Strategi Efisiensi Pemasaran Ikan Segar Dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
Abstract
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong merupakan pelabuhan
perikanan yang paling sibuk di Jawa Timur. Ikan yang didaratkan di PPN
Brondong beragam. Ikan swangi (Priacanthus tayenus) dan ikan kuniran
(Upeneus sulphureus) merupakan ikan hasil tangkapan dominan serta ikan
tongkol (Auxis thazard) dan ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) merupakan
ikan ekonomis tinggi yang di daratkan di PPN Brondong. Ikan yang berasal dari
PPN Brondong ini dipasarkan ke berbagai daerah baik di Lamongan sendiri, kota
disekitar Jawa Timur hingga keluar provinsi. Ikan yang berasal dari PPN
Brondong yang dipasarkan di berbagai tempat memiliki tingkat kenaikan harga
yang signifikan. Kenaikan ini disebabkan adanya perlakuan dalam kegiatan
pemasaran dan pengambilan keuntungan selama ikan didistribusikan.
Ikan dari PPN Brondong teridentifikasi adanya masalah dalam hal
pemasarannya yaitu ketidak efisienan dari rantai pemasaran. Tujuan penelitian ini
secara umum adalah untuk menyusun strategi peningkatan efisiensi pemasaran
ikan segar dari PPN Brondong. Secara khusus bertujuan [1] menghitung efisiensi
pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong, [2] mengidentifikasi faktor-faktor
berpengaruh pada efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong, dan [3]
merumuskan strategi peningkatan efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember tahun 2014 di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Kabupaten Lamongan Provinsi
Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan dengan metode kasus terhadap strategi
peningkatan efisiensi pemasaran ikan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Brondong. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung di pelabuhan. Data sekunder
yang diambil adalah terkait dengan jumlah hasil tangkapan nelayan, volume ikan
yang dipasarkan, harga ikan yang ada di PPN, jumlah pengepul dan jumlah
distributor. Responden yang diwawancarai untuk pengisian kuisioner adalah
nelayan, pedagang/bakul, serta distributor. Pengambilan responden dilakukan
secara purposive sampling yang dapat mewakili tujuan penelitian.
Berdasarkan analisis, didapatkan hasil bahwa pemasaran ikan swangi,
kuniran, tongkol dan kakap merah yang berasal dari PPN Brondong masih berada
pada tingkat tidak efisien meskipun untuk ikan kakap merah mendekati efisien.
Pemasaran dikatakan efisien jika nilai efisiensi pemasaran (Eps) lebih kecil dari
lima persen (Eps<5%), dan dikatakan tidak efisien jika nilai efisiensi pemasaran
lebih besar dari lima persen (Eps>5%). Ikan swangi dan kuniran masing-masing
pada rantai kedua memiliki tingkat efisiensi pemasaran sebesar 7,38% dan 6,85%.
Ikan tongkol melewati 5 rantai untuk mencapai konsumen, mulai dari rantai kedua
hingga kelima memiliki tingkat efisiensi pemasaran sebesar 22,94% ditingkat
supplyer, 17,20% ditingkat agen, 14,67% ditingkat pedagang besar dan 14, 57%
ditingkat pengecer. Ikan kakap menjadi komoditas dengan nilai semua rantai
mendekati efisien dibandingkan ikan tongkol dimana nilai efisiensi pemasarannya
8,22% ditingkat supplyer, 9,29% ditingkat agen, 6,51% ditingkat pedagang besar
dan 5,44% ditingkat pedagang pengecer.
Faktor utama dari permasalahan tidak efisiennya pemasaran ikan segar
dari PPN Brondong ada lima, yaitu: sumberdaya manusia, biaya penanganan,
fasilitas yang masih sederhana, metode penanganan ikan pasca penangkapan dan
lingkungan kerja yang tidak higienis. Melihat tidak efisiennya pemasaran ikan
dari PPN Brondong, maka perlu adanya strategi untuk meningkatkan efisiensi
pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong.
Strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran
ikan di PPN Brondong antara lain: [1] pengoptimalan produksi ikan di PPN
Brondong dan memperluas jaringan pemasaran ke kota-kota kecil yang belum
menjadi lokasi pemasaran agar ikan dapat terpasarkan secara maksimal, [2]
pengoptimalan coldstorage untuk menjaga stok ikan di PPN agar stabil dimusim
paceklik, [3] peningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan
industri perikanan sehingga ikan keluar dari pelabuhan sudah menjadi produk
dengan nilai tambah, [4] menjalin kerjasama dengan pelabuhan lain untuk dapat
mensuplai ikan ke PPN Brondong sebagai bahan baku perusahaan pengolahan
ikan yang berdiri disekitar pelabuhan, [5] melakukan pemasaran komoditas ikan
dengan harga yang bersaing dengan pelabuhan lain termasuk ikan yang menjadi
bahan pokok perusahaan agar harga tidak dimonopoli perusahaan, [6] pembuatan
peraturan pemerintah mengenai batas minimal harga ikan serta kriteria minimal
kualitas ikan yang layak dipasarkan, [7] pengaktifan PPDI dengan sistem lelang
untuk dapat meningkarkan efisiensi biaya pemasaran ikan serta menjalankan
program SLIN, [8] pengaktifan PPDI beserta dermaga bongkarnya dan
pengaktifan sistem lelang sehingga nelayan terhindar dari monopoli harga oleh
perusahaan, selain itu juga dapat bersaing harga dan kualitas ikan dengan
pelabuhan lain
Collections
- MT - Fisheries [3016]