Kinerja Pemasaran Biji Kakao Di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.
Abstract
Agribisnis kakao memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Tahun 2013 Indonesia menjadi negara terbesar ketiga sebagai produsen kakao dengan jumlah produksi 425 ribu ton. Salah satu daerah yang paling banyak ditanami kakao adalah Sumatera Barat. Jumlah produksi kakao di Sumatera Barat terus meningkat sejak dicanangkannya Sumatera Barat sebagai daerah sentra pengembangan kakao untuk wilayah Indonesia bagian barat oleh pemerintah. Rata-rata pertumbuhan kakao di Sumatera Barat mencapai 23 persen dengan peningkatan luas lahan sebesar 156 persen. Kabupaten Pasaman sebagai salah satu sentra pengembangan kakao di Sumatera Barat dengan jumlah produksi terbesar terus menunjukkan peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini sebaiknya didukung dengan pemasaran yang efisien sehingga dapat memenuhi permintaan dan kepuasan konsumen akhir serta memaksimalkan nilai yang diterima petani. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pemasaran biji kakao di Kabupaten Pasaman dengan pendekatan kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN) serta mengkaji kinerja pemasaran biji kakao di Kabupaten Pasaman. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan juga kuantitatif. Pengolahan data dengan metode kualitatif digunakan untuk menguraikan secara deskriptif gambaran umum lokasi penelitian dan kegiatan pemasaran biji kakao di Kabupaten Pasaman dengan pendekatan FSCN. Pengolahan data dengan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis kinerja pemasaran biji kakao dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan efisiensi pemasaran yang diukur dengan marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya serta dengan pendekatan Data Envelopmemnt Analysis (DEA). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pasaman dengan responden petani sebanyak 45 orang dan 19 orang pedagang. Data dikumpulkan merupakan data primer melalui teknik wawancara menggunakan kuisioner. Secara umum pemasaran biji kakao di Kabupaten Pasaman berjalan lancar. Sasaran yang ingin dicapai jelas, namun masih terdapat sasaran pengembangan yang perlu dikembangkan yaitu peningkatan kualitas serta peningkatan kuantitas biji kakao. Struktur hubungan antar lembaga pemasaran terdiri dari petani kakao, petani bandar, pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul tingkat kecamatan, pedagang besar dan eksportir. Eksportir dalam penelitian merupakan konsumen akhir biji kakao. Manajemen pemasaran yang diterapkan pada dasarnya telah berjalan dengan baik, namun harga biji kakao ditingkat petani masih ditentukan oleh pedagang. Terdapat beberapa kendala pada sumberdaya modal yang ditemukan pada petani dan beberapa pedagang pengumpul karena adanya hambatan dalam melakukan peminjaman modal kepada pihak perbankan. Selain itu kendala sumberdaya teknologi yang dihadapi petani, pedagang atau petani bandar yang masih menggunakan teknologi penjemuran secara tradisional. Secara umum proses bisnis pemasaran biji kakao berjalan lancar dilihat dari aliran produk, finansial, dan informasi. Aliran finansial pada tingkat pedagang terkadang ditangguhkan oleh pihak eksportir. Jika dilihat berdasarkan cycle view, pemasaran biji kakao hanya melalui satu siklus yaitu siklus procurement. Saluran pemasaran biji kakao di Kabupaten Pasaman terdiri dari enam saluran. Kinerja pemasaran dengan pendekatan DEA bahwa masing-masing kinerja pemasaran dengan decision making unit petani secara keseluruhan menunjukkan bahwa pemasaran yang dilakukan petani kakao di Kabupaten Pasaman belum efisien. Jumlah petani yang melakukan pemasaran biji kakao efisien lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah petani yang tidak efisien dalam melakukan pemasaran biji kakao. Terdapat lima saluran pemasaran yang telah efisien dan satu saluran yang belum efisien yaitu saluran 4. Petani dapat memilih alternatif penjualan biji kakao kepada lembaga pemasaran yang memberikan harga lebih baik, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Harga biji kakao di tingkat petani dipengaruhi oleh kualitas biji kakao yang dihasilkan. Peningkatan kualitas biji kakao dapat dilakukan melalui penyeragaman standardisasi mutu biji kakao di Kabupaten Pasaman, sehingga perlu meningkatkan peran kelembagaan sebagai pengontrol kualitas. Petani yang belum efisien dalam pemasaran dapat mengurangi nilai input atau meningkatkan nilai ouput dengan cara mengurangi kadar air yang terkandung dalam biji kakao atau menurunkan biaya pemasaran yang dikeluarkan.
Collections
- MT - Economic and Management [2878]