Dayasaing Komoditi Hortikultura Negara Berkembang Dan Negara Maju Di Pasar Internasional.
View/ Open
Date
2016Author
Santosa, Eko Purwo
Firdaus, Muhammad
Novianti, Tanti
Metadata
Show full item recordAbstract
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang terdiri sayursayuran,
buah-buahan, tanaman biofarmaka (tanaman obat), dan florikultura (tanaman
hias) menjadi salah satu komoditi strategis perdagangan internasional, yang
permintaannya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan rumah tangga
dan pertumbuhan penduduk. Selama periode 2005-2014, rata-rata pertumbuhan nilai
ekspor hortikultura negara berkembang sebesar 69,81 persen lebih tinggi dibandingkan
rata-rata pertumbuhan ekspor negara maju yang mencapai 40,78 persen. Peningkatan
perdagangan komoditi hortikultura dunia juga dihadapkan dengan masalah volatilitas
harga dan hambatan perdagangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dayasaing komoditi hortikultura di pasar internasional dan mengidentifikasi faktorfaktor
yang mempengaruhi aliran perdagangan komoditi hortikultura di pasar dunia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari
berbagai sumber, antara lain FAO, WDI, WTO, Comtrade, dan CEPII. Komoditi
hortikultura yang dianalisis dayasaingnya yaitu potatoes, fresh or chilled nes (HS.
070190); cabbages (HS. 070490); bananas, including plantains, fresh or dried (HS.
080300); pineapples, fresh or dried (HS. 080430); guavas, mangoes and mangosteens,
fresh or dried (HS. 080450); dan ginger (HS. 091010). Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: (1) analisis deskriptif, (2) analisis daya saing dengan
metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD)
untuk mengetahui posisi dayasaing berdasarkan performa ekspor hortikultura, serta (3)
analisis data panel dengan gravity model. Estimasi analisis regresi model gravity
menggunakan data panel tahunan periode 2004-2013 terdiri dari 3 negara maju yaitu
Portugal, Amerika Serikat dan Australia serta 3 negara berkembang yaitu China, India,
dan Indonesia dengan jumlah negara tujuan ekspor 5 sampai dengan 20 negara.
Berdasarkan perhitungan RCA, negara-negara berkembang mendominasi
perdagangan enam komoditi hortikultura di pasar dunia dengan nilai RCA lebih besar
dari satu. Hasil estimasi Export Product Dynamic (EPD) menunjukkan bahwa terdapat
tiga komoditi ekspor hortikultura yang memiliki posisi pasar yang dinamis di pasar
dunia yaitu pisang, nanas serta jahe dalam persaingan perdagangan antar sesama negara
berkembang. Demikian juga hasil analisis data panel menggunakan model gravity
menunjukkan bahwa harga ekspor, populasi, GDP riil per kapita, jarak ekonomi, dan
nilai tukar riil secara signifikan mempengaruhi volume ekspor.
Untuk variabel hambatan perdagangan berupa tarif dan non tarif, kedua variabel
berpengaruh negatif terhadap ekspor komoditi hortikultura. Adanya liberalisasi
perdagangan dicerminkan dengan kurang berpengaruhnya pemberlakuan tarif impor
terhadap volume ekspor komoditi hortikultura dan nilai koefisiennya inelastis.
Sedangkan variabel hambatan perdagangan non tarif yaitu pemberlakuan Sanitary and
Phytosanitary (SPS) di negara tujuan ekspor masih menunnjukkan pengaruh yang
negatif terhadap ekspor komoditi hortikultura di pasar dunia. Namun terdapat variabel
jumlah SPS menunjukkan pengaruh positif pada ekspor komoditi kentang di Australia
dan kubis di Portugal, adanya pengaruh positif kebijakan SPS pada komoditi
hortikultura tersebut membuktikan bahwa negara eksportir telah mampu memenuhi
persayaratan dan standar yang diberlakukan oleh negara partner dagang.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]