Pengaruh Pemberian Minyak Ikan Lele (Clarias Gariepinus) Yang Diperkaya Omega 3 Terhadap Profil Lipid Lansia
View/ Open
Date
2016Author
Srimiati, Mia
Kusharto, Clara M.
Tanziha, Ikeu
Suseno, Sugeng H.
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia merupakan salah satu negara berkepulauan yang memiliki potensi perikanan tangkap dan perikanan budidaya, terutama ikan lele. Pemanfaatan ikan lele semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Salah satunya adalah penepungan, namun kegiatan ini menyisakan hasil samping berupa minyak yang masih bisa dimanfaatkan. Minyak ikan lele dapat menurunkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dan total kolesterol (Rifqi 2014) pada hari ke-60, akan tetapi menunjukkan peningkatan pada hari ke-90. Oleh karena itu, pada penelitian ini ditambahkan omega 3 untuk memperbaiki kualitas minyak ikan lele dan dapat memperbaiki profil lipid lansia.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian minyak ikan lele (Clarias gariepinus) yang diperkaya omega 3 terhadap profil lipid lansia. Adapun tujuan khususnya adalah: (1) Menganalisis proses pemurnian minyak ikan lele dengan perbedaan suhu bleaching (250C, 700C, dan 1000C); (2) Mengkaji stabilitas minyak ikan lele dengan metode Schaal Oven Test; (3) Mempelajari proses kapsulasi softgel untuk minyak ikan lele; (4) Menganalisis pengaruh pemberian minyak ikan lele terhadap kadar total kolesterol dan LDL pada lansia.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu pemurnian minyak, penyimpanan, dan efikasi pada lansia. Efikasi pada lansia menggunakan desain Randomized Controlled Trial (RCT). Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Pemurnian minyak dilakukan pada tiga suhu pemucatan yang berbeda yaitu 250C, 700C, dan 1000C. Uji stabilitas minyak dilakukan dengan metode Schaal oven test, sedangkan efikasi dilakukan selama 60 hari di Pos Lansia Dahlia Senja. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah lansia wanita yang berusia di atas 60 tahun; sehat (tidak menderita infeksi sekunder) berdasarkan hasil pemeriksaan dokter; memiliki risiko dislipidemia; telah mengikuti penjelasan penelitian; menyetujui informed consent; bersedia untuk mematuhi prosedur penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah mempunyai kelainan kongenital/cacat bawaan; Mempunyai alergi berat berdasarkan medical Questionnaire; Mengonsumsi antibiotik dan/atau laxative (4 minggu sebelum penelitian); serta berpartisipasi dalam penelitian lain.
Subjek dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama (A1) diberikan minyak ikan lele 1000 mg per hari, sedangkan kelompok kedua (A2) kontrol, tidak diberikan minyak. Sebelum dan setelah intervensi dilakukan pengukuran profil lipid. Proses pemurnian dilakukan di Techno Park, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Analisis biokimia darah (profil lipid) dilakukan di Laboratorium Teknologi Penerapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Kementrian Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia, Bogor.
v
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu data responden lansia dan keluarganya. Data responden diantaranya identitas lansia (nama, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, tingkat pendidikan dll), status kesehatan, konsumsi pangan, profil lipid (total kolesterol, LDL, HDL dan trigliserida), dan ukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan pengukuran secara langsung terhadap responden. Data diolah menggunakan MS Excell dan SPSS versi 16.0.
Minyak yang telah dimurnikan mengalami penurunan jumlah asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan anisidin, dan bilangan total oksidasi. Jumlah parameter oksidasi minyak yang telah dimurnikan menjadi turun sesuai dengan standar IFOS, baik yang dimurnikan pada suhu 250C, 700, maupun 1000C. Minyak yang dimurnikan pada suhu yang lebih rendah memiliki profil asam lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak kasar, baik SFA (Saturated Fatty Acid), MUFA (Mono Unsaturated Fatty Acid), dan PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid). Namun, suhu yang rendah tidak efektif untuk mendapatkan rendemen minyak murni, rendemen yang didapatkan hanya sebesar 22%. Rendemen tertinggi diperoleh pada suhu pemucatan 1000C, yaitu sebesar 84%.
Minyak ikan lele yang telah dimurnikan kemudian disimpan dengan menggunakan metode Schaal Oven Test. Hasilnya menunjukkan bahwa minyak yang tidak ditambahkan dengan vitamin E (kontrol) tidak stabil dibandingkan dengan minyak yang ditambahkan dengan vitamin E, minyak tersebut sudah menunjukkan kerusakan dan tidak sesuai dengan IFOS pada hari ke 31. O’Brien (2009) mengatakan bahwa satu hari di suhu oven sebanding dengan 15 hari di suhu normal. Berdasarkan konversi tersebut minyak ikan lele yang tidak ditambahkan dengan vitamin E dapat disimpan selama 465 hari atau 15.5 bulan. Sementara itu, minyak ikan lele yang ditambahkan dengan antioksidan vitamin E mengalami kerusakan pada hari ke 48 pada suhu oven. Artinya minyak ikan lele yang ditambahkan antioksidan dapat disimpan lebih lama, yaitu sekitar 720 hari atau 24 bulan.
Karakteristik responden pada dua kelompok bersifat homogen. Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pada kedua kelompok tidak berbeda signifikan, artinya konsumsi responden homogen. Dengan begitu, konsumsi tidak menjadi variabel pengganggu dalam penelitian ini. Namun, terdapat peningkatan yang signifikan (p<0.05) dari konsumsi energi, protein, dan karbohidrat subjek baik pada kelompok perlakuan maupun pada kelompok kontrol.
Total kolesterol dan LDL pada kedua kelompok tidak berbeda signifikan. Namun, pada kelompok perlakuan kadar total kolesterol dan LDL-nya memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol. Selain itu, kadar LDL pada kelompok perlakuan berada pada batas normal. Pada kelompok kontrol terdapat peningkatan yang signifikan kadar total kolesterol dan LDL sebelum dan setelah intervensi. Pada kelompok yang diberi minyak ikan lele, walaupun terjadi peningkatan kadar total kolesterol dan LDL, namun peningkatan tersebut tidak signifikan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa konsumsi minyak ikan lele yang diperkaya omega 3 dapat membantu menekan laju peningkatan kadar LDL dan total kolesterol yang salah satunya diakibatkan oleh peningkatan asupan energi, terutama karbohidrat.
Collections
- MT - Human Ecology [2255]