Perkembangan Populasi Kutudaun Aphis Craccivora Koch (Hemiptera: Aphididae) Dan Predatornya Pada Pertanaman Kacang Panjang
View/ Open
Date
2016Author
Ziyadah, Kurniatus
Winasa, I Wayan
Pudjianto
Metadata
Show full item recordAbstract
Kutudaun, Aphis craccivora Koch, merupakan hama utama pada
pertanaman kacang panjang (Vigna unguiculata subsp. sesquipedalis L.) di
Indonesia. Serangga predator berperan penting dalam pengaturan populasi A.
craccivora secara alami. Namun dalam praktek budidaya kacang panjang petani
sering melakukan pengendalian menggunakan insektisida yang dapat berpengaruh
terhadap musuh alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
populasi kutudaun A. craccivora dan predatornya pada pertanaman kacang
panjang tanpa perlakuan insektisida dan dengan perlakuan insektisida, serta
potensi predator sebagai agens pengendali kutudaun pada tanaman kacang
panjang.
Penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama dilakukan di lahan
pertanaman kacang panjang. Percobaan dilakukan dengan dua perlakuan (dengan
dan tanpa aplikasi insektisida) dengan 10 ulangan yang disusun dalam rancangan
acak kelompok. Insektisida yang digunakan adalah lambda sihalotrin, dan
diaplikasikan 5 kali ketika tanaman kacang panjang berumur 44, 51, 56, 62, dan
68 hari setelah tanam (HST). Percobaan kedua dan ketiga dilakukan di rumah
kaca. Percobaan kedua disusun dalam rancangan acak lengkap yang terdiri dari
lima perlakuan dengan enam ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu infestasi
kutudaun pada umur tanaman 10, 13, 16, 19 HST, dan tanpa infestasi kutudaun
(kontrol). Percobaan ketiga menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri
dari empat perlakuan dengan enam ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu
pelepasan predator M. sexmaculatus (Coleoptera: Coccinellidae) setelah 3, 7, 14
hari tanaman diinfestasi A. craccivora, dan tanpa pelepasan predator (kontrol).
Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa kutudaun A. craccivora
mulai ditemukan pada umur tanaman kacang panjang 7 HST. Pada perlakuan
tanpa aplikasi insektisida, populasi kutudaun tertinggi terjadi pada umur tanaman
49 HST. Pada perlakuan aplikasi insektisida populasi kutudaun menurun drastis
setelah dilakukan penyemprotan. Musuh alami yang dominan ditemukan adalah
predator yaitu Coccinellidae 65.80% dan Syrphidae 11.73%. Kedatangan predator
di pertanaman kacang panjang lebih lambat dibandingkan serangan kutudaun.
Kelimpahan predator dipengaruhi oleh keberadaan kutudaun. Perlakuan
insektisida mampu menekan populasi kutudaun tetapi juga menyebabkan
kematian predatornya.
Populasi kutudaun tertinggi pada tanaman yang diinfestasi satu ekor
kutudaun pada umur 10, 13, dan 16 HST terjadi 15 hari setelah infestasi.
Sedangkan pada tanaman yang diinfestasi umur 19 HST, populasi kutudaun
tertinggi terjadi setelah 18 hari dilakukan infestasi. Semakin cepat tanaman
kacang panjang terinfestasi kutudaun menyebabkan semakin cepat terjadinya
kerusakan tanaman akibat tingginya populasi kutudaun. Infestasi kutudaun pada
tanaman kacang panjang umur 10, 13, 16 dan 19 HST menyebabkan kematian
tanaman.
Pelepasan predator pada 3 hari setelah infestasi kutudaun dan 6 hari setelah
infestasi kutudaun, predator mampu secara langsung menekan kutudaun sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan polong. Sedangkan
pelepasan predator pada 14 hari setelah infestasi kutudaun, predator
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menekan kutudaun karena
populasinya yang tinggi. Dalam hal ini predator mampu menekan kutudaun tetapi
tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik karena serangan berat kutudaun.
Secara umum predator M. sexmaculatus berpotensi dijadikan sebagai agens
pengendali kutudaun. Untuk penerapannya masih diperlukan banyak penelitian
khususnya mengenai teknik pembiakan massal dan teknik aplikasinya di
lapangan.
Collections
- MT - Agriculture [3772]