Faktor Penentu Keberadaan Larva Aedes Spp. Pada Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Tertinggi Dan Terendah Di Kota Bogor
View/ Open
Date
2016Author
Sulistyorini, Evi
Hadi, Upik Kesumawati
Soviana, Susi
Metadata
Show full item recordAbstract
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kasus DBD tertinggi di kota Bogor pada 2015 terjadi di Kelurahan Baranangsiang (43 kasus) dan terendah di Kelurahan Bojongkerta (0 kasus). Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor vektor (kepadatan larva, identifikasi spesies dan resistensi), faktor lingkungan (karakteristik habitat, suhu dan kelembaban) dan faktor inang (perilaku manusia) dengan keberadaan larva Aedes spp. pada daerah endemis DBD tertinggi dan terendah di Kota Bogor. Penelitian ini merupakan observasional deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel 100 rumah di masing-masing kelurahan Baranangsiang dan Bojongkerta. Metode yang digunakan dalam setiap rumah yaitu koleksi larva dilakukan dengan metode single larva, selanjutnya larva dikoleksi dan diidentifikasi jenisnya. Larva yang diperoleh dikembangbiakkan menjadi dewasa lalu diuji resistensinya terhadap insektisida malation 0.8%, bendiokarb 0.1% dan deltametrin 0.025% dengan metode susceptibility test standar WHO. Pengukuran faktor lingkungan dilakukan secara visual terhadap kontainer habitat larva Aedes spp. yaitu jenis, letak, bahan, warna, kondisi tertutup, perkiraan volume, pengurasan kontainer, sumber air, pemeliharaan ikan dan penggunaan temephos. Suhu air diukur dengan menggunakan sinar infra merah, sedangkan pH air dengan pH meter. Faktor perilaku inang diukur melalui wawancara mendalam dengan kuesioner terhadap penentu kebijakan dinas kesehatan, pemegang program DBD puskesmas, petugas pest control, tokoh masyarakat dan masyarakat di kedua wilayah kelurahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan house index, container index, breteau index dan density figure di Baranangsiang (HI = 33%; CI = 17.4%; BI = 42; DF = 5) dan di Bojongkerta (HI = 42%; CI = 23.2%; BI = 54; DF = 6), maka dapat dikategorikan bahwa kepadatan larva Aedes spp. di Baranangsiang termasuk sedang dan di Bojongkerta tinggi. Jenis larva yang diperoleh adalah 99.98% Aedes aegypti di Baranangsiang dan Bojongkerta, sisanya Ae. albopictus. Berdasarkan persen kematian nyamuk di Baranangsiang status Ae. aegypti rentan terhadap malathion, resisten terhadap bendiokarb dan resisten terhadap deltametrin, sedangkan di Bojongkerta status Ae. aegypti resisten terhadap malathion, resisten terhadap bendiokarb dan toleran terhadap deltametrin.
Faktor lingkungan yang berhubungan dengan keberadaan larva Aedes spp. di Baranangsiang adalah jenis, letak, bahan, volume dan pengurasan kontainer, sedangkan di Bojongkerta adalah jenis, bahan dan pengurasan kontainer. Hasil analisis multivariat menunjukkan hanya faktor tidak dikuras yang berisiko terhadap keberadaan larva di Baranangsiang (p = 0.00; OR = 116.44), sedangkan di Bojongkerta faktor yang berisiko adalah jenis kontainer TPA (p = 0.00; OR = 0.02), letak di dalam rumah (p = 0.04; OR = 3.32), serta bahan kontainer yang terbuat dari semen, karet dan tanah (p = 0.04; OR = 3.05). Faktor inang (perilaku manusia yaitu pengetahuan, sikap dan praktik) tidak berpengaruh terhadap keberadaan larva nyamuk.
Collections
- MT - Veterinary Science [899]