Pertumbuhan, Reproduksi Dan Eksploitasi Ikan Layur (Lepturacanthus Savala, Cuvier 1829) Di Perairan Selat Sunda
View/ Open
Date
2016Author
Hakim, Lukman Guam
Setyobudiandi, Isdradjad
Sulistiono
Metadata
Show full item recordAbstract
Potensi sumberdaya ikan di Perairan Selat Sunda terdiri dari ikan pelagis,
ikan demersal, ikan karang, kerang-kerangan, cumi-cumi dan udang. Ikan demersal
di Kabupaten Pandeglang merupakan produksi tertinggi kedua dengan jumlah total
produksi pada tahun 2013 sebesar 9361.724 ton. Salah satu dari ikan demersal yang
didaratkan di PPP Labuan Banten adalah ikan layur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji pertumbuhan ikan layur, mengkaji biologi reproduksi ikan layur,
mengkaji laju eksploitasi dan mengidentifikasi karakteristik ukuran hasil tangkapan
ikan layur yang tertangkap pada alat tangkap yang digunakan nelayan antara lain
arad (mini trawl), payang (seine net) dan jaring lingkar (purse seine) sebagai
informasi dalam penentuan strategi pengelolaan ikan layur di Selat Sunda.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Agustus 2015
dengan interval pengambilan contoh satu bulan sekali dan dilanjutkan pada bulan
Maret 2016 di PPP Labuan Banten. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan teknik Penarikan Contoh Acak
Berlapis (PCAB) dari bulan April – Agustus 2015 dengan interval waktu
pengambilan satu bulan sekali. Pada setiap waktu pengambilan ikan contoh,
masing-masing gundukan ikan layur yang didaratkan di TPI Labuan dipilih secara
acak dengan mengambil pada tiap lapis dalam gundukan ikan yang mewakili tiap
selang kelas ukuran (kecil, sedang, besar) dengan total sebanyak ± 200 ekor pada
tiap bulan nya. Kemudian ikan contoh tersebut di bawa menuju Laboratorium
Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Selain itu dalam penelitian ini juga diambil ikan contoh dari hasil tangkapan
nelayan dengan menggunakan alat tanggap arad (mini trawl), payang (seine net)
dan jaring lingkar (purse seine). Observasi ini dilakukan pada bulan Maret 2016
untuk mengetahui karakteristik hasil tangkapan ikan layur dari masing-masing alat
tangkap tersebut. Data sekunder diperoleh dari DKP Pandeglang meliputi laporan
tahunan statistik perikanan tangkap PPP Labuan dari tahun 2008 sampai 2015.
Hasil menunjukkan bahwa panjang asimtot (L∞) pada ikan jantan sebesar
722.4 mm dan betina sebesar 828.0 mm. Koefisien pertumbuhan pada ikan layur
jantan sebesar 0.39 dan betina sebesar 0.32. Umur hipotesis pada panjang nol untuk
ikan jantan yaitu -0.7544 dan betina -0.6816. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan
jantan mempunyai umur lebih pendek dibandingkan ikan betina. Pola pertumbuhan
ikan layur (Lepturacanthus savala) di perairan Selat Sunda alalah allometrik positif
yaitu nilai b pada ikan jantan sebesar 3.2701 dan betina 3.1819. Secara keseluruhan
nisbah kelamin ikan layur adalah 1:1.2 yang artinya didominasi oleh ikan layur
betina. Faktor kondisi tertinggi terjadi pada bulan Juni baik jantan maupun betina
dan terendah untuk ikan jantan berada pada bulan Juli dan betina berada pada bulan
April. Persentase TKG tertinggi pada ikan jantan dan betina berada pada bulan
April sebesar 5.6% untuk ikan jantan dan 28% untuk ikan betina. Persentase IKG
tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 0.60% untuk ikan jantan dan 1.46% untuk
ikan betina, sedangkan IKG terendah terjadi pada bulan Juni yaitu 0.17% untuk ikan
jantan dan 0.19% untuk ikan betina. Fekunditas rata-rata pada TKG III sebanyak
5248 butir dan TKG 4 rata-rata 6355 butir. Sebaran diameter telur untuk TKG IV
hanya memiliki satu puncak yang mengindikasikan bahwa tipe pemijahan ikan
layur adalah total spawner. Panjang pertama kali matang gonad ikan layur jantan
sebesar 605.35 mm sedangkan betina sebesar 638.94 mm. Panjang pertama kali
tertangkap pada ikan jantan sebesar 522.66 mm dan betina sebesar 577.36 mm, hal
tersebut mengidentifikasikan bahwa sumberdaya ikan layur telah mengalami
growth overfishing. Laju eksploitasi pada ikan layur jantan sebesar 77% dan betina
sebesar 84%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan layur jantan dan betina sudah
mengalami over exploitasi. Jumlah trip yang dilakukan pada tahun 2014 sudah
menunjukkan tangkap lebih yaitu 810.2 ton dengan jumlah trip yaitu 37535.83
sedangkan berdasarkan perhitungan MSY menunjukkan 835.64 ton dengan 24680
trip hal tersebut menunjukkan bahwa status pemanfaatan ikan layur adalah over
fishing.
Collections
- MT - Fisheries [2934]