Ekspresi Gen Aromatase, Nisbah Kelamin Jantan, Dan Kinerja Budidaya Ikan Nila Yang Direndam Hormon 17α-Metiltestosteron Pada Suhu 36 °C
View/ Open
Date
2016Author
Fauzan, Agung Luthfi
Soelistyowati, Dinar Tri
Alimuddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan nila merupakan salah satu ikan konsumsi unggulan air tawar yang
dibudidayakan secara intensif di Indonesia sejak tahun 2000. Ikan nila jantan
tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan ikan nila betina dan cepat matang
gonad. Kematangan dini pada ikan nila berakibat menghambat pertumbuhan,
karena energi yang digunakan untuk pertumbuhan sel somatik sebagian terbagi
untuk perkembangan dan kematangan gonad. Budidaya ikan nila jantan tunggal
kelamin (monoseks) potensial dapat meningkatkan produksi dibandingkan dengan
populasi campuran. Produksi monoseks jantan dapat diperoleh dengan teknologi
maskulinisasi (sex reversal) pada masa sebelum terjadi diferensiasi kelamin.
Metode maskulinisasi pada pengarahan diferensiasi kelamin jantan dilakukan
dengan menambahkan hormon steroid eksogenous berupa androgen. Hormon
androgen yang telah banyak digunakan adalah 17α-metiltestosteron (MT).
Diferensiasi kelamin pada ikan dikendalikan oleh gen yang menghasilkan
enzim aromatase yaitu enzim sitokrom P-450 yang mengkatalis perubahan
androgen menjadi estrogen. Aktivitas enzim aromatase terbatas pada daerah
dengan target estradiol dan berfungsi untuk mengatur jenis kelamin, reproduksi
dan tingkah laku. Aktivitas enzim aromatase berkorelasi dengan struktur gonad,
yakni pada larva dengan ekspresi gen aromatase rendah mengarah pada
terbentuknya testis, sedangkan ekspresi gen dengan aktivitas aromatase tinggi
akan mengarah pada terbentuknya ovari. Analisis ekspresi gen aromatase dapat
menjelaskan mekanisme diferensiasi kelamin dan maskulinisasi pada ikan. Tujuan
dari penelitian ini adalah 1) menganalisis ekspresi gen aromatase tipe otak pada
ikan nila yang direndam hormon MT pada suhu 36 °C, 2) Mengevaluasi nisbah
kelamin jantan, laju pertumbuhan spesifik, kelangsungan hidup dan biomassa ikan
nila setelah direndam satu dan dua kali perendaman hormon MT dosis 2 mg/L
selama 4 jam pada suhu 36 °C.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap terdiri atas perlakuan
dosis MT 2 mg/L pada suhu 36 °C dengan satu kali perendaman (larva umur 10
hari) dan dua kali perendaman (larva umur 10 dan 13 hari) dibandingkan dengan
kontrol tanpa MT pada suhu ruang (24-26 °C). Masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 3 kali. Perendaman dilakukan selama 4 jam pada larva umur 10 hari
setelah penetasan (perendaman ke-1) dan pada hari ke-13 setelah penetasan
(perendaman ke-2) dengan kepadatan 250 ekor/L per ulangan perlakuan.
Selanjutnya ikan dipelihara selama dua bulan, pada bulan pertama ikan dipelihara
di akuarium dan bulan kedua dalam hapa (2x1x1 m3) di kolam tanah. Pakan
dengan kadar protein 40% diberikan tiga kali dalam sehari secara at satiation.
Pergantian air akuarium dilakukan setiap 2 hari sebanyak 80%. Pengukuran bobot
tubuh dilakukan setiap dua minggu sekali, dan pada akhir pemeliharaan
dilakukan pengamatan gonad dengan metode histologi menggunakan pewarnaan
hematoxilin-eosin. Pengamatan fenotipe kelamin jantan, kelangsungan hidup, dan
biomassa ikan dilakukan pada akhir pemeliharaan.
Analisis ekspresi gen aromatase dilakukan sebelum perendaman,
pascarendam satu kali (larva umur 10 hari), pascarendam dua kali (larva umur 13
hari), dan ikan umur 60 hari. Jaringan yang dianalisis pada larva adalah bagian
kepala hingga setengah tubuh, sedangkan pada ikan umur 60 hari adalah jaringan
gonad. Ekspresi gen aromatase dianalisis menggunakan metode PCR semikuantitatif
(sqRT-PCR).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman satu kali MT dosis 2
mg/L selama 4 jam pada suhu 36 °C menghasilkan lebih banyak ikan nila jantan.
Tingkat ekspresi gen aromatase tipe otak pada perendaman satu kali adalah lebih
rendah pada umur 10 hari, dan meningkat secara signifikan pada hari ke-13
dibandingkan dengan kontrol (perendaman pada suhu ruang tanpa MT).
Perendaman larva menggunakan MT dan suhu tidak berpengaruh nyata terhadap
kelangsungan hidup. Ikan nila hasil perendaman larva menggunakan MT pada
suhu 36 °C memiliki laju pertumbuhan spesifik dan biomassa lebih tinggi
dibandingkan kontrol. Dengan demikian, pengarahan kelamin jantan ikan nila
efektif dapat dilakukan dengan perendaman satu kali selama 4 jam pada larva
yang belum terdiferensiasi menggunakan MT dosis 2 mg/L pada suhu 36 °C.
Perbedaan ekspresi gen aromatase mengindikasikan peran gen tersebut dalam
maskulinisasi ikan nila. Selanjutnya, jumlah ikan jantan yang lebih banyak pada
perlakuan MT terbukti meningkatkan produksi (biomassa).
Collections
- MT - Fisheries [2934]