Desain Model Pengering Spouted Bed Dua Dimensi Untuk Pengeringan Gabah
View/ Open
Date
2016Author
Napitu, Yusnita Oni
Nelwan, Leopold Oscar
Wulandani, Dyah
Metadata
Show full item recordAbstract
Spouted bed awalnya dirancang untuk mengatasi proses bubbling dan
slugging yang umum terjadi pada pengering fluidized bed. Pengering ini dapat
bekerja secara efektif untuk bahan yang sensitif terhadap suhu tinggi karena
peningkatan suhu bahan terbatas walaupun suhu inlet udara tinggi dengan
pencampuran dan waktu relative singkat di daerah spout. Tujuan penelitian ini
adalah untuk merancang desain model pengering spouted bed dua dimensi, menguji
kinerja ruang pengering dan simulasi kondisi pengeringan.
Desain pengering spouted bed dua dimensi pada penelitian ini terdiri dari
bagian persegi panjang dengan tinggi 0.5 m, lebar 0.15 m dan panjang 0.2 m.
Bagian bawah ruang pengering berbentuk sisi miring dengan kemiringan 60o yang
dihubungkan dengan saluran inlet udara dengan dimensi 0.02 m x 0.15 m. Suhu
udara selama pengeringan adalah 80 oC dan kadar air awal 29, 26.4 dan 23% basis
basah (bb). Kapasitas pengering adalah 3 kg/jam dengan laju pengeringan
bervariasi yaitu 4.35 – 12 %bk/jam. Massa bahan yang tinggal di dalam ruang
pengering adalah 0.1 kg. Model matematika yang digunakan untuk menduga profil
suhu udara, suhu gabah, kelembaban mutlak udara dan kadar air adalah model
Nellist et al. (1987). Pendugaan kadar air keluaran tipe kontinyu menggunakan
model yang dikembangkan oleh Zahed dan Epstein (1992).
Data pengujian menunjukkan bahwa suhu udara di daerah spout akan
menurun secara signifikan terhadap posisi aksial ruang pengering tetapi pada
daerah downcomer suhu udara bernilai fluktuatif. Nilai MAPE suhu udara daerah
spout bernilai kurang dari 4.45% dan pada daerah downcomer kurang dari 8.51%.
Dari nilai MAPE tersebut dapat disimpulkan bahwa model Nellist et al. (1987)
dapat digunakan untuk menduga parameter selama proses pengeringan. Suhu gabah
dan kelembaban mutlak udara pada daerah spout menunjukkan bahwa nilai akan
naik secara bertahap sementara untuk daerah downcomer nilai menurun secara
bertahap terhadap posisi aksial. Hasil simulasi kadar air daerah spout dan daerah
downcomer mengalami penurunan nilai terhadap waktu. Penurunan kadar air
daerah spout lebih besar dibandingkan daerah downcomer karena pada daerah spout
laju aliran udara lebih besar. Nilai MAPE pendugaan kadar air keluaran dengan
model Zahed dan Epstein (1992) adalah 7%.
Rendemen beras kepala bernilai 39 - 46.5%, rendemen penggilingan bernilai
65 – 67%. Konsumsi energi panas selama proses pengeringan adalah 5.14 – 9.48
MJ/kg air yang diuapkan dan nilai konsumsi energi total adalah 8 – 16 MJ/kg air
yang diuapkan.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2276]