Studi Fisiologis Dan Kecukupan Hara Kedelai Dengan Budidaya Jenuh Air Di Tanah Bergambut Dan Mineral Lahan Pasang Surut
View/ Open
Date
2016Author
Bachtiar
Ghulamahdi, Munif
Melati, Maya
Guntoro, Dwi
Sutandi, Atang
Metadata
Show full item recordAbstract
Kebutuhan kedelai nasional pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 2.5 juta sampai 2.6 juta ton. Kebutuhan itu sebagian besar dipenuhi oleh impor. Volume impor sampai tahun 2013 mencapai 1.8 juta ton per tahun. Salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi kedelai nasional adalah perluasan areal tanam di lahan pasang surut.
Lahan pasang surut merupakan lahan marginal dan rapuh memiliki masalah fisiko-kimia lahan antara lain genangan air dan kondisi fisik lahan, kemasaman tanah, asam organik tinggi, intrusi air garam dan kesuburan alami tanah rendah. Salah satu masalah utama adalah oksidasi pirit yang menghasilkan senyawa besi bebas bervalensi 3 (Fe3+) dan asam sulfat yang membebaskan ion H+ dan melarutkan Al, Mn, Zn dan Cu sehingga bersifat toksik.
Produktivitas kedelai di lahan pasang surut tergolong rendah. Aplikasi teknologi budidaya konvensional tidak mampu mengatasi tingginya oksidasi pirit, Al, Fe, dan Mn serta rendahnya ketersediaan hara P dan K. Solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah teknologi budidaya jenuh air, yang menjadikan kondisi lahan dapat lebih reduktif sehingga dapat menekan oksidasi pirit.
Masalah utama sifat kimia tanah di lahan pasang surut adalah ketersediaan hara N, P dan K yang rendah. Gambut memiliki C organik sangat tinggi melebihi 30%, sehingga hara nitrogen kurang tersedia untuk tanaman sekalipun N total tinggi. Ketersediaan fosfor dalam tanah gambut sangat rendah. Pemupukan fosfor cepat tersedia akan menyebabkan ion fosfat mudah tercuci dan mengurangi ketersediaan hara P bagi tanaman. Tanaman yang kekurangan unsur hara K akan mudah rebah menyebabkan produksi menurun dan mengurangi kualitas polong.
Tujuan penelitian adalah (1) Menentukan kedalaman muka air dan menguji varietas yang mampu beradaptasi pada budidaya jenuh air sehingga memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai secara maksimal di tanah bergambut dan mineral lahan pasang surut, (2) Menentukan cara aplikasi pupuk P dan K terbaik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai dengan budidaya jenuh air di tanah bergambut lahan pasang surut, (3) Menentukan dosis dan waktu pemberian pupuk N, P dan K yang sesuai dengan kebutuhan tanaman kedelai untuk dapat tumbuh dan berproduksi maksimal di tanah bergambut dan mineral lahan pasang surut, dan (4) Mempelajari karakter fisiologis tanaman kedelai pada kondisi jenuh air di tanah bergambut dan mineral lahan pasang surut.
Penelitian ini terdiri atas 10 set percobaan yang dikelompokkan menjadi empat tahap penelitian pada dua jenis tanah yakni tanah bergambut dan mineral lahan pasang surut tipe B dan C, Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan, dan percobaan fisiologi di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari Mei 2013 sampai dengan Maret 2015.
Percobaan pertama menggunakan rancangan petak terpisah dalam rancangan acak kelompok. Petak utama kedalaman muka air terdiri atas budidaya kering,
v
kedalaman muka air 10 cm dan 20 cm di bawah permukaan tanah. Anak petak terdiri atas varietas Anjasmoro, Pangrango Godek (PG/57/1), Slamet, Sibayak Pangrango (SP/30/4), Tanggamus dan Willis. Percobaan kedua terdiri atas satu faktor dengan dua perlakuan cara aplikasi pupuk yaitu dengan cara sebar dan dalam alur tanaman. Percobaan ketiga, ada tiga sub percobaan masing-masing menggunakan rancangan petak-petak terpisah. Percobaan aplikasi pupuk nitrogen dengan petak utama: varietas (Willis dan Tanggamus), anak petak: waktu aplikasi (2, 3, 4 MST; 2, 3, 4, 5 MST, dan 2, 3, 4, 5, 6 MST), dan anak-anak petak: konsentrasi pupuk (7.5, 10, 12.5 dan 15.0 g L-1 air) dengan volume semprot 400 L ha-1. Percobaan aplikasi pupuk fosfor dengan petak utama: varietas (Willis dan Tanggamus), anak petak: waktu aplikasi (0, 0 dan 4 MST), dan anak-anak petak: dosis pupuk (0, 36, 72, 108 kg P2O5 ha-1). Percobaan aplikasi pupuk kalium dengan petak utama: varietas (Willis dan Tanggamus), anak petak: waktu aplikasi (0; 0 dan 4; 0, 4 dan 8 MST), dan anak-anak petak: dosis pupuk (0, 75, 100 dan 125 kg KCl ha-1). Percobaan keempat berbentuk faktorial tiga faktor menggunakan rancangan acak lengkap. Faktor pertama adalah teknik budidaya terdiri atas budidaya kering dan budidaya jenuh air, faktor kedua adalah varietas (Willis dan Tanggamus) dan faktor ketiga adalah jenis tanah (tanah mineral dan tanah bergambut).
Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa budidaya jenuh air pada kedalaman muka air 20 cm lebih meningkatkan proses fisiologi, pertumbuhan dan produktivitas tanaman kedelai dibandingkan budidaya kering dan budidaya jenuh air 10 cm di tanah mineral dan bergambut. Hasil percobaan kedua: aplikasi pemupukan dalam alur tanaman pada budidaya jenuh air menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman kedelai lebih tinggi di tanah bergambut lahan pasang surut. Hasil Percobaan ketiga: varietas Willis menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas lebih baik pada kedua jenis tanah sedangkan Tanggamus lebih unggul di tanah bergambut. Pemberian nitrogen dengan konsentrasi tinggi (12 – 15 g urea L-1 air) dengan waktu aplikasi 2, 3, 4 MST pada Tanggamus di tanah bergambut, dan aplikasi pupuk 2, 3, 4, 5, 6 MST dengan konsentrasi rendah (7.5 g urea L-1 air) pada Willis di tanah mineral menghasilkan produktivitas kedelai tertinggi. Pemberian pupuk fosfor pada 0 dan 4 MST dengan dosis 72 kg P2O5 ha-1 menghasilkan produksi tertinggi di tanah bergambut dan mineral. Pemberian kalium pada 0, 4 dan 8 MST dengan dosis 125 kg KCl ha-1 di tanah bergambut dan dosis lebih rendah dengan waktu aplikasi 0 MST di tanah mineral lebih meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas. Aplikasi pupuk pada 0, 4 dan 8 MST dengan dosis 125 kg KCl ha-1 menghasilkan produksi tertinggi pada varietas Tanggamus di tanah bergambut dan Willis di tanah mineral. Hasil percobaan keempat: aktivitas nitrogenase dan proses fisiologi serta pertumbuhan dan produktivitas tanaman kedelai di tanah mineral lebih tinggi dengan teknik budidaya jenuh air. Varietas Willis menghasilkan aktivitas fisiologi, pertumbuhan dan produktivitas lebih baik di tanah mineral. Di tanah bergambut Tanggamus lebih unggul dibandingkan dengan Willis. Interaksi budidaya jenuh air dan Tanggamus; interaksi budidaya jenuh air dan tanah mineral serta interaksi budidaya jenuh air, varietas Tanggamus dan tanah bergambut lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas kedelai lahan pasang surut.
Collections
- DT - Agriculture [750]