Strategi Restorasi Habitat Bekantan Di Suaka Margasatwa Kuala Lupak Berdasarkan Karakteristik Habitat Referensi
View/ Open
Date
2016Author
Rabiati, Mila
Kartono, Agus Priyono
Masy’ud, Burhanuddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi restorasi habitat
bekantan di Suaka Margasatwa Kuala Lupak (SMKL) berdasarkan hasil
identifikasi kondisi habitat dan populasi bekantan di habitat referensi serta
persepsi masyarakat aktor konversi lahan terhadap pelestarian bekantan.
Penelitian dilaksanakan di SMKL, Kalimantan Selatan pada Februari-April
2015. Areal penelitian adalah habitat bekantan pada formasi Sonneratia-Avicennia
di hutan mangrove Blok Hutan Tanjung Pedada Tua seluas ±195 ha.
Pengumpulan data dilaksanakan di tiga lokasi, yakni: 1) areal bervegetasi baik dan
disukai bekantan seluas ±72.77 ha sebagai tapak referensi, 2) areal bervegetasi
dan kurang disukai bekantan seluas ±33.96 ha sebagai areal model 1, dan 3) areal
bervegetasi terganggu yang terletak dekat dengan pemukiman seluas ±19.71 ha
sebagai areal model 2.
Peubah komponen fisik habitat yang diamati meliputi kondisi iklim mikro,
tanah serta perairan sungai. Data komponen biotik habitat bekantan meliputi
komposisi dan struktur vegetasi, pohon tidur dan jenis satwa kompetitor.
Pengumpulan data vegetasi dilakukan dengan menerapkan metode jalur berpetak.
Pengamatan dan penghitungan jumlah populasi dilakukan dengan metode
terkonsentrasi dengan kriteria kelas umur bekantan mengikuti kriteria dari Yeager
(1990), Murai (2004), Murai (2006) dan Stark et al. (2012).
Data persepsi masyarakat diperoleh dengan mewawancarai 33 responden
yang merupakan pelaku konversi lahan. Persepsi masyarakat yang digali meliputi:
1) Pengetahuan, terdiri atas: (a) pengetahuan tentang keberadaan bekantan
termasuk jenis tumbuhan yang menjadi pakan bekantan, pohon yang dipilih
sebagai pohon tidur serta anggapan terhadap bekantan sebagai sumber gangguan,
(b) pengetahuan tentang status perlindungan bekantan, dan (c) pengetahuan
tentang status kawasan SMKL, serta pengetahuan responden tentang konsekuensi
hukum bagi aktivitas menggarap lahan di SMKL; 2) Sikap, meliputi: (a) sikap
penerimaan terhadap kegiatan rehabilitasi yang sudah dilaksanakan sebelumnya
dan (b) sikap dukungan atau kesediaan untuk terlibat dalam program/kegiatan
restorasi yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bekantan di SMKL menempati hutan
mangrove formasi Sonneratia-Avicennia yang didominasi oleh Sonneratia
caseolaris (INP=273.98%) dan Avicennia alba (INP=189.01%). Jumlah jenis
vegetasi yang ditemukan sebanyak 17 jenis terdiri atas 7 jenis habitus pohon dan
10 jenis habitus tumbuhan bawah. Indeks keanekaragaman jenis vegetasi di areal
bervegetasi baik dan disukai oleh bekantan adalah H’=0.58, areal bervegetasi
kurang disukai sebesar H’=0.79, dan areal bervegetasi terganggu sebesar
H’=0.38. Jenis S. caseolaris merupakan vegetasi sumber pakan utama dan
digunakan sebagai pohon tidur oleh bekantan. Jenis ini mengalami hambatan
regenerasi alami akibat dominansi tumbuhan bawah Derris trifoliata yang
menghalangi pertumbuhan anakan S. caseolaris. Dominansi D. trifoliata
merupakan indikator ekosistem mangrove yang mengalami kerusakan.
Dugaan populasi bekantan di SMKL adalah 139±43 individu dengan kepadatan
81 individu/km2 dan nisbah kelamin dewasa 1:3.09. Struktur populasi bekantan
menunjukkan jumlah populasi yang terkonsentrasi pada kelompok usia
menengah-dewasa.
Pengetahuan masyarakat tentang keberadaan bekantan dan status
perlindungannya cukup tinggi (>50%), tetapi sikap penerimaan dan dukungan
terhadap kegiatan restorasi masih rendah (<50%). Perbedaan persepsi masyarakat
ditunjukkan oleh faktor domisili responden dan status kepemilikan lahan.
Strategi restorasi habitat bekantan yang direkomendasikan meliputi:
(a) penanaman jenis S. caseolaris dan jenis tumbuhan pakan lainnya
(b) pengendalian tumbuhan bawah D. trifoliata, (c) penyuluhan, penyadartahuan
masyarakat dan sosialiasi serta (d). Program penanaman untuk restorasi SMKL
dalam jangka menengah diarahkan untuk membangun koridor bagi bekantan.
Selain itu peningkatan manajemen pengelolaan dan penyelesaian konflik lahan
terus diupayakan dengan tujuan mendapatkan dukungan dan partisipasi
masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem mangrove di SM Kuala Lupak.
Collections
- MT - Forestry [1373]