Status Deoxyribonucleic Acid (Dna) Dan Karakteristik Spermatozoa Pasca Penyimpanan Kauda Epididimis Pada Suhu 4 ºc
View/ Open
Date
2016Author
Masir, Ummul
Karja, Ni Wayan Kurniani
Setiadi, Mohamad Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Metode kriopreservasi sumber daya genetik dapat diterapkan sebagai
bentuk pelestarian suatu jenis hewan melalui pengambilan spermatozoa bagian
distal epididimis (kauda epididimis) sesaat hewan tersebut mati. Kematian hewan
pada umumnya tidak terduga serta minimnya keberadaan laboratorium dan teknisi
menjadi kendala dalam menindaklanjuti kauda epididimis, sehingga dibutuhkan
metode preservasi (penyimpanan) pada suhu 4 ºC. Namun metode ini menyebabkan
penurunan motilitas dan viabilitas spermatozoa. Proses freezing dan cooling akan
berpengaruh terhadap kepadatan kromatin pada fase pertama prosedur pembekuan.
Pemaparan spermatozoa pada suhu -196 °C menyebabkan kerusakan pada
membran plasma dan akrosom dan berpotensi mengubah integritas kromatin dan
DNA spermatozoa. Deoxyribonucleic acid (DNA) spermatozoa diketahui
mempunyai kontribusi terhadap setengah dari material genom dari keturunan yang
dihasilkan. Salah satu upaya yang digunakan agar dapat mencegah terjadinya
kerusakan DNA serta dapat meningkatkan kualitas spermatozoa, pada penelitian ini
digunakan media penyimpanan berupa NaCl fisiologis. Oleh karena itu, pada
penelitian ini bertujuan untuk melihat status DNA spermatozoa yang dikoleksi dari
kauda epididimis yang dipreservasi pada suhu 4 ºC selama tiga hari penyimpanan
dengan atau tanpa media.
Penyimpanan dilakukan terhadap 12 pasang kauda epididimis dengan cara
salah satu dari setiap pasang kauda epididimis dimasukkan ke dalam tube berisi
media (NaCl fisiologis) dan pasangan yang lain ke dalam ziplock bersih (tanpa
media). Penyimpanan dilakukan selama periode tiga hari pada suhu 4 ºC kemudian
dilihat motilitas dan viabilitasnya serta status DNA spermatozoa dengan metode
sperm sus halomax, sebelum atau setelah pembekuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase motilitas dan viabilitas spermatozoa asal kauda
epididimis baik yang disimpan dengan atau tanpa media mengalami penurunan,
sebelum atau setelah kriopreservasi (P<0.05). Berdasarkan metode penyimpanan
terjadi perbedaan yang nyata pada persentase motilitas. Di mana penyimpanan yang
menggunakan media memiliki persentase motilitas yang lebih rendah (23%; 10%)
dibandingkan dengan tanpa menggunakan media (50%; 37%) (P<0.05). Begitu juga
setelah kriopreservasi, motilitas pada kelompok satu hari penyimpanan dengan
media (23%) memiliki nilai yang berbeda dengan hari kontrol (35%) (P<0.05),
sedangkan kelompok tanpa media (33%) masih mampu mempertahankan
motilitasnya sama dengan hari kontrol (43%) (P<0.05). Viabilitas spermatozoa dari
kauda epididimis yang disimpan pada suhu 4˚C tanpa media dapat mempertahankan
nilai viabilitasnya sama seperti pada hari kontrol (96%) (P<0.05) meskipun
penyimpanan diperpanjang hingga tiga hari. Lebih lanjut, viabilitas spermatozoa
dari kelompok penyimpanan dengan media justru menurun (86%) setelah satu hari
penyimpanan lalu nilai tersebut mampu dipertahankan hingga tiga hari kemudian.
Persentase viabilitas semakin mengalami penurunan setelah dilakukan
kriopreservasi pada kelompok satu hari penyimpanan baik dengan atau tanpa media.
Nilai tersebut memperlihatkan persentase viabilitas yang sama (40%; 43%)
(P<0.05) kemudian menurun saat memasuki hari ke dua (38%). Berdasarkan
metode penyimpanan, penggunaan media tidak dapat mempertahankan viabilitas
hingga hari ke tiga (12%) (P<0.05). Status DNA spermatozoa sebelum
kriopreservasi baik pada kelompok yang disimpan dengan atau tanpa media, secara
berturut-turut diperoleh sebanyak 3 sel dan 5 sel yang mengalami kerusakan DNA.
Akan tetapi setelah dikriopreservasi terjadi peningkatan kerusakan DNA menjadi
14 sel dan 15 sel. Data tersebut mengindikasikan bahwa kerusakan DNA akibat
kriopreservasi (P<0.1). Tidak ditemukan adanya pengaruh media maupun periode
penyimpanan kauda epididimis terhadap kerusakan DNA spermatozoa (P>0.1).
Karakteristik spermatozoa kauda epididimis yang disimpan pada suhu 4 ˚C
menurun seiring bertambahnya periode penyimpanan. Penggunaan media NaCl
fisiologis sebagai media penyimpanan kauda epididimis tidak memberikan
pengaruh yang lebih baik dalam mempertahankan kualitas spermatozoa. Lebih
lanjut, terdapat kerusakan DNA spermatozoa meningkat setelah dilakukan
kriopreservasi.
Collections
- MT - Veterinary Science [909]