Perubahan Penggunaan Lahan Dan Arahan Pengendaliannya Di Kabupaten Bogor Dan Cianjur.
View/ Open
Date
2016Author
Yudarwati, Rani
Sitorus, Santun R.P.
Munibah, Khursatul
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Bogor dan Cianjur telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang berperan untuk mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan dan menjamin tetap berlangsungnya konservasi tanah dan air serta menanggulangi banjir untuk wilayah sekitarnya. Oleh karena itu, pembangunan yang terjadi di kawasan ini harus dapat menjamin daya dukung lahan yang berkelanjutan. Namun, fakta yang terjadi adalah hutan, yang memiliki peran utama dalam menjaga keberlanjutan lingkungan, semakin menurun luasannya. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi perubahan penggunaan lahan dengan pendekatan model spasial dinamik. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui dan membandingkan perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bogor dan Cianjur, (2) mengetahui tren perubahan penggunaan lahan yang terjadi di kedua kabupaten, (3) mengetahui faktor yang mempengaruhi keberadaan penggunaan lahan, (4) mengevaluasi penggunaan lahan terhadap RTRW serta (5) menyusun arahan pengendalian perubahan penggunaan lahan.
Metode yang digunakan untuk memprediksi perubahan penggunaan lahan adalah dengan pemodelan Markov – Cellular Automata, selain itu, untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keberadaan penggunaan lahan digunakan analisis regresi logistik biner dan evaluasi kesesuaian penggunaan lahan terhadap RTRW didapatkan dari hasil analisis tumpang tindih (overlay). Parameter yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lereng, elevasi, curah hujan, jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari ibukota kecamatan, jarak dari pusat kegiatan ekonomi dan kepadatan penduduk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Kabupaten Bogor dan Cianjur didominasi oleh hutan, lahan kering dan sawah. Kedua kabupaten mengalami penurunan luasan hutan yang cukup drastis yaitu sebesar -12,14% di Kabupaten Bogor dan sebesar -10,31% di Kabupaten Cianjur. Faktor pendorong yang memiliki korelasi positif terhadap keberadaan hutan dan lahan pertanian di kedua kabupaten adalah kemiringan lereng, elevasi, curah hujan dan jarak dari sungai, sedangkan aksesibilitas, kepadatan penduduk dan pusat kegiatan ekonomi memiliki korelasi negatif. Keberadaan kawasan terbangun justru sangat dipengaruhi oleh faktor sosial yang diuji, yaitu jarak dari ibukota kecamatan, jarak dari pusat kegiatan ekonomi dan kepadatan penduduk. Variabel yang menghambat terbentuknya kawasan terbangun adalah kemiringan lereng dan elevasi.
Hasil prediksi penggunaan lahan tahun 2025 kembali menunjukkan penurunan luasan hutan. Kabupaten Bogor mengalami penurunan hingga -6,46% dan Kabupaten Cianjur sebesar -6,35% dari luasan tahun 2014. Kawasan terbangun meningkat sebesar 8,87% di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur sebesar 6,30%. Persentase ketidaksesuaian penggunaan lahan eksisting terhadap RTRW di Kabupaten Bogor adalah sebesar 5,49% dan Kabupaten Cianjur sebesar 10,38%. Berdasarkan hasil prediksi persentase ketidaksesuaian penggunaan lahan terhadap RTRW meningkat tajam di kedua kabupaten yaitu sebesar 11,32% di Kabupaten Bogor dan 20,52% di Kabupaten Cianjur. Penggunaan lahan prediksi
yang sesuai dengan RTRW adalah sebesar 43,64% di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur sebesar 38,04%.
Arahan pengendalian penggunaan lahan skenario kedua, dimana hutan yang berada di kawasan lindung dan sawah yang berada di kawasan pertanian lahan basah dipertahankan keberadaannya serta semak belukar yang berada di kawasan lindung dikembalikan fungsinya menjadi hutan merupakan skenario yang paling efektif karena dapat meningkatkan kesesuaian penggunaan lahan terhadap RTRW sebesar 46,95% di Kabupaten Bogor dan 42,26% di Kabupaten Cianjur serta menurunkan nilai ketidaksesuaian yang terjadi di Kabupaten Bogor menjadi 8,06% dan Kabupaten Cianjur menjadi 17,05%.
Collections
- MT - Agriculture [3683]