Studi Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Habitat Penyu Melalui Pendekatan Skema Pembayaran Jasa Ekosistem (Studi Kasus : Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan, Kabupaten Sukabumi)
View/ Open
Date
2016Author
Dwihastuty, Leny
Adrianto, Luky
Yulianda, Fredinan
Metadata
Show full item recordAbstract
Salah satu fungsi penting Kawasan Konservasi Taman Pesisir Pantai Penyu
Pangumbahan, Sukabumi (KKTP4S) adalah sebagai penyedia jasa bagi
pendaratan penyu hijau (Chelonia mydas) yang merupakan daya tarik khusus bagi
kegiatan wisata di kawasan ini. Namun saat ini populasi penyu Indonesia
mengalami penurunan yang cukup mengkhawatirkan yakni sebesar 60% sejak
tahun 1989 (WWF Indonesia, 2005). Penurunan populasi penyu telah
menimbulkan perhatian di seluruh dunia selama dekade terakhir. Perubahan
kondisi habitat peneluran dan perilaku manusia (anthropogenik) merupakan faktor
utama penyebab penurunan populasi tersebut. Beberapa cara telah dilakukan
untuk mengatasi kondisi ini diantaranya diperkuatnya peraturan baik di tingkat
pusat maupun daerah, pembentukan UPTD konservasi, pelibatan masyarakat
melalui pembentukan kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS), namun
belum memberikan hasil yang cukup berarti. Kurangnya SDM pengelola, fasilitas
penangkaran serta besarnya biaya operasional pengelolaan menjadi masalah
tersendiri, sehingga diperlukan adanya pengelolaan yang baik dan tepat guna
menjaga kelestarian dan berjalannya fungsi dari sumberdaya tersebut sehingga
mendukung kesejahteraan masyarakat dan pengelolaan kawasan yang
berkelanjutan. Salah satu metode konservasi baru yang diusulkan dengan melalui
pendekatan Pembayaran Jasa Ekosistem (PES). PES dianggap sebagai sebuah
pendekatan inovatif yang mencoba meraih dua tujuan yaitu konservasi
sumberdaya alam dan penanggulangan kemiskinan.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober sampai 20 Desember
2014. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah: 1) Mengidentifikasi dan memetakan
jasa ekosistem yang dihasilkan oleh Kawasan Taman Pesisir Pantai Penyu
Pangumbahan, Kabupaten Sukabumi, 2) Mengestimasi nilai jasa ekosistem di
Kawasan Konservasi Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan dan 3) Menyusun
disain Pembayaran Jasa Ekosistem untuk peningkatan kualitas pengelolaan
kawasan konservasi perairan di Kabupaten Sukabumi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis status
ketersediaan jasa ekosistem (natural capital asset) diperoleh hasil bahwa
KKTP4S masih menunjang sebagai habitat penyu serta masih tetap dapat
menyediakan barang dan jasa (goods and service) untuk mendukung kehidupan
manusia.
Hasil analisis WTP diperoleh nilai surplus konsumen atau nilai WTP
wisatawan nusantara sebesar Rp 7.972.988 per individu per tahun. Dan nilai
WTP wisatawan mancanegara sebesar Rp 14.583.333 sehingga diperoleh nilai
manfaat KKTP4S sebesar Rp. 558.607.297.820/tahun. Nilai WTP ini dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan yang tinggi. Perhitungan nilai rata-rata WTP responden
wisatawan nusantara untuk pelepasan tukik adalah sebesar Rp 17.463/orang,
terhadap melihat penyu bertelur Rp. 47.537/orang. Sedangkan nilai WTP
responden wisatawan asing untuk pelepasan tukik sebesar Rp 27.000/orang,
melihat penyu bertelur sebesar Rp. 205.000/orang. Nilai rata-rata WTP responden
wisatawan tersebut dapat digunakan sebagai acuan atau bahan pertimbangan
dalam penetapan tarif masuk yang baru di KKTP4S. Hasil analisis prediksi
diperoleh bahwa biaya transaksi yang dikeluarkan oleh pemerintah setiap
tahunnya sekitar Rp 2.188.450.000. Jika dibandingkan dengan nilai WTP
potensialnya diperoleh hasil WTP potensial lebih besar dibandingkan biaya
transaksional yang dikeluarkan. Hal ini mengindikasikan bahwa pembayaran jasa
ekosistem dapat sebagai alternatif untuk memperoleh pendanaan bagi pengelolaan
KKTP4S dan sekaligus diharapkan dapat mempertahankan kelestarian lingkungan
yang ada.
Kebijakan utama yang diperlukan dalam implementasi pembayaran jasa
ekosistem di KKTP4S adalah menentukan pelaku utama yaitu pihak penyedia dan
pemanfaat jasa ekosistem. Penentuan pelaku utama ini bertujuan untuk
mengetahui stakeholder yang memanfaatkan jasa jasa yang dihasilkan dari
KKTP4S, membangun keterkaitan ekosistem dengan pelaku utama bertujuan
untuk membentuk kesadaran para pelaku utama akan pentingnya KKTP4S untuk
terus menyediakan jasa, menentukan karakter dari struktur dan fungsi ekosistem,
bertujuan untuk mengetahui pola karakteristik lingkungan agar dalam melakukan
upaya konservasi dapat berjalan baik, menentukan nilai pembayaran jasa melalui
teknik valuasi ekonomi. Tujuan dilakukannya penilaian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar dana yang dapat dikumpulkan untuk membiayai
kegiatan konservasi. Penilaian ini dilakukan melalui teknik valuasi yaitu
kemampuan membayar (Willingness to Pay) serta menetapkan mekanisme
lembaga pengelola yang bertujuan agar pelaksanaan PES ini memiliki kekuatan
hukum. Pembentukan dasar hukum ini berupa undang undang maupun peraturan
daerah, membangun perekonomian daerah untuk meningkatkan perilaku
masyarakat dalam ikut menjaga KKTP4S, melakukan pemantauan dan monitoring
terhadap mekanisme PES. Kebijakan ini penting untuk dilaksanakan dengan
tujuan melakukan pemantauan semua kegiatan pelaksanaan PES yang sesuai
dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan melakukan
analisis keberhasilan pelaksanaan PES yang bertujuan untuk mengetahui seberapa
efektif pelaksanaan PES terhadap kelestarian KKTP4S.
Berdasarkan hasil analisis SMART didapatkan bahwa Pembayaran Jasa
Ekosistem dengan menggunakan mekanisme Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) adalah yang memungkinkan saat ini. Pola ini cukup efisien, hal ini
disebabkan melalui penerapan pola BLUD ini diharapkan melalui pengawasan
oleh dewan pengawas BLUD berdasarkan peraturan menteri keuangan nomor
109/pmk.05/2007 tentang dewan pengawas badan layanan umum dana
pengelolaan sebagai pendapatan yang benar benar dapat dipergunakan sebagai
dana untuk pelestarian, pemeliharaan, kebersihan lingkungan dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat khususnya disekitar lokasi obyek jasa ekosistem disekitar
KKTP4S.
Collections
- MT - Fisheries [3019]