Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Kinerja Sektor Pertanian Di Provinsi Riau
Abstract
Provinsi Riau sebagai provinsi yang memiliki PDRB tertinggi di Sumatera
(BPS 2013) mengalami peningkatan PDRB dari tahun 2009 sampai 2013 dimana
sektor pertanian merupakan sektor andalan yang berkontribusi besar kedua setelah
pertambangan. Namun berdasarkan data Bank Indonesia (2013), diketahui bahwa
pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2012 merupakan pertumbuhan terendah
selama lima tahun terakhir. Dilihat dari sisi fiskal, Provinsi Riau memiliki rasio
fiskal yang lebih tinggi dibandingkan nasional, tetapi trendnya mengalami
penurunan (Kementerian Keuangan 2012). Perubahan kondisi fiskal yang
mengalami penurunan seiring dengan adanya perlambatan pertumbuhan sektor
pertanian diduga dikarenakan kebijakan fiskal yang berlaku di Provinsi Riau
menyebabkan terjadinya penurunan kinerja sektor pertanian. Tujuan penelitian ini
adalah untuk (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dan
pengeluaran fiskal di Provinsi Riau, (2) menganalisis dampak perubahan
penerimaan dan pengeluaran fiskal pemerintah daerah terhadap kinerja sektor
pertanian di Provinsi Riau, (3) merumuskan kebijakan fiskal yang tepat dilakukan
untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau.
Penelitian dilakukan dengan membangun model ekonometrika sebagai
sistem persamaan simultan menggunakan data time series Provinsi Riau tahun
1994-2013. Model tersebut dibagi menjadi tiga blok, yaitu penerimaan fiskal,
pengeluaran fiskal, dan kinerja sektor pertanian. Model kebijakan fiskal dan
kinerja sektor pertanian Provinsi Riau diestimasi dengan metode Two Stage Least
Squares (2SLS). Simulasi kebijakan dilakukan pada periode 2003-2013 dan
dikelompokkan menjadi enam simulasi, yaitu: (1) peningkatan DAU 5 persen (2)
peningkatan dana bagi hasil pajak daerah 5 persen (3) peningkatan pengeluaran
sektor pertanian 10 persen (4) peningkatan infrastruktur 5 persen (5) kombinasi
kebijakan peningkatan pengeluaran sektor pertanian dan infrastruktur masingmasing
sebesar 10 persen dan 5 persen (6) kombinasi kebijakan peningkatan DAU
5 persen, dana bagi hasil pajak daerah 5 persen, pengeluaran sektor pertanian 10
persen, dan infrastruktur 5 persen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi seluruh
penerimaan fiskal di Provinsi Riau yang meliputi pajak, retribusi, dan DAU
adalah PDRB dengan pengaruh yang positif dan signifikan. Selain itu DAU
dipengaruhi oleh total pengeluaran daerah secara negatif dan signifikan, serta bagi
hasil pajak daerah dipengaruhi oleh PAD dan pengeluaran sektor ekonomi secara
positif dan signifikan. Sementara faktor yang mempengaruhi seluruh pengeluaran
fiskal di Provinsi Riau yang meliputi pengeluaran gaji, pengeluaran non gaji,
pengeluaran sektor pertanian, pengeluaran sektor non pertanian, dan pengeluaran
infrastruktur adalah PAD dan total penerimaan daerah dengan pengaruh yang
positif dan signifikan. Selain itu pengeluaran gaji juga dipengarui secara
signifikan oleh DAU dengan pengaruh yang negatif dan pengeluaran gaji tahun
sebelumnya dengan pengaruh yang positif, pengeluaran non gaji juga dipengaruhi
secara signifikan oleh sisa anggaran tahun sebelumnya dan jumlah penduduk
dengan pengaruh yang positif, pengeluaran sektor non pertanian juga dipengaruhi
secara signifikan oleh penyerapan tenagakerja sektor non pertanian dengan
pengaruh yang positif, dan pengeluaran infrastruktur juga dipengarui signifikan
oleh kepadatan penduduk dengan pengaruh yang positif.
Perubahan kebijakan penerimaan dan pengeluaran fiskal berdampak positif
terhadap kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau dan seluruh subsektornya
dilihat dari aspek PDRB, tetapi jika dilihat dari aspek penyerapan tenagakerja,
perubahan kebijakan penerimaan dan pengeluaran fiskal seluruhnya berdampak
positif hanya pada subsektor perkebunan. Oleh sebab itu berdasarkan hasil
simulasi diketahui bahwa kebijakan fiskal yang tepat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau adalah peningkatan
pengeluaran sektor pertanian sebesar 10 persen. Kebijakan tersebut tidak hanya
meningkatkan PDRB sektor pertanian sebesar 0.67 persen dan seluruh
subsektornya, tetapi juga aspek penyerapan tenagakerja sektor pertanian sebesar
0.16 persen dimana penyerapan tenagakerja meningkat pada dua subsektor yaitu
subsektor tanaman pangan sebesar 2.32 persen dan subsektor perkebunan sebesar
0.02 persen.
Collections
- MT - Economic and Management [2972]