Penyerap Oksigen Dan Zat Antipencoklatan Sebagai Penghambat Perubahan Warna Singkong Terolah Minimal
View/ Open
Date
2016Author
Winanti, Diki Danar Tri
Darmawati, Emmy
Syarief, Rizal
Metadata
Show full item recordAbstract
Seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk hidup sehat, semakin
banyak orang yang memilih pangan fungsional sebagai makanan konsumsi seharihari.
Salah satu sumber bahan pangan fungsional adalah singkong. Singkong
merupakan sumber karbohidrat yang memiliki indeks glikemik rendah. Bahan
pangan berindeks glikemik rendah diketahui aman dikonsumsi oleh penderita
obesitas, diabetes, kanker, dan penyakit jantung. Namun, singkong yang dijual di
pasaran kebanyakan masih berbentuk mentah tanpa pengemasan yang menarik.
Sedangkan konsumen yang sadar kesehatan umumnya merupakan kalangan
menengah ke atas yang menginginkan produk yang praktis, higienis, aman
dikonsumsi, dan nilai gizinya terjaga. Hal itu menjadi tantangan tersendiri dalam
penanganan pascapanen dan pengolahan singkong.
Teknologi proses minimal dapat menjadi salah satu solusi permasalahan
tersebut. Kendala dari singkong yang diolah secara minimal yaitu terjadinya
perubahan warna permukaan singkong menjadi kecoklatan setelah dilakukan
pengupasan kulit dan pemotongan bahan. Perubahan warna singkong menjadi
kecoklatan disebabkan oleh reaksi enzimatis polifenol oksidase (PPO).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penyerap
oksigen, zat antipencoklatan, dan kombinasi keduanya terhadap perubahan warna
pada permukaan singkong terolah minimal. Bahan yang digunakan antara lain
singkong manggu dengan umbi berwarna putih dan berumur 7 bulan setelah
tanam, zat antipencoklatan berupa asam sitrat (AS) 1% (b/v) dan asam askorbat
(AA) 1% (b/v), serta penyerap oksigen berbahan baku serbuk besi 1.7 g
perkemasan. Singkong yang telah dikupas kulit luar dan kulit dalamnya dicuci
kemudian direndam dalam zat anti pencoklatan. Singkong yang sudah direndam,
ditiriskan secara cepat dan dikemas dalam plastik polietilen (PE) 0.09 mm. Berat
singkong setiap kemasan yaitu 500 g. Variasi perlakuan pengemasan yaitu dengan
menambahkan penyerap oksigen ke (+PO) dalam kemasan dan tanpa penyerap
oksigen (-PO). Singkong terolah minimal yang sudah dikemas kemudian disimpan
pada suhu 27 oC, 10 oC, dan 5 oC hingga sampel rusak. Parameter mutu yang
diukur antara lain warna, indeks pencoklatan, total fenol, pH, total padatan terlarut
(TPT), total HCN, tekstur (kekerasan), dan sifat sensoris (warna, tekstur, dan
aroma). Data diolah dengan analisis variansi (ANOVA) pada p < 0.05 dan uji
beda nyata Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan p < 0.05. Uji
pembobotan menggunakan weighed property indices.
Hasil terbaik adalah singkong terolah minimal dengan kombinasi
perlakuan asam askorbat 1% yang dikemas dengan penambahan penyerap oksigen
dan disimpan pada suhu 5 oC. Perubahan warna dapat dicegah hingga 96 jam.
Nilai mutu dari hasil tersebut pada akhir penyimpaanan yaitu warna L 84.45; a* -
0.09; b* 11.38; kenaikan indeks pencoklatan 4.48%; TPT 4.20 obrix; dan tekstur
kekerasan 0.37 N m-2.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2283]