Model Perencanaan Tata Ruang Pesisir Dengan Pendekatan Keterkaitan Daratan Dan Perairan Pesisir.
View/ Open
Date
2016Author
Mujio
Adrianto, Luky
Soewardi, Kadarwan
Wardiatno, Yusli
Metadata
Show full item recordAbstract
Rangkaian tahapan penelitian dilakukan dalam rangka untuk mengkaji model
perencanaan tata ruang pesisir dengan pendekatan keterkaitan daratan dan perairan
pesisir. Mulai dari tahapan pendahuluan, yaitu melakukan analisis dinamika
pemanfaatan ruang daratan dan perairan pesisir, melakukan kajian terhadap kebijakan
dan peraturan perundangan yang terkait dengan pemanfaatan ruang pesisir dan laut,
kemudian melakukan analisis konflik pemanfaatan ruang, dan yang terakhir
membangun model tata ruang yang mengintegrasikan antara ruang daratan dan
perairan pesisir.
Penelitian dilakukan di kawasan pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur
Tepatnya di selatan Kawasan Pesisir Kota Bontang. Kota Bontang secara astronomi
terletak diantara 0001’ Lintang Utara - 0012’ Lintang Utara dan 117023’ Bujur Timur -
117038’ Bujur Timur. Kota Bontang menempati wilayah seluas 497,57 km2 yang
didominasi oleh lautan, yaitu seluas 349,77 km2 (70,30%) sedangkan wilayah
daratannya hanya seluas 147,8 km2 (29,70%). Dinamika pemanfaatan sumberdaya
pesisir Kota Bontang sangat tinggi, berbagai kegiatan terdapat di wilayah pesisir di
Kota Bontang antara lain, perikanan, industri migas, PLTU, pemukiman, pariwisata
yang berpotensi memberikan tekanan bagi ekosistem pesisir Kota Bontang.
Dalam pemanfaatan ruang kawasan pesisir ada dua kekuatan pendorong
(driving forces) yang sangat berpengaruh dalam dinamika pemanfaatan ruang pesisir
Kota Bontang, yaitu (1) Populasi penduduk Kota Bontang yang selalu meningkat dan
(2) Kegiatan perekonomian, seperti kegiatan industri dan perikanan.
Tekanan Lingkungan (Pressure) terhadap Ruang Pesisir Kota Bontang akibat
dinamika pemanfaatan ruang daratan dan perairan pesisir di Kota Bontang antara lain:
(1) Reklamasi, (2) Degradasi Ekosistem (Konversi Lahan Hutan Mangrove dan
Kerusakan Terumbu Karang), (3) Produksi Limbah Industri (4) Tumpang tindih lahan
perikanan statis belat dengan kawasan peruntukan lainnya.
Tekanan yang ditimbulkan terhadap kawasan pesisir akan menimbulkan
perubahan kondisi lingkungan. Perubahan lingkungan pesisir dapat berupa berubah
dampak fisik seperti abrasi dan sedimentasi, polusi air/pengayaan nutrien perairan,
kehilangan habitat dan menurunnya biodiversity/ keanekaragaman hayati. Indikator
referensi kondisi lingkungan (state) yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang pesisir
adalah kualitas perairan pesisir, kondisi ekosistem pesisir (mangrove, terumbu karang,
dan padang lamun), kondisi oseanaografi perairan pesisir Kota Bontang.
Dampak ekologi terjadi karena perubahan kondisi lingkungan adalah perubahan
bentang alam dan keanekaragaman hayati. Pencemaran air dan kehilangan habitat
akan memberikan dampak terjadinya perubahan bentang alam dan kehilangan
keanakeragaman hayati. Selain dampak ekologi, perubahan kondisi lingkungan juga
akan berdampak pada ekonomi. Sebagai kota industri Kota Bontang menjadi salah
satu kota kaya yang terdapat Provinsi Kalimantan Timur. Kota Bontang dikenal
dengan kota industri dan jasa, dua sektor tersebut telah memberikan nilai pendapatan
yang utama bagi daerah ini. Dominasi sektor industri dalam perekonomian Kota
Bontang terlihat jelas dalam komposisi PDRB Kota Bontang.
Dalam rangka untuk intervensi faktor penggerak, tekanan lingkungan dan
dampak yang terjadi di kawasan pesisir Kota Bontang, beberapa kebijakan sudah
dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bontang. Salah satunya adalah dengan menyusun
Rencana Tata Ruang Wilayah yang menggabungkan antara pemanfataan ruang darat
dan ruang laut Perda No. 11 tahun 2012 tentang RTRW Kota Bontang 2012-2032.
Kebijakan lainnya yang merupakan respon terhadap dinamika pesisir Kota Bontang
adalah dikeluarkanya Perda No. 16 tahun 2012 tentang Pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan Wilayah Pesisir. Dengan adanya dua kebijakan yang berkaitan
dengan pemanfaatan ruang pesisir dan laut Kota Bontang serta beberapa kebijakan
sektoral lainnya baik dari provinsi maupun nasional, diharapkan dapat mengontrol
keseimbangan dinamika yang terjadi di wilayah pesisir dan laut Kota Bontang, yang
dari tahun ke tahun mengalami perubahan sangat cepat dan dinamis.
Dari sisi kajian kebijakan perencanaan pemanfaatan ruang daratan dan
perairan pesisir sudah dinaungi oleh empat undang-undang, yaitu UU No.26 Tahun
2007 tentang penataan ruang, Undang-Undang No.27/2007 jo. UU No.1/2014 tentang
pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil, Undang-Undang No. 23/2014 tentang
Pemerintah Daerah, Undang-Undang 32 Tahun 2014 tentang kelautan. Namun
demikian, meskipun dasar hukum sudah jelas tentang perlunya integrasi daratan dan
perairan pesisir tetapi secara teknis bagaimana mengintegrasikan tersebut belum ada.
Keberlanjutan pemanfaatan ruang pesisir dilakukan dengan menggunakan
analisis keberlanjutan dengan mengggunakan Multidimensional Scaling dengan
analisis RApCoaSPla. Berdasarkan analisis RApCoaSPla diperoleh variabel-variabel
penting untuk melihat status keberlanjutan pemanfaatan ruang kawasan pesisir.
Variabel-variabel tersebut, yaitu untuk dimensi ekologi variabel pentingnya adalah
kesesuian lahan, kodisi ekosistem terumbu karang dan kondisi ekosistem mangrove;
untuk dimensi ekonomi variabel pentingnya adalah akses terhadap pasar, akses
terhadap sumberdaya dan penyerapan tenaga kerja; untuk dimensi sosial variabel
pentingnya adalah kearifan lokal (local wisdom), peran serta swasta terhadap
pengelolaan kawasan pesisir, dan peran serta pemerintah terhadap pengalolaan
kawasan pesisir; dan untuk dimensi kelemabagaan variabel pentingnya adalah
Perkembangan kelembagaan tata ruang daerah; tingkat pelanggaran terhadap tata
ruang serta rezim pengelolaan/property right.
Hasil analisis marxan with zone dan analisis dinamika spasial untuk
pemanfaatan ruang pesisir di Kota Bontang yang mengintegrasikan ruang darata dan
perairan pesisir, maka mode skenario 3 (tiga), yang lebih bagus dibandingkan dengan
model scenario lainnya. Kombinasi antara kelestarian lingkungan pesisir dan
pemenafatan ruang yang berkelanjutan merupakan salah satu kebijakan yang tepat
untuk perencanaan pemanaftaan ruang pesisir Kota Bontang saat ini. Dengan
dinamika yang ada saat ini, maka model skenario ketiga inilah skenario yang tepat
untuk pengembangan kebijakan tersebeut.
Collections
- DT - Fisheries [725]