Biaya Transaksi Sistem Resi Gudang Gabah
Abstract
Biaya transaksi akan selalu hadir di dalam pasar pertukaran ekonomi.
Kondisi pasar riil yang tidak terprediksi dapat menyebabkan tingginya biaya
transaksi, namun hal tersebut dapat ditekan dengan keberadaan institusi yang
dijelaskan pada konsep New Institution Economic (NIE). Pada konsep NIE
munculnya suatu kelembagaan bertujuan untuk menurunkan biaya transaksi
melalui pengendalian perilaku oportunistik para pelaku pada pasar pertukaran.
Sistem Resi Gudang (SRG) merupakan salah satu model kelembagaan
pembiayaan yang dirancang pemerintah dan diharapkan mampu menekan biaya
transaksi. Secara teori biaya transaksi pada kelembagaan SRG seharusnya lebih
rendah dibanding pada pasar namun faktanya kelembagaan SRG ini masih kurang
diminati petani. Kajian mengenai biaya transaksi pada SRG perlu dilakukan untuk
menjelaskan apakah pelaksanaan SRG sudah sesuai dengan konsep yang
dirancang untuk menekan biaya transaksi yang hadir.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis biaya transaksi pada
pelaksanaan Sistem Resi Gudang dan menganalisis faktor yang memengaruhi
biaya transaksi. Transaction Cost Analysis (TCA) digunakan sebagai alat analisis
untuk mengukur biaya transaksi dan metode regresi linier berganda digunakan
untuk menganalisis faktor penentu dari biaya transaksi. Penelitian ini
menggunakan data dari hasil wawancara mendalam dengan lembaga-lembaga di
dalam SRG serta sampel petani peserta Sistem Resi Gudang yang berjumlah 30
orang. Dimana 15 orang merupakan peserta berstatus anggota kelompok tani dan
15 orang berstatus non anggota kelompok tani. Penelitian dilaksanakan di SRG
Niaga Mukti, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Sistem Resi Gudang Niaga Mukti
dipilih karena merupakan salah satu gudang yang dibangun pemerintah dengan
jumlah resi gudang tertinggi di wilayah Jawa Barat.
Hasil penelitian menjelaskan terdapat tiga aktivitas transaksi pada SRG
yakni transaksi keanggotaan kelompok tani, transaksi kepemilikan resi gudang,
dan transaksi pembiayaan berbasis resi gudang. Terdapat perbedaan total biaya
transaksi antara peserta SRG yang tergabung dalam kelompok tani dan peserta
non kelompok tani. Total besaran biaya transaksi yang dikeluarkan petani anggota
kelompok tani lebih rendah (Rp7.87/kg) dibandingkan peserta non kelompok tani
(Rp11.11/kg). Rendahnya biaya transaksi pada peserta yang tergabung dalam
kelompok tani disebabkan adanya kegiatan transaksi yang dilaksanakan secara
kolektif dan adanya sharing sumberdaya berupa informasi secara bersama-sama.
Dari beberapa aktivitas transaksi pada program Sistem Resi Gudang, transaksi
yang menghasilkan biaya tertinggi adalah transaksi pembiayaan. Pada transaksi
pembiayaan terdapat proses negosiasi yang menyebabkan tingginya biaya
transaksi. Biaya-biaya tersebut berupa biaya fotokopi, biaya berkas, biaya materai
dan biaya korbanan. Sebagian komponen biaya tersebut dikeluarkan untuk
memenuhi kelengkapan persyaratan kontrak kredit Sistem Resi Gudang.
Pelaksanaan Sistem Resi Gudang Niaga Mukti memberikan benefit lebih
kepada para peserta, yakni keuntungan yang didapat didalam SRG jauh lebih
besar dibandingkan biaya transaksi yang dikeluarkan. Hal ini terlihat dari rata-rata
persentase rasio antara biaya transaksi dengan keuntungan yakni sebesar 5.16
persen (<10 persen). Faktor yang berpengaruh negatif terhadap biaya transaksi
adalah keanggotaan kelompok tani dan jumlah pinjaman (loan size) sedangkan
variabel jangka waktu kredit berpengaruh positif terhadap biaya transaksi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa manajemen dalam pengelolaan
gudang serta infrastruktur yang memadai merupakan hal yang sangat krusial
didalam pelaksanaan aktivitas transaksi pada program SRG. Oleh karena itu
diharapkan untuk SRG di wilayah lain perlu adanya perhatian dan fokus terhadap
perbaikan dua hal tersebut untuk memaksimalkan pelaksanaan transaksi SRG
kedepannya. Selain itu pada saat sosialisasi program, informasi manfaat (benefit)
dan biaya yang harus dikeluarkan harus dipaparkan secara jelas pada peserta SRG.
Dengan adanya informasi yang lengkap tersebut diharapkan petani lebih
memahami sistem secara menyeluruh sehingga dapat meningkatkan keinginannya
untuk berpartisipasi didalam program. Saran terakhir, diharapkan juga bagi
pemerintah dan pelaku yang terkait program SRG untuk memperhatikan faktor
yang mempengaruhi besar kecilnya biaya transaksi. Hal yang dapat dilakukan
seperti meningkatkan sosialisasi SRG kepada kelompok-kelompok tani disekitar
yang belum bergabung supaya mau bergabung karena keanggotaan kelompok tani
terbukti mampu menekan biaya yang dikeluarkan.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]