Patogenisitas Tiga Isolat Helicoverpa Armigera Nucleopolyhedrovirus (Hearnpv) Terhadap Penggerek Buah Kapas Helicoverpa Armigera Hübner (Lepidoptera: Noctuidae)
View/ Open
Date
2016Author
Diyasti, Farriza
Santoso, Teguh
Kusumah, R. Yayi Munara
Metadata
Show full item recordAbstract
Helicoverpa armigera HÜBNER (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan salah satu hama utama kapas di Indonesia. H. armigera merusak tanaman kapas dengan cara menggerek kuncup bunga, bunga, dan buah kapas. Satu individu larva H. armigera dapat menghabiskan 40-57% kuncup, bunga dan buah kapas dalam satu pohon selama fase hidupnya. Teknik pengendalian yang selama ini diterapkan oleh petani yaitu menggunakan insektisida kimiawi, namun hal tersebut menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Beberapa bahan aktif insektisida dilaporkan telah menyebabkan resistansi terhadap hama ini. Dengan demikian, alternatif pengendalian yang ramah lingkungan sangat diperlukan untuk mengurangi kehilangan hasil akibat serangan hama ini. NPV merupakan virus dari golongan Baculovirus yang memiliki inang spesifik, aman bagi vertebrata dan tumbuhan, serta mudah dalam rekayasa genetik. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan infeksi Baculovirus di antaranya biologi inang, virulensi virus, dan ekologi virus. Isolat Baculovirus yang diperoleh dari spesies yang sama di lokasi geografis yang berbeda sering menunjukkan variasi genetik dan perbedaan dalam biologinya.
Negara besar seperti Indonesia memiliki variasi agroklimat yang beragam, sehingga memungkinkan ditemukan variasi strain virus. Karakterisasi molekuler melalui teknik PCR merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi suatu gen. Gen Late expression factor-8 (lef-8) merupakan primer universal untuk menganalisis DNA Lepidoptera NPV. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan isolat HearNPV dari beberapa wilayah sentra perkebunan kapas di Indonesia. Tiga isolat dari Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan dipilih untuk dikaji terkait patogenisitas dan karakterisasi molekulernya.
Pipilan jagung muda dicelupkan pada tiap suspensi isolat dengan kerapatan 2.5x103, 2.5x104, 2.5x105, 2.5x106, dan 2.5x107 POBs/mL serta kontrol menggunakan aquabides kemudian diberikan pada larva H. armigera instar-1. Setiap perlakuan terdiri atas 20 larva uji dengan empat ulangan. Peubah yang diamati adalah nilai LC50, LC90, LT50, dan LT90 menggunakan analisis probit dengan software SAS for Windows versi 9.1 untuk mengukur patogenisitas ketiga isolat HearNPV tersebut. Morfologi polihedra dari tiap isolat diamati menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Karakterisasi molekuler dilakukan dengan teknik PCR menggunakan primer gen lef-8 pada DNA total, kemudian dilakukan analisis penjajaran dengan program Bioedit, dan analisis filogeni dengan program Mega-5.
Pada 7 hari setelah inokulasi (HSI), isolat HearNPV Jawa Timur menunjukkan persentase mortalitas tertinggi dengan nilai LC50 dan LC90 terendah yaitu 6.38 POBs/mL dan 6.56x103 POBs/mL. Pada kerapatan 2.5x107 POBs/mL, isolat HearNPV Sulawesi Selatan menunjukkan nilai LT50 dan LT90 terendah dan tidak berbeda nyata dengan isolat HearNPV Jawa Timur yaitu 2.7 HSI dan 4 HSI.
6
Pengamatan dengan SEM menunjukkan tidak adanya perbedaan bentuk dan ukuran polihedra di antara ketiga isolat HearNPV tersebut. Begitu pula dengan hasil pengurutan DNA menunjukkan kesamaan nukleotida, serta tanda dan gejala yang tampak pada larva yang terinfeksi HearNPV tidak berbeda di antara ketiga isolat HearNPV tersebut.
Collections
- MT - Agriculture [3787]