,9±5,62 g dipelihara kembali untuk uji kecernaan. Pemeliharaan untuk uji kecernaan dilaksanakan selama 60 hari. Pada akhir pemeliharaan uji kecernaan dan feses telah terkumpul, selanjutnya feses ikan dilakukan analisa guna menghitung nilai kecernaan total, kecernaan protein, analisis logam berat di feses agar dapat menghitung Pb yang diserap dan Pb yang dibuang via feses.
Penambahan asam humat di dalam formula pakan tidak menyebabkan terjadinya perubahan jumlah konsumsi pakan selama masa budidaya (p<0,05). Namun, bobot individu ikan di akhir masa budidaya meningkat secara signifikan seiring dengan meningkatnya penambahan asam humat di dalam pakan. Pada dosis 400 mg kg-1 merupakan dosis optimum yang diberikan di dalam formula pakan. Asam humat 400 mg kg-1 dapat meningkatkan nilai laju pertumbuhan harian (LPH) sebesar 0,29%, nilai kecernaan total, kecernaan protein, nilai retensi protein menjadi 30,9%, dan rasio konversi pakan (RKP) menjadi 1,8 nilai ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tanpa penambahan asam humat.
Status kesehatan melalui nilai hematologi (SDM, Hb, dan Hc) dan histologi jaringan ginjal dan hati juga menunjukkan bahwa dengan dosis 400 mg kg-1 memperlihatkan bahwa kerusakan yang terjadi akibat adanya logam berat Pb lebih ringan dibandingkan dengan tanpa penambahan asam humat. Hati adalah organ paling cocok untuk biomonitoring kesehatan ikan terutama akibat paparan logam berat, karena konsentrasi logam paling banyak terakumulasi dibagian hati. Kerusakan dalam jaringan serta kondisi kesehatan ikan nila ada kaitannya dengan kandungan Pb yang diserap dan dibuang via feses. Penambahan asam humat 400 mg kg-1 dapat mengurangi akumulasi logam berat dalam tubuh ikan dan meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila.
Collections
- MT - Fisheries [3026]