Perubahan Mutu Ubi Jalar (Ipomea Batatas L.) Segar Pada Sistem Penyimpanan Skala Pedesaan
View/ Open
Date
2016Author
Kafiya, Maftuh
Sutrisno
Nazli, Rizal Sjarief Sjaiful
Metadata
Show full item recordAbstract
Ubi jalar segar merupakan salah satu bahan pangan pengganti makanan pokok yang berfungsi sebagai produk pangan alternatif dan fungsional yang banyak ditanam di pedesaan. Sebagian besar kebutuhan pangan di perkotaan dipenuhi oleh bahan pangan yang ada di pedesaan. Oleh karena itu perlu penanganan pascapanen yang tepat di pedesaan khususnya pada penyimpanan sehingga kualitas ubi jalar masih dalam keadaan baik mengingat produk pangan selalu mengalami perubahan mutu setelah panen.
Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji beberapa metode penyimpanan pada sistem skala pedesaan, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu 1) melakukan identifikasi dan analisis perubahan mutu ubi jalar segar berdasarkan fisiologis, kimiawi dan mikrobiologis pada beberapa sistem penyimpanan skala pedesaan, 2) menentukan umur simpan ubi jalar pada sistem penyimpanan skala pedesaan yang terbaik.
Ubi jalar varietas Manohara dengan umur panen 5 bulan setelah tanam dibersihkan dan dilakukan curing selama 4 hari pada suhu ruang, kemudian disimpan pada beberapa sistem penyimpanan skala pedesaan yaitu di dalam tanah dengan alas tumpukan pasir-jerami (P1), di dalam tanah dengan alas tumpukan plastik-jerami (P2), di dalam kotak kayu dengan taburan serbuk gergaji (P3) dan di ruang gudang dengan alas terpal (P4). Penyimpanan dilakukan selama 28 hari pada musim kemarau dan diamati suhu dan RH ruang penyimpanan serta beberapa parameter mutu baik secara kuantitatif yaitu susut bobot maupun kualitatif berdasarkan fisiologis, kimiawi, dan mikrobiologis setiap 7 hari sekali. Selanjutnya dilakukan pendugaan umur simpan terhadap salah satu parameter penentu terjadinya kerusakan pada ubi jalar yaitu kadar air dengan melakukan pendekatan semi empiris yaitu kinetika orde satu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama penyimpanan ubi jalar mengalami peningkatan susut bobot dengan nilai pada akhir penyimpanan masing-masing P1, P2, P3 dan P4 sebesar 13.41, 6.96, 18.94 dan 24.74%. Perubahan mutu fisiologis juga terjadi selama penyimpanan yang ditandai dengan munculnya tunas dan penurunan nilai kekerasan ubi jalar selama penyimpanan. Munculnya tunas pertama kali terjadi pada P4 yaitu hari ke-7 penyimpanan kemudian meningkat hingga hari ke-28 dan diikuti dengan munculnya tunas pada P1 dan P3, sedangkan P2 tidak muncul tunas hingga akhir penyimpanan. Nilai kekerasan pada awal penyimpanan adalah 81.05 N menurun hingga akhir penyimpanan dengan nilai kekerasan terendah pada P4 yang signifikan berbeda nyata terhadap P1, P2 dan P3. Sedangkan mutu secara kimiawi ditandai dengan perubahan kandungan nutrisi seperti kadar air, kadar pati dan kadar β-karoten dengan kadar masing-masing pada awal penyimpanan adalah 65.71%, 58.96% dan 0.167 mg/100g. Kadar air dan pati menurun pada semua perlakuan hingga akhir penyimpanan dengan kadar terendah pada perlakuan P4 yang masing-masing sebesar 58.96 dan 11.35%. β-karoten sangat rentan terhadap suhu tinggi dan udara sehingga mengakibatkan degradasi selama penyimpanan. Pada akhir penyimpanan, ubi jalar pada P4 kontak langsung
dengan udara sehingga kandungan β-karoten menurun menjadi 0.145 mg/100g. Sedangkan pada P1, P2 dan P3 mengalami kenaikan karena ubi jalar tertutup oleh bahan tumpukan seperti jerami dan serbuk gergaji dengan kadar masing-masing perlakuan sebesar 0.234, 0.221 dan 0.221 mg/100g. Penyakit yang ditemukan pada penelitian ini adalah busuk Fusarium pada P4 dan penyakit java black rot pada P2.
Berdasarkan parameter mutu di atas maka perlakuan terbaik adalah P1 yaitu penyimpanan di dalam tanah dengan alas tumpukan pasir-jerami yang memiliki suhu dan RH penyimpanan sebesar 28.72 oC dan 78.55%. dengan pendugaan umur simpan pada sistem penyimpanan ini mencapai 14 hari. Metode penyimpanan ini mampu menekan suhu lebih rendah dari lingkungan luar dan memberikan RH yang kondusif untuk penyimpanan ubi jalar. Hal ini disebabkan oleh keberadaan jerami sebagai bahan organik yang mampu mengurangi jumlah radiasi matahari yang diserap oleh tanah dan adanya pasir yang mampu menjaga kelembaban udara.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2207]