Sebaran Dan Akumulasi Logam Berat Cu Dan Pb Pada Ikhtiofauna Di Sungai Musi Bagian Hilir Provinsi Sumatera Selatan
View/ Open
Date
2016Author
Putri, Wike Ayu Eka
Bengen, Dietriech G.
Prartono, Tri
Riani, Etty
Metadata
Show full item recordAbstract
Sungai Musi merupakan satu dari sekian banyak sungai besar yang terdapat
di Pulau Sumatera. Membentang sejauh kurang lebih 720 km, memiliki hulu di
Provinsi Bengkulu dan bermuara ke Selat Bangka yang terdapat di Provinsi
Sumatera Selatan. Kawasan hilir Sungai Musi telah banyak menerima masukan
limbah akibat aktivitas manusia mulai dari hulu hingga hilir berupa pertanian,
perkebunan, industri, transportasi dan pelabuhan. Kondisi ini dapat meningkatkan
konsentrasi beberapa komponen kimia di perairan termasuk logam berat. Hal ini
didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menemukan telah adanya
akumulasi logam tertentu di perairan dan terhadap organisme yang hidup di
daerah tersebut. Penelitian ini memiliki tiga tujuan utama yaitu : (1) menentukan
sebaran logam berat Cu dan Pb dalam air dan sedimen di Sungai Musi bagian
hilir; (2) mengungkap keberadaan kandungan logam berat Cu dan Pb yang
terakumulasi di dalam jaringan organisme (plankton dan ikan) di Sungai Musi
bagian hilir serta kajian bioakumulasi pada setiap organ dan jenis ikan dan (3)
menjelaskan pengaruh logam berat terhadap kerusakan organ ikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam berat Cu (0,002-
0,006 mg/l) dan Pb (0,002-0,004 mg/l) dalam fase terlarut telah melebihi
konsentrasi alamilnya di perairan. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh faktor
alam seperti proses pelapukan tanah dan batuan yang terdapat di bagian hulu
sungai. Selain itu, aktivitas manusia yang beragam di sepanjang aliran sungai dari
hulu hingga hilir seperti pertanian, perkebunan, industri, transportasi, pemukiman
dan pelabuhan serta lain sebagainya diduga juga berkontribusi terhadap
peningkatan kandungan Cu dan Pb di perairan. Secara umum terlihat bahwa
konsentrasi logam Cu terlarut lebih tinggi dibandingkan Pb. Sebaliknya,
konsentrasi logam Pb (31,56-89,52 mg/kg) dalam bentuk tersuspensi ditemukan
lebih tinggi dibandingkan Cu (5,65-15,17 mg/kg). Hal ini diduga karena adanya
perbedaan daya larut diantara kedua jenis logam tersebut. Akumulasi logam Cu
(6,14-15,28 mg/kg) dan Pb (5,79- 11,1 mg/kg) juga ditemukan di dalam sedimen
di sepanjang aliran Sungai Musi bagian hilir. Logam Cu dan Pb juga ditemukan
terakumulasi dalam organisme yang hidup di Sungai Musi bagian hilir.
Akumulasi logam Cu (1,82-3,70 mg/kg) dan Pb (1,01-2,87 mg/kg) ditemukan
pada organisme plankton yang hidup di daerah tersebut. Selanjutnya terdapat
variasi akumulasi logam Cu dan Pb dalam setiap jenis dan organ ikan. Akumulasi
logam dalam organ ikan berturut-turut terdapat pada hati>insang>daging. Organ
hati mengakumulasi Cu (1,958-7,239 mg/kg) dan Pb (0,329-0,996 mg/kg) lebih
tinggi dibandingkan daging (0,171-0,292 mg/kg Cu dan 0,157-0,204 mg/kg Pb)
dan insang (0,807-1,158 mg/kg Cu dan 0,202-0,328 mg/kg Pb). Selain itu,
konsentrasi Cu dan Pb juga bervariasi diantara keempat jenis ikan yang diamati.
Insang dan hati ikan belanak (Mugil chepalus) mengakumulasi Cu lebih besar
dibandingkan ikan jenis lainnya, berturut-turut 1,26 mg/kg dan 8,42 mg/kg. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan kebiasaan makan,
habitat dan lingkungan tempat tinggal yang mempengaruhi akumulasi yang terjadi.
Terdapat variasi nilai faktor bioakumulasi antar jenis ikan dan organ yang
diamati. Ikan belanak memiliki kemampuan akumulasi logam Cu lebih tinggi
dibandingkan ikan juaro, seluang dan sembilang. Kemampuan daging ikan
belanak mengakumulasi logam Cu 123 kali lebih tinggi dibandingkan kandungan
logam tersebut di perairan, insang 524 kali dan hati 3051 kali. Untuk logam Pb,
daging dan insang ikan juaro memiliki kemampuan akumulasi Pb yang lebih
tinggi dibandingkan ikan lainnya. Daging ikan juaro mampu mengakumulasi Pb
83 kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasinya di air, adapun insang 158 kali
sementara hati ikan seluang mampu mengakumulasi logam Pb 481 kali lebih
tinggi dibandingkan konsentrasinya di perairan. Berdasarkan ambang batas yang
ditetapkan oleh beberapa negara dan lembaga, dapat disimpulkan bahwa logam Pb
dan Cu dalam semua organ dan jenis ikan belum tergolong ke dalam kriteria
akumulatif (BAF ≤ 5000 l/kg). Meskipun demikian, akumulasi logam Cu pada
hati ikan belanak dan seluang perlu diwaspadai karena lebih tinggi dibandingkan
organ lainnya. Demikian juga halnya dengan plankton, secara umum terlihat
bahwa plankton yang hidup di daerah Sungai Musi mampu mengakumulasi logam
Cu dan Pb masing-masing sebanyak 741 kali dan 795 kali lebih tinggi
dibandingkan keberadaannya di dalam air. Sementara plankton yang terdapat di
Muara Sungai Musi memiliki kemampuan mengakumulasi Cu dan Pb masingmasing
sebanyak 698 dan 603 kali lebih tinggi dibandingkan ketersediaan logam
tersebut di perairan.
Hasil pengamatan terhadap jaringan organ insang semua jenis ikan
menunjukkan bahwa lamela primer semua jenis ikan berada dalam kondisi normal.
Jaringan kartilago sebagian nampak utuh namun pada ikan belanak telah
mengalami kerusakan. Lamela sekunder tampak mengalami penambahan sel
(hyperplasia epitel) sehingga ujung lamela sekunder lebih tebal. Beberapa
penyebab utama meningkatnya jumlah sel dalam jaringan adalah iritasi kronis
oleh logam dan infeksi beberapa jenis virus. Selanjutnya insang ikan belanak dan
sembilang mengalami hiperplasia yang lebih parah dibandingkan ikan jenis
lainnya bahkan sudah mengarah ke kondisi fusi. Pengamatan terhadap organ hati
menunjukkan umumnya sel hati semua jenis ikan mengalami pembengkakan sel
hati (edema). Kerusakan paling parah terjadi pada hati ikan belanak, inti sel
mengalami kerusakan bahkan telah dikeilingi oleh sel radang. Akumululasi Cu
dan Pb yang lebih tinggi dalam kedua organ ini berkontribusi terhadap kerusakan
yang terjadi.
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan
konsentrasi logam berat Cu dan Pb di Sungai Musi bagian hilir mengakibatkan
terjadinya akumulasi kedua jenis logam tersebut di dalam organ insang, hati dan
daging empat jenis ikan konsumsi yang hidup di perairan tersebut. Akumulasi
logam Cu dan Pb yang tinggi di dalam organ hati dan insang berkontribusi
terhadap kerusakan jaringan organ insang dan hati yang ditandai dengan adanya
hiperplasia dan fusi pada insang serta adanya edema pada jaringan organ hati.
Collections
- DT - Fisheries [725]