Perubahan Karakteristik Andisol Akibat Perubahan Penggunaan Lahan: Identifikasi Dan Upaya Penanggulangan
Abstract
Andisol dengan penggunaan lahan berbeda di lereng sebelah Timur Laut
Gunung Gede Cianjur telah dipelajari guna mengetahui perbedaan
karakteristiknya yang berubah akibat perubahan penggunaan lahan. Sebanyak 46
contoh tanah dari 9 profil Andisol yang berkembang dari bahan breksi dan lahar
Gunung Gede telah dianalisis di laboratorium guna membandingkan sifat fisik,
kimia, dan mineraloginya. Penelitian ini bersifat ex post facto dengan cara
membandingkan kondisi morfologi dan kimia Andisol pada tiga intensitas
pengelolaan yaitu hutan sekunder yang mencerminkan lahan tanpa pengelolaan,
perkebunan teh yang mencerminkan lahan dengan intensitas pengelolaan sedang,
dan lahan tanaman sayur yang mencerminkan lahan dengan pengelolaan intensif.
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa area penelitian pada awalnya merupakan
hutan yang kemudian beralih fungsi. Oleh karena itu, tanah di bawah tegakan
hutan digunakan sebagai acuan karakteristik Andisol yang alami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik
Andisol yang merupakan warisan dan yang diubah oleh perubahan penggunaan
lahan. Beberapa perbedaan karakteristik Andisol yang merupakan warisan antara
lain kedalaman solum, horison terkubur, tekstur tanah, kandungan mineral klei
dan pasir, serta klasifikasi pada kategori subgrup. Sementara itu, perbedaan
karakteristik Andisol yang terjadi akibat perubahan penggunaan lahan terutama
disebabkan oleh berkurangnya bahan organik serta terjadinya keadaan kering tak
balik pada sebagian tanahnya. Perbedaannya karakteristik yang terjadi antara lain
sifat morfologi yaitu warna, sifat fisik meliputi bobot isi dan intensitas kering tak
balik, dan sifat kimia meliputi pH, C-organik, N-total, basa-basa dapat ditukar,
serta P dan K total. Karakteristik Andisol yang berubah akibat perubahan
penggunaan lahan hanya terjadi pada horison A atau horison yang terkena
langsung kegiatan pengelolaan tanah.
Upaya penanggulangan ditujukan untuk mempertahankan bahan organik
serta kelembaban tanahnya guna menjaga agar tidak terjadi kondisi kering tak
balik. Upaya penanggulangannya meliputi penambahan bahan organik sebanyak
836 kg/ha untuk lahan perkebunan teh dan 940 kg/ha untuk lahan budidaya
sayuran, penanaman pohon naungan dan tanaman penutup lahan (legume cover
crop), serta pemupukan yang berimbang. Khusus untuk perkebunan teh perlu
adanya penyulaman pada tanaman yang jarang. Sedangkan untuk lahan budidaya
perlu adanya perbaikan teras dan arah bedengan yang sesuai dengan kaidah
konservasi.
Collections
- MT - Agriculture [3772]