Variasi Spasial Emisi Gas Rumah Kaca (Grk) Pada Ekosistem Mangrove Di Pulau Kelong, Bintan.
View/ Open
Date
2016Author
Dharmawan, Wayan Eka
Zamani, Neviaty P.
Madduppa., Hawis H.
Metadata
Show full item recordAbstract
Ekosistem mangrove dikenal dengan baik dalam mitigasi dampak perubahan
iklim di wilayah pesisir dengan mampu menyerap CO2 dan menyimpannya dalam
bentuk biomassa. Walaupun demikian, proses biokimia yang terjadi dalam sedimen
menghasilkan gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer. Mangrove Pulau Kelong bagian
tenggara memiliki simpanan karbon yang sangat tinggi, dibandingkan dengan
seluruh kawasan mangrove di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD)
Kabupaten Bintan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi
ekosistem mangrove di Pulau Kelong bagian tenggara mencakup kondisi kajian
vegetasi, dekomposisi maupun lingkungan pada tiap zona yang berbeda, yaitu zona
dekat darat (L), zona tengah (M) dan zona dekat laut (S); Menghitung besaran laju
emisi GRK secara spasial serta menganalisis hubungan kondisi komunitas
mangrove, parameter lingkungan dan laju dekomposisi terhadap fluks GRK yang
dihasilkan. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan
pelindungan kawasan untuk mitigasi perubahan iklim global.
Kondisi ekosistem mangrove di Pulau Kelong memiliki zonasi yang sangat
jelas antara zona darat (L) dengan zona tengah (M) dan laut (S). Zonasi terbentuk
berdasarkan sebaran jenis mangrove serta parameter lingkungan. Jenis Rhizophora
apiculata, mendominasi penuh pada zona (S) dan mulai menurun pada zona (M).
Pada zona L, Xylocarpus granatum lebih mendominasi dibandingkan dengan R.
apiculata. Parameter suhu, pH, TOC, TP dan TN pada sedimen, menunjukkan
kedekatan zona M dengan S dan berbeda nyata dengan L. Persentase tutupan kanopi
mangrove pada seluruh zona adalah >75%, sehingga kondisi kesehatan komunitas
mangrove masih sangat baik. Laju dekomposisi serasah juga tergolong tinggi (k =
0,025 ± 0,023), yaitu: 0,78 ±0,70 gr/m2/hari (S); 0,83 0,89 gr/m2/hari (M); dan
1,40 0,82 gr/m2/hari (L). Laju emisi GRK ke atmosfer menunjukkan nilai yang
cukup rendah jika dibandingkan dengan penelitian lainnya. Tren laju emisi gas
metana (CH4) meningkat dari zona L ke zona S dan berlawanan dengan laju CO2.
Sementara itu, gas NO2 tidak memiliki pola emisi yang jelas secara spasial. Emisi
gas CH4 dan N2O tidak berkorelasi nyata dengan kondisi lingkungan, namun laju
emisi gas CO2 sangat dipengaruhi oleh pH dan TOC tanah serta TDS dan salinitas
perairan. Cadangan karbon yang tinggi, emisi GRK yang rendah, kondisi komunitas
masih alami menunjukkan bahwa kawasan mangrove bagian tenggara Pulau
Kelong memiliki potensi mitigasi perubahan iklim yang sangat tinggi.
Collections
- MT - Fisheries [3011]