Metode Penentuan Prioritas Ruang Terbuka Hijau Di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan
View/ Open
Date
2015Author
Humaida, Nida
Prasetyo, Lilik Budi
Rushayati, Siti Badriyah
Metadata
Show full item recordAbstract
Efek rumah kaca yang terjadi di kawasan perkotaan dan menyebabkan suhu
udara di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan sekitarnya disebut
fenomena pulau bahang kota. Salah satu solusi untuk menurunkan suhu udara
perkotaan akibat pulau bahang kota adalah dengan pengadaan ruang terbuka hijau.
Namun metode penyediaan ruang terbuka hijau di Indonesia pada umumnya
hanya mengukur luasan yang diperlukan, bukan lokasi yang pasti dimana ruang
terbuka hijau harus dikembangkan agar berfungsi secara optimal dalam
menurunkan suhu udara perkotaan. Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan
metode penentuan prioritas ruang terbuka hijau berdasarkan karakteristik biologi,
fisik, sosial, dan ekonomi wilayah.
Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, pembentukan data spasial,
dan analisis penentuan prioritas ruang terbuka hijau. Data yang dikumpulkan
meliputi citra Landsat 8 dan beberapa data statistik dari instansi-instansi terkait
(suhu udara dan kelembaban udara relatif, data kependudukan, dan nilai tanah).
Pembentukan data spasial meliputi analisis tipe penutupan lahan (land cover),
indeks kerapatan vegetasi (NDVI) dan indeks kenyamanan (THI), kepadatan
penduduk, dan nilai tanah menjadi data vektor. Analisis penentuan prioritas ruang
terbuka hijau. meliputi tumpang tindih (overlay) semua data vektor dan
pembobotan dimana daerah yang memiliki kerapatan vegetasi jarang, nilai THI
tinggi, jumlah penduduk padat, dengan harga tanah yang lebih rendah menjadi
lokasi prioritas pengembangan RTH untuk menambah proporsi ruang terbuka
hijau wilayah perkotaan.
Studi perbandingan dengan metode-metode yang telah ada dalam
penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Banjarbaru terbukti memberikan output
rekomendasi luasan ruang terbuka hijau yang berbeda dan tidak dapat menentukan
lokasi-lokasi mana yang paling memerlukan tambahan ruang terbuka hijau.
Penerapan metode ini di Kota Banjarbaru diperoleh lokasi-lokasi prioritas untuk
pengembangan ruang terbuka hijau baru yaitu meliputi sekitar wilayah lahan
terbangun di Kelurahan Sungai Besar, Komet, Mentaos, dan Sungai Ulin, lahan
bekas galian tambang di Kelurahan Cempaka, wilayah lahan basah di Kelurahan
Landasan Ulin Utara, lahan bekas galian tambang di Kelurahan Cempaka dan
wilayah Bandara Syamsudin Noor. Metode ini dapat diterapkan di kota-kota
tropis lainnya karena kriteria yang dipakai sudah sesuai dengan karakteristik kotakota
tropis khususnya kriteria THI dan kriteria NDVI, sementara kriteria
kepadatan penduduk dan nilai tanah disesuaikan dengan karakteristik daerah
masing-masing.