Pengembangan Kompetensi Nelayan Pada Armada Rawai Tuna Di Ppn Palabuhanratu, Jawa Barat
View/ Open
Date
2016Author
Anugerah, Yasinta
Nurani, Tri Wiji
Sondita, Muhammad Fedi Alfiadi
Metadata
Show full item recordAbstract
Nelayan rawai tuna harus memiliki keterampilan mengoperasikan alat tangkap dan menangani hasil tangkapan dalam lingkungan kerja yang penuh ancaman terhadap keselamatan jiwa dan kapal ikan. Saat ini profesi nelayan di dalam negeri, pada umumnya kurang dihargai jika dilihat dari besar upah. Rendahnya penghargaan ini sering dikaitkan dengan rendahnya tingkat pendidikan formal dan pelatihan. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dapat dijadikan dasar untuk merancang program pelatihan kepada nelayan, agar mereka memiliki kompetensi yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menilai kompetensi nelayan rawai tuna yang terlibat dalam kegiatan penangkapan dan pendaratan tuna menurut SKKNI yang berlaku, 2) Merumuskan strategi mengatasi kesenjangan agar nelayan memiliki kompetensi rawai tuna sesuai dengan rumusan SKKNI.
Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Desember 2014 -Februari 2015 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Provinsi Jawa Barat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar periksa yang dibuat merujuk pada Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 298 Tahun 2013 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Golongan Pokok Perikanan Golongan Penangkapan Ikan Sub Golongan Penangkapan Ikan di Laut. Pengambilan data dilalukan melalui wawancara serta survei kepada 32 responden, yang terdiri dari 10 orang nakhoda dan 22 orang anak buah kapal rawai tuna di pelabuhan.
Unit kompetensi dengan tingkat kepentingan tertinggi untuk nakhoda adalah "Melakukan penangkapan ikan di laut dengan menggunakan rawai tuna". Kesenjangan pada unit ini adalah paling rendah di antara unit kompetensi nakhoda lainnya. Nakhoda Palabuhanratu memiliki capaian kompetensi sebesar 90%. Unit kompetensi dengan tingkat kepentingan tertinggi untuk anak buah kapal adalah "Penanganan tuna di atas kapal". Kesenjangan pada unit ini tergolong besar dan capaian kompetensi anak buah kapal Palabuhanratu sebesar 66%. Salah satu penyebab capaian adalah kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan akibat rendahnya pendidikan formal dan pelatihan. Pengalaman yang dimiliki oleh nelayan dapat menambah pengetahuan yang dimiliki, akan tetapi tidak semua pengetahuan didapatkan dari pengalaman. Oleh karena itu kegiatan pelatihan yang mengisi kesenjangan sangat perlu dilakukan.
Collections
- MT - Fisheries [3011]