Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Pedagang Bakso Terhadap Penambahan Boraks Dalam Bakso Di Kota Bengkulu
View/ Open
Date
2016Author
Istiqomah, Siti
Sudarwanto, Mirnawati B
Sudarnika, Etih
Metadata
Show full item recordAbstract
Boraks merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang sering digunakan
sebagai bahan pengawet khususnya pada bakso. Bakso merupakan hasil olahan
pangan asal hewan yang mudah rusak. Bahan tambahan pangan dapat
memperpanjang umur simpan dengan mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk
dan menghambat pertumbuhan organisme penyebab penyakit. Penambahan boraks
biasanya dilakukan pada waktu proses pengolahan makanan. Boraks termasuk
bahan beracun apabila digunakan dalam makanan yang dapat menimbulkan risiko
bagi kesehatan manusia. Penelitian penggunaan boraks pada bakso pernah
dilakukan di Kota Bengkulu pada tahun 2011 menunjukkan bahwa 10% dari 100
sampel bakso yang diuji positif mengandung boraks. Mengingat bahaya boraks
apabila dikonsumsi terus menerus dan adanya peningkatan jumlah pedagang bakso
sampai tahun 2013 di Kota Bengkulu, maka perlu dilakukan penelitian dengan
cakupan besaran sampel bakso yang lebih besar. Penelitian ini bertujuan
mendeteksi keberadaan boraks dalam bakso dan mengukur karakteristik,
pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang dan penggiling bakso di Kota Bengkulu.
Kajian yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian lapang cross
sectional yang menggunakan dua jenis data yaitu data hasil pengujian sampel bakso
di laboratorium dan data hasil wawancara terhadap pedagang dan penggiling bakso
di Kota Bengkulu. Pengambilan sampel dilakukan pada seluruh pedagang bakso
yang berada di seluruh Kota Bengkulu sebanyak 160 sampel bakso dari pedagang
(100%) yang melakukan pembuatan bakso sendiri dan menetap. Pengambilan
sampel juga dilakukan terhadap lima tempat penggilingan bakso yang ada di Kota
Bengkulu. Deteksi keberadaan boraks pada bakso dilakukan secara dua tahap yaitu
tahap pertama pengujian keberadaan boraks pada bakso yang beredar di Kota
Bengkulu secara kualitatif, tahap kedua terdiri dari tiga jenis pengujian yaitu
spektrofotometri, pemanasan dan daya simpan.
Hasil pengujian kualitatif menunjukkan 165 sampel (100%) yang diambil dari
pedagang bakso dan tempat pengilingan tidak mengandung boraks. Dari hasil
survei diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan dan sikap pedagang bakso
mayoritas berada dalam kategori baik. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi
pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Sedangkan faktor-faktor yang
memengaruhi sikap adalah akses informasi dari televisi dan pengetahuan. Tingkat
pengetahuan penggiling bakso sebagian besar dalam kategori sedang, dan sikap
seluruh penggiling bakso dalam kategori baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada praktik penambahan boraks
dalam bakso baik sampel bakso yang berasal dari pedagang maupun penggiling
bakso tetapi penyuluhan tetap harus dilakukan oleh instansi terkait mengingat baru
sebagian pedagang dan penggiling yang mendapat penyuluhan. Pengawasan
dengan cara pengambilan sampel secara menyeluruh harus dilakukan secara
menyeluruh pada pedagang bakso yang menetap dan tidak menetap, baik yang
membuat bakso sendiri maupun yang tidak membuat bakso sendiri. Data jumlah
pedagang dan penggiling bakso yang perlu diperbaharui secara rutin dan penelitian
lanjutan perlu dilakukan untuk pengambilan sampel dari pedagang bakso keliling
dan penjual bakso di pasar.
Collections
- MT - Veterinary Science [909]