Dinamika Sosial Ekologi Pengelolaan Pulau Pari Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi Dki Jakarta
View/ Open
Date
2016Author
Neksidin
Fahrudin, Achmad
Krisanti, Majariana
Metadata
Show full item recordAbstract
Dinamika sosial ekologi yang terjadi di Pulau Pari merupakan dampak dari aktivitas masyarakat dalam memaksimalkan pengelolaan di bidang pariwisata bahari, dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di pulau tersebut. Untuk mencapai pengelolaan yang berkelanjutan, diperlukan pengawasan dan kontrol yang baik agar potensi yang dimiliki tetap terjaga. Oleh karena itu untuk mencega terjadinya penurunan daya dukung lingkungan, maka perlu adanya penelitian terkait status pengelolaan Pulau Pari serta strategi dalam pengelolaannya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membandingkan kondisi Pulau Pari berdasarkan pemanfaatannya serta menganalisis keberlanjutan masing-masing usaha. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang tepat terhadap pengelolaan Pulau Pari sesuai dengan peruntukanya dan tanpa memberikan dampak yang besar terhadap kualitas lingkungan Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015 bertempat di Pulau Pari Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Data dikumpulkan melalui wawancara secara mendalam kepada masyarakat Pulau Pari, dan data ekologi diperoleh dengan melakukan pengukurang langsung dilapangan. Setelah data dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis Travel Cost Method (TCM), analisis usaha, analisis Multidimensional Scaling (MDS), status ekologi, analiis tata guna lahan, analisis kesesuaian lahan, serta melihat persepsi masyarakat terhadap perubahan pengelolaan. Hasil dari analisis yang dilakukan kemudian di masukan dalam satu analisis agar terlihat gambaran keberlanjutan dari masing-masing dimensi. Berdasarkan analisis keberlanjutan usaha budidaya rumput laut diperoleh empat dimensi yang masih harus diperbaiki yaitu dimensi ekologi, ekonomi, infrastruktur dan kelembagaan, yang memiliki nilai 75% (Cukup Berlanjut), sedangkan dimensi sosial memiliki nilai 76% yang berarti sustainable. Secara keseluruhan nilai keberlanjutan usaha budidaya rumput laut yaitu 57,4% yang berarti cukup berlanjut, sedangkan analisis keberlanjutan wisata bahari menunjukan dua dimensi yang perlu dibenahi yaitu dimensi kelembagaan dengan nilai 27,3% (Buruk), dan dimensi infrastruktur dengan nilai 73,3% (Cukup), sedangkan 3 dimensi lainnya (ekologi, ekonomi, dan sosial) memiliki nilai diatas 75%. Secara keseluruhan nilai keberlanjutan usaha wisata bahari yaitu 51,6% (Cukup Berlanjut). Secara keseluruhan ke dua usaha di atas memiliki nilai keberlanjutan yang cukup berlanjut, oleh karena itu dimensi yang dianggap berpengaruh terhadap keberlanjutan pengelolaan, perlu diperbaiki agar tercapai keberlanjutan yang terintegrasi.
Collections
- MT - Fisheries [2935]