Sebaran Diatom Kaitannya Dengan Kondisi Lingkungan Perairan Selat Rupat Riau
View/ Open
Date
2016Author
Larasati, Chandrika Eka
Kawaroe, Mujizat
Prartono, Tri
Metadata
Show full item recordAbstract
Diatom memiliki kontribusi terhadap produktivitas primer yang mendukung jejaring makanan di perairan. Adanya aktivitas antropogenik yang berada di Selat Rupat seperti industri minyak kelapa sawit (CPO), dan pengolahan minyak bumi menyebabkan perairan tersebut mengalami tekanan terhadap kualitas air yang akan merusak dan merubah distribusi diatom karena responnya yang bervariasi terhadap kondisi perairan, mengganggu proses fotosintesa yang memicu pertumbuhan diatom secara cepat yang memungkinkan terjadinya blooming yang disebut dengan HAB (Harmful Algae Blooming). Penelitian ini bertujuan menganalisis parameter penting yang mempengaruhi kelimpahan diatom di Selat Rupat Riau. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Desember 2014 saat pasang dan surut di permukaan air (~1 m) dengan 3 kali ulangan. Lokasi sampling terbagi atas 5 stasiun penelitian berdasarkan keterwakilan wilayah aktivitas manusia. Parameter yang diambil yakni: parameter fisika perairan (kecepatan arus, salinitas, intensitas cahaya), kimia perairan (nitrat, fosfat, silikat, ammonia, Pb, oksigen terlarut, minyak dan lemak), dan kelimpahan diatom. Seluruh parameter dianalisis menggunakan PCA untuk melihat keterkaitan sebaran diatom dengan parameter lingkungan, sedangkan sebaran jenis diatom di setiap stasiun digunakan analisis CA.
Hasil menunjukkan bahwa jenis diatom yang didapat secara keseluruhan sebanyak 11 genus. Saat pasang, genus diatom yang ditemukan, yakni Biddulphia, Coscinodiscus, Navicula, Nitzschia, Palmeria, Pleurosigma, Skeletonema, Thalassionema, dan Thalassiosira, sedangkan saat surut jenis diatom yang ditemukan, yaitu Biddulphia, Coscinodiscus, Navicula, Nitzschia, Palmeria, Pleurosigma, Skeletonema, Tabellaria, Thalassiosira, dan Triceratium. Genus Coscinodiscus, dan Skeletonema dapat beradaptasi salinitas euryhaline, sehingga kelimpahannya lebih banyak dibandingkan dengan jenis lainnya (66 032 sel m-3 dan 64 027 sel m-3 saat pasang dan saat surut 69 507 sel m-3 dan 81 404 sel m-3).
Sebaran jenis diatom pada Stasiun 1 dan 2 cenderung relatif tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. Hal ini tak terlepas dari lokasi sampling yang berdekatan dengan muara sungai dan kawasan mangrove yang memperkaya unsur hara di lokasi penelitian. Sebaran diatom yang didapat memiliki kecenderungan mengikuti pola nutrien yang berada di perairan Selat Rupat Riau. Sebaran diatom memiliki korelasi terhadap kondisi lingkungan di perairan tersebut khususnya konsentrasi nitrat dan intensitas cahaya yang mengikuti pola dinamika massa air pasang dan surut. Nitrat dibutuhkan diatom dalam pertumbuhannya, sedangkan intensitas cahaya matahari dibutuhkan dalam proses fotosintesa. Sebaran jenis diatom dapat mengkarakteristikkan setiap stasiunnya dengan mengikuti pola nutrien dan kemampuan beradaptasi pada kondisi perairan.
Collections
- MT - Fisheries [3011]