Respirasi Autotrofik Dan Heterotrofik Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus: Hutan Rawa Gambut Pt Rimba Makmur Utama, Katingan, Kalimantan Tengah)
Abstract
Pengukuran emisi CO2 dari hutan rawa gambut perlu dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar dampak dari kerusakan hutan rawa gambut. Emisi CO2
dari hutan rawa gambut berasal dari respirasi perakaran tumbuhan (respirasi
autotrofik) dan dekomposisi bahan organik (respirasi heterotrofik). Untuk
mengetahui emisi CO2 dari dampak kerusakan gambut adalah dengan mengukur
CO2 yang hanya berasal dari respirasi heterotrofik, karena CO2 dari respirasi
autotrofik sebagian besar akan diserap kembali oleh tumbuhan untuk proses
fotosintesis. Pengukuran emisi CO2, tinggi muka air tanah, dan suhu gambut
dilakukan di hutan rawa gambut Katingan Kalimantan Tengah. Pengukuran ini
menggunakan metode trenching untuk memisahkan respirasi heterotrofik dan
respirasi autotrofik dari emisi CO2 total. Fluks CO2 dari area non-trenching
sebagai emisi total dan dari area trenching sebagai respirasi heterotrofik. Selisih
antara emisi total dan respirasi heterotrofik adalah respirasi autotrofik.
Pengukuran emisi total, respirasi heterotrofik, dan suhu gambut dilakukan di 9
subplot pada bulan Juni dan Agustus. Rata-rata emisi CO2 total pada bulan
Agustus (504.63 ± 36.93 mgm-2jam-1) dan ini lebih tinggi dibandingkan bulan Juni
(486.83± 30.84 mgm-2jam-1). Dari hasil akumulasi bulan Juni dan Agustus,
respirasi autotrofik berkontribusi lebih banyak terhadap emisi CO2 total dengan
kontribusi sebesar 52 % dibandingkan respirasi heterotrofik yang berkontrbusi
sebesar 48%. Mikrotofograpi, tinggi muka air tanah, dan suhu gambut memiliki
pengaruh terhadap emisi CO2 total. Emisi total dan respirasi heterotrofik yang
terukur pada mikrotopografi hummock selalu lebih tinggi dibandingkan hollow.
Tinggi muka air tanah menunjukan korelasi yang signifikan terhadap emisi total,
namun tidak signifikan terhadap respirasi heterotrofik. Tinggi muka air tanah
berkorelasi negatif dengan emisi CO2 total. Penurunan 1 cm tinggi muka air tanah
dari permukaan menyebabkan peningkatan emisi CO2 total sebesar 0.342 mg m-2
jam-1. Suhu gambut berkorelasi positif dengan emisi total dan respirasi
heterotrofik. Kenaikan 1°C suhu gambut menyebabkan emisi total meningkat
sebesar 102.52 mgm-2jam-1 dan respirasi heterotrofik meningkat sebesar 14.44
mgm-2jam-1.