dc.description.abstract | Agroindustri ayam ras pedaging merupakan bagian dari sub sektor
peternakan yang berperan penting dalam penyediaan kebutuhan pangan.
Kontribusi daging ayam dalam pola konsumsi protein hewani masyarakat terus
meningkat. Kemajuan teknologi pakan dan genetika juga turut menunjang
perkembangan agroindustri perunggasan khususnya ayam ras pedaging.
Kemampuan dalam penyediaan lapangan kerja bagi lebih dari 2.5 juta penduduk
menjadikan agroindustri ayam ras pedaging berperan dalam perekonomian makro.
Rantai pasok ayam ras pedaging merupakan sistem yang komplek dan melibatkan
beberapa pelaku usaha yang terdiri dari perusahaan pembibitan, perusahaan
pakan, budidaya atau usaha ternak, industri obat-obatan dan Rumah Pemotongan
Ayam (RPA).
Disamping pertumbuhannya yang cepat, agrindustri ini juga dihadapkan
pada berbagai tantangan. Sektor peternakan termasuk industri ayam ras pedaging
menyumbang berbagai permasalahan lingkungan seperti eutrifikasi, asidifikasi,
potensi pemanasan global, ekotoksisitas dan lainnya. Hal ini menjadi tantangan
bagi pelaku rantai pasok untuk menerapkan aktivitas usaha yang mengurangi
dampak lingkungan dalam aktivitasnya.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengukur kinerja dan nilai tambah
rantai pasok dengan internalisasi aspek lingkungan, serta merumuskan alternatif
mitigasi risiko pada agroindustri ayam ras pedaging. Pengukuran kinerja
dilakukan dengan pendekatan Life Cycle Assessment (LCA) untuk menghitung
dampak lingkungan sepanjang rantai pasok. Valuasi dampak lingkungan menjadi
nilai mata uang dilakukan dengan metode stepwise2006. Pengukuran nilai tambah
dilakukan dengan metode Hayami untuk mendapatkan nilai tambah pada setiap
pelaku rantai pasok. Perumusan alternatif mitigasi risiko dilakukan dengan
mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang terjadi pada agroindustri ayam ras
pedaging menggunakan teknik Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan
teknik US Millitary Standar 882C. Perumusan alternatif mitigasi risiko
menggunakan Intepretative Structural Modeling (ISM) melalui strukturisasi tiga
elemen kunci yakni elemen tujuan pengembangan, elemen kendala pengembangan
dan elemen kebutuhan pengembangan. Hasil strukturisasi elemen kunci ini akan
dijadikan dasar pengembangan kelembagaan untuk mitigasi risiko.
Hasil pengukuran kinerja rantai pasok dari sisi dampak lingkungan yang
ditimbulkan menunjukkan bahwa aktivitas rantai pasok pada tingkat peternak
menyebabkan dampak lingkungan yang terbesar dibandingkan RPA dan industri
olahan, berbanding lurus dengan biaya lingkungan yang timbul akibat aktivitas
sepanjang rantai pasok. Pengukuran nilai tambah dengan memperhitungkan
dampak lingkungan sebagai biaya menunjukkan bahwa nilai tambah pada
peternak bernilai negatif. Hal ini disebabkan karena biaya lingkungan pada tingkat
peternak lebih besar dibandingkan nilai yang dihasilkan. Analisis risiko
menunjukkan bahwa terdapat risiko yang bersifat catastrophic dan kritis untuk
segera ditangani. Risiko-risiko tersebut adalah fluktuasi harga jual pada tingkat
peternak dan dampak lingkungan serta penurunan dan pencemaran kualitas karkas
pada tingkat RPA. Alternatif mitigasi yang direkomendasikan melalui instrumen
kelembagaan adalah dengan peraturan pemerintah untuk pembentukan lembaga
RPA secara kolektif bagi peternak dengan skala usaha yang kecil dan kewajiban
bagi perusahaan inti untuk memiliki RPA. Hal ini diharapkan dapat menciptakan
stabilisasi harga disaat pasokan berlebih dan juga mengurangi RPA tanpa ijin
(illegal) yang menyebabkan banyaknya beredar karkas yang tidak hiegienis. | id |