Show simple item record

dc.contributor.advisorNoor, Erliza
dc.contributor.advisorEriyatno
dc.contributor.advisorMulyadi, Dedi
dc.contributor.authorHerman, Sidik
dc.date.accessioned2016-05-19T07:15:07Z
dc.date.available2016-05-19T07:15:07Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80617
dc.description.abstractGaram konsumsi diperlukan oleh seluruh rumah tangga, khususnya untuk member cita rasa asin pada makanan. Karena fungsi ini tidak bisa digantikan, maka garam menjadi produk yang memiliki sifat strategis dan sensitif secara politis. Hampir seluruh negara termasuk Indonesia berusaha mencukupi sendiri kebutuhan (swasembada) garam konsumsi walaupun tidak layak secara ekonomi. Produksi garam di Indonesia kurang didukung oleh kondisi iklim dengan curah hujan tinggi yang menyebabkan rendahnya produktifitas lahan pegaraman. Peningkatan teknologi yang relatif lamban, menyebabkan produksi garam sepenuhnya tergantung pada iklim. Terkonsentrasinya produksi garam menyebabkan panjangnya rantai pasok dari produsen ke konsumen, sementara itu kondisi geografis sebagai negara kepulauan menyebabkan tingginya biaya distribusi sehingga harga yang diterima petani jauh lebih rendah dari harga pasar. Adanya rembesan garam impor yang sebenarnya ditujukan untuk garam industri menekan harga garam di pasar. Untuk mendukung upaya swasembada garam, diperlukan kebijakan yang dapat menangani masalah kompleks ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang sistem intelijen dengan pendekatan manajemen krisis yang dapat memberikan peringatan dini pada setiap kondisi yang terjadi dalam tata niaga garam nasional khususnya garam konsumsi rumah tangga. Tujuan ini dicapai melalui beberapa tujuan turunan, yaitu: teridentifikasinya sumber pemicu krisis pada rantai pasok garam konsumsi, terumuskannya indikator dan ambang batas terjadinya krisis, menyusun formulasi dan skenario kebijakan dan mengintegrasikan komponen model dan pendekatan manajemen krisis pada sistem peringatan dini tata niaga garam nasional. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai untuk mempermudah pengambilan keputusan dalam mencegah dan memperbaiki rantai pasok apabila terjadi krisis pada pasokan garam konsumsi. Penelitian menggunakan beberapa teknik. Tahap identifikasi sumber krisis dilakukan melalui pembobotan faktor kunci sumber krisis melalui preferensi pakar menggunakan metode ANP. Untuk melihat dampak dan urgensi faktor pemicu krisis yang teridentifikasi, dilakukan konfirmasi ulang oleh pakar dengan menggunakan metoda Enterprise Risk Manajement (ERM). Prediksi faktor kunci sumber krisis dilakukan dengan menggunakan teknik Timeseries, untuk melihat trend yang akan terjadi kedepan. Ambang batas krisis yang merupakan batas kelayakan minimal dari industri garam ditentukan melalui pendapat pakar menggunakan analisis ambang batas (Threshold Analysis). Perumusan kebijakan menggunakan metode Strategic Assumption Surfacing and Testing ( SAST). Setiap kebijakan tersebut diintegrasikan dengan ambang batas krisis menggunakan Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS). Sebagai sumber pemicu krisis teridentifikasi harga garam, cuaca dan introduksi teknologi baru (inovasi). Berdasarkan analisa ambang batas ditemukan bahwa untuk keberlangsungan tataniaga garam konsumsi nasional diperlukan harga minimal garam curai di ladang Rp580 270/ ton, cuaca yang mendukung masa produksi 12 dekade dan produksi nasional adalah 870 000ton/tahun. Berdasarkan hasil dekomposisi trend harga garam ditingkat curai cenderung naik. Trend cuaca cenderung menurun dan dapat menyebabkan masa produksi menurun secara signifikan dari tahun ke tahun. Perlunya adanya introduksi teknologi didasarkan pada peramalan memperlihtkan penurunan produksi yang terjadi setiap tahunnya. Produksi garam nasional sangat berfluktuatif mengikuti perubahan musim dengan kecenderungan menurun sampai tahun 2022. Analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dengan metode SAST menghasilkan alternatif kebijakan strategis yang diperlukan untuk menghadapi sumber krisis. Tahapan implementasi untuk setiap kebijakan, kelembagaan pelaksana dan tingkat kesulitannya ditetapkan. Kebijakan dengan tingkat kesulitan rendah akan menjadi kebijakan yang bersifat jangka pendek, sementara kebijakan dengan tingkat kesulitan tinggi akan membutuhkan waktu untuk implementasinya sehingga digolongkan kedalam kebijakan jangka panjang. Kebijakan yang menjadi prioritas untuk jangka pendek adalah impor terkendali untuk menutupi kekurangan garam konsumsi disertai dengan penetapan harga garam di tingkat produksi untuk menarik minat produsen dalam memproduksi garam. Kebijakan lainnya yang dianggap penting adalah memperbaiki rantai pasokan melalui perbaikan infrastruktur untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi distribusi. Peningkatan ketersediaan dan penggunaan teknologi tepat guna merupakan cara untuk meningkatkan produksi. Ijin usaha dan penggunaan lahan untuk pegaraman perlu dipermudah, dan disarankan dibentuk Badan Pengendali Stok dan Harga Garam. Tingkatan krisis pada penelitian ini dibagi menjadi 4, yaitu event, incident, crisis dan disaster. Setiap kebijakan ditentukan untuk menangani setiap level krisis secara spesifik. Untuk mempermudah pengguna berinteraksi dengan komputer, maka seluruh hasil yang didapat diterjemahkan ke dalam program komputer dengan menggunakan perangkat lunak Matlab dengan menggunakan logika If-Then Rule.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcManagementid
dc.subject.ddcMarketingid
dc.titleRancang Bangun Sistem Intelijen Untuk Tataniaga Garam Nasional Dengan Pendekatan Manajemen Krisisid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordANPid
dc.subject.keywordERMid
dc.subject.keywordSistem Pakarid
dc.subject.keywordSistem Peringatan Diniid
dc.subject.keywordTataniaga Garamid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record